Mohon tunggu...
Aulia Hafizah
Aulia Hafizah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

bismilah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembagian Tasawuf

2 Desember 2023   12:24 Diperbarui: 2 Desember 2023   12:39 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 i. Pengertian dan Sejarahnya


       Tasawuf Salafi dapat diartikan sebagai aliran tasawuf yang berdasarkan pada ajaran doktrin agama (Quran dan Sunnah) dan apa yang diamalkan oleh generasi Salaf. Istilah salaf merupakan istilah yang menunjuk pada suatu babak sejarah yang mencakup banyak generasi sahabat, tabi'in dan tabi'it tabi'in. Menurut Bachrun Rifa'i dan Hasan Mud'is (2010: 87), tasawuf Salafi merupakan aliran tasawuf yang sangat ketat membatasi ajarannya pada apa yang terkandung dalam Al-Qur'an dan Hadits.


ii. Inti Ajaran Tasawuf Salafi


Hakikat Ajaran Tasawuf Salafi Mazhab Sufi mendasarkan cara pandang tasawufnya pada ayat-ayat Alquran dan hadis yang lebih kontekstual. Aliran ini cenderung menolak segala bentuk takil, termasuk yang dianggap mutashabihat. Keberadaan ayat mutasyabihat sendiri telah dijelaskan dalam Q.S. Ali Imran [3]: 7 Yang artinya sebagai berikut

" Dialah yang menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad). Diantaranya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok Kitab (Al-Qur'an) dan yang lain mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong pada kesesatan, mereka mengikuti yang mutasyabihat untuk mencari-cari fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, "Kami beriman kepadanya (Al Qur'an), semuanya dari sisi Tuhan kami." Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang yang berakal".

          Penjelasan lebih detail mengenai pengertian dan ajaran tasawuf Salafi diberikan oleh Mukhammad Zamzami yang menjelaskan bahwa tasawuf Salafi dan tasawuf Sunni sangat berbeda. Jika tasawuf Sunni masih menerima tawwil atas dasar nalar yang berpedoman pada aspek hukum syariah tertentu, maka tasawuf Salafi dengan tegas menolak tawwil pada nash agama. Sufisme Salafi cenderung ke arah antropomorfisme, sedangkan tasawuf Sunni menghindari segala bentuk antropomorfisme dalam studi tentang Tuhan.

B. TASAWUF AD-DAKHILAH

       Tasawuf ad-dakhilah adalah ajaran, tradisi, atau budaya spiritual yang berasal dari luar islam yang masuk dan terserap ke dalam islam sehingga seakan-akan merupakan ajaran islam. Ajaran, tradisi, dan budaya spiritual yang dimaksud sangat beragam. ada yang berasal dari tradisi filsafat yunani, tradisi petapa yahudi dan nasrani, dan ada juga yang berasal dari ajaran agama Majusi, hindu, Budha. Kaum muslimin yang tidak mengerti mengira bahwa tasawuf ad-dakhilah ini bagian dari ajaran islam, padahal ia bukan ajaran islam.  Tasawuf ad-dakhilah bagaikan berisi madu bercampur racun. Madu bermanfaat bagi kesehatan, sedangkan racun mematikan. Maksud mematikan disini bukan mematikan bagi manusia, tetapi mematikan cahaya islam dan menghilangkan kemurnian ajaran islam. oleh karena itu, tasawuf ad-dakhilah jangan langsung 'ditelan', tetapi harus di telaah terlebih dahulu dengan Al-Quran dan sunnah.

      Tasawuf tumbuh dalam dua corak, yaitu corak amali dan corak falsafi, Corak amali bersifat terapan, menekankan penghayatan ibadah dan muamalah, seperti yang dilakukan Rasulullah dan para sahabat lahirkan kepribadian muslim kafah, Sementara itu, corak falsafi adalah corak yang me tasawuf yang memadukan ketajaman berpikir dan kepekaan emosi dalam menghayati wujudullah (wujud Allah 5). Corak tasawuf ini bersifat terbuka kepada unsur di luar Islam, terutama filsafat Yunani, sehingga dalam pembahasannya menggunakan beberapa isttilah yang tidak dikenal di dalam khazanah Al-Qur'an dan sunah.

     1. Itihad

     Itihad secara bahasa berarti persatuan. Dalam tasawuf, itihad merupakan puncak pengalaman spiritual seorang sufi ketika ia mengalami fana, yaitu ia kehilangan rasa jati dirinya karena merasa baqa, yaitu ia tetap bersama Allah, setelah itu merasakan kesatuannyadengan Allah. Itihad yang dijalani Abu Yazid al-Busthami diperoleh melalui perjuangan yang panjang dan sulit (mujahadah) dengan menapaki maqamat (tangga spiritual) hingga melewati mahabah dan makrifat kemudian melewati fana dan baqa, itulah pintu-pintunya itihad. Dialah satu-satunya sufi yang menjalani itihad, dengan menyatu dengan Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun