Tasawuf merupakan ilmu yang tumbuh dari nilai-nilai islam. Tasawuf menjadi cabang dalam islam yang berfokus pada pengembangan spiritual, tasawuf juga menekankan pentingnya pengetahuan batin, pengalaman langsung dengan Allah, dan upaya untuk mencapai kesempurnaan spiritual melalui pemurnian jiwa dan perilaku. Dalam memahami tasawuf, maka umat islam membagi hal tersebut menjadi tiga kelompok yang memandang bahwa tasawuf merupakan penyebab kemunduran umat islam. Tasawuf mengajarkan bagaimana cara manusia agar menjadi insan yang berbudi luhur,baik sebagai makhluk sosial maupun hamba dalam hubungannya dengan Allah SWT. Dalam hal ini tasawuf dibagi menjadi dua, yakni tasawuf al-ashilah dan tasawuf ad-dakhilah yang akan dijelaskan selanjutnya.
A. TASAWUF AL-ASHILAH
  Tasawuf al-ashilah merupakan ajaran tasawuf yang masih asli atau murni, yang tegak dengan penyangga yaitu iman, islam, dan ihsan yang kemudian dikembangkan menjadi akidah, syariat, dan akhlak, lalu dikembangkan menjadi tauhid, fikih, dan tasawuf. ketiga komponen ini dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. sumber tasawuf ini adalah Al-Quran dan sunnah. yang termasuk tasawuf al-ashilah adalah tasawuf qur'ani, tasawuf sunni, tasawuf amali, tasawuh akhlaki, dan tasawuf falsafi.
  1. Tasawuf Qur'ani
    Adalah tasawuf yang berpedoman kepada Al-Qur'an dengan menjadikan al-Qur'an sumber wawasan dan sumber pengalaman tasawuf. Al-Qur'an merupakan risalah dari Allah sebagai pedoman bagi manusia dalam hal akidah, syariah, dan akhlak. ilmu tasawuf termasuk dalam komponen akhlak karena salah satu kegunaan belajar dan mengamalkan ilmu tasawuf ialah meninggikan akhlak manusia. Dengan ini kita bisa menjalankan amaliah tasawuf yang ajarannya bertumpu pada kegiatan, usaha, dan membersihkan jiwa, dekat kepada Allah, dengan bersumber pada ajaran Al-Qur'an. Al-Qur'an merupakan kitab Allah yang di dalamnya terkandung pesan-pesan ajaran islam; baik akidah, syariat, maupun akhlak. ketiga komponen tersebut banyak tercermin dalam ayat-ayat al-Qur'an dan perlu dipahami secara kontekstual dan rohaniah. Oleh sebab itu, dasar-dasar al-Qur'an sebenarnya telah melandasi tasawuf dengan sangat dalam.
Allah berfirman: Â Â Â
Â
yang artinya:
"Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikan oleh hatinya, dan kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya."
2. Tasawuf Sunni
  Adalah tasawuf yang berpedoman kepada sunnah Nabi Muhammad SAW dengan menjadikan perkataan, perbuatan, ketetapan, perencanaan dan kepribadian Rasulullah sebagai  sumber wawasan dan sumber pengalaman tasawuf. Tasawuf sunni juga merupakan aliran tasawuf yang berusaha memadukan aspek hakikat dan syariat yang senantiasa memelihara kezuhudan dan berkonsentrasi mendekatkan diri kepada Allah dengan berusaha sungguh-sungguh berpegang teguh kepada al-Qur'an dan sunnah serta sirah sahabat. Adapun ciri-ciri tasawuf sunni antara lain sebagai berikut.
- melandaskan diri pada al-Qur'an dan sunnah.
- tidak menggunakan istilah filosofis dalam mengungkapkan keyakinan.
- belajar tentang dualisme dalam hubungan tuhan dan manusia. Dualisme yang dimaksud adalah ajaran yang mengakui bahwa meskipun manusia dapat berhubungan dengan tuhan, namun pada hakikatnya hubungan mereka masih berada dalam kerangka yang berbeda di antara keduanya.
- Kontinuitas antara haqiqah dan syari'ah.
- lebih fokus pada pelatihan moral dan penyembuhan spiritual melalui pelatihan spiritual dan tahapan tkhalli, tahalli, dan tajalli.
   3. Tasawuf Akhlaki
     Adalah tasawuf yang tujuan utamanya membersihkan jiwa dan mendekatkan diri kepada Allah SWT dalam upaya mengembangkan akhlak mulia guna membentuk kepribadian muslim. Tasawuf akhlaki merupakan ajaran tasawuf yang membahas tentang kesempurnaan dan kesucian jiwa yang dilandasi pada penyesuaian sikap mental dan disipilin perilaku yang ketat untuk mencapai kebahagiaan yang optimal. Tasawuf akhlaqi ini bisa dipandang sebagai sebuah tatanan dasar untuk menjagaakhlak manusia, atau dalam bahasa sosialnya, yaitu moralitas masyarakat.Â
     Oleh karena itu, tasawuf akhlaqi merupakan kajian ilmu yang sangat memerlukan praktik untuk menguasainya. Tidak hanya berupa teori sebagai sebuah pengetahuan, tetapi harus dilakukan dengan aktifitas kehidupan manusia. Manusia harus terlebih dahulu mengenali keberadaannya dengan sifat-sifat ketuhanan melalui penyucian jiwa, dimulai dengan pembentukan kepribadian yang bermoral,utuh, dan mulia. Dalam tasawuf, hal ini disebut Takhalli, Tahalli, dan Tajalli. Adapun tokoh-tokoh dalam tasawuf akhlaki adalah sebagai berikut.
- Hasan Al-Basri (21 H-110 H), nama lengkapnya adalah Abu Sa'id Al-Hasan bin Yasar yang merupakan seorang zahid yang amat  masyhur di kalangan tabi'in.
- Al-Muhasibi (165H-243H), nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Al-Harits bin Asad Al-Bashri Al-Baghdadi Al-Muhasibi. Ia adalah sufi dan ulama besar yang menguasai beberapa bidang ilmuseperti tasawuf, hadits, dan fiqh.Â
- Al-Ghazali (450H-505H), nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Tha'us ath-thusi Asy-syafi'i Al-Ghazali.
Adapun dalam tasawuf akhlaki, sistem pembinaan akhlak disusun sebagai berikut.
a) Takhalli
  Takhalli adalah membersihkan diri sifat-sifat tercela dan juga dari kotoran atau penyakit hati yang merusak. Takhalli dapat dinyatakan menjauhkan diri dari kemaksiatan, kemewahan dunia, serta melepaskan diri dari hawa nafsu yang jahat, semua itu adalah penyakit hati yang merusak. Salah satu akhlak tercela yang paling banyak membawa pengaruh terhadap timbulnya akhlak buruk lainnya adalah ketergantungan pada kelezatan duniawi. Pada hakekatnya, maksiat batin ini lebih berbahaya dari pada maksiat fisik. Jenis maksiatini cenderung tidak tersadari oleh manusia karena jenis maksiat ini adalah jenis maksiat yangtidak terlihat, tidak seperti maksiat fisik yang cenderung sering tersadari dan terlihat.Â
b) Tahalli
  Tahalli adalah upaya mengisi atau menghiasi diri dengan cara untuk mengenalkan diri pada sikap, perilaku, dan etika yang terpuji.  Definisi lain menerangkan bahwa $ahalli adalah menghias diri, dengan membiasakan diri dengan sifat dan sikap serta perbuatan yang baik. Tahap tahalli dilakukan oleh para sufi setelah jiwa dibersihkan dari akhlak yang buruk. pada tahap tahalli, kaum sufi berusaha untuk memastikan bahwa segala perilaku selalu didasarkan pada kecendrungan keagamaan, baik kewajiban 'eksternal' maupun 'internal'. Jadi, tahap thalli adalah tahap pengisian jiwa yang kosong. Sebabjika suatu kebiasaan ditinggalkan tanpa segera digantikan, kekosongan tersebut dapat menimbulkan rasa frustasi.Oleh karena itu, ketika kebiasaan lama ditinggalkan, harus segera diisi dengan satu kebiasaan baru yang baik Jiwa manusia, seperti kata Al-Ghazali, dapat diubah, dilatih, dikuasai, dan dibentuk sesuai dengan kehendak manusia itu sendiri.
c) Tajalli
   Tahap tajalli di gapai oleh seorang hamba ketika mereka telah mampu melewati tahap takhalli dan tahalli. Hal ini berarti untuk menempuh tahap tajalli seorang hamba harus melakukan suatu usaha serta latihan-latihan kejiwaan atau kerohanian, yakni denganmembersihkan dirinya dari penyakit-penyakit jiwa seperti berbagai bentuk perbuatan maksiatdan tercela, kemegahan dan kenikmatan dunia lalu mengisinya dengan perbuatan-perbuatan,sikap, dan sifat-sifat yang terpuji, memperbanyak dzikir, ingat kepada Allah, memperbanyak ibadah dan menghiasi diri dengan amalan-amalan mahmudah yang dapat menghilangkan penyakit jiwa dalam hati atau dir seorang hamba.Â
   Para sufi sependapat bahwa tingkat kesempurnaan kesucian jiwa hanya dapat ditempuh dengan satu jalan, yaitu cinta kepada Allah dan memperdalam rasa cinta itu. Dengan kesucian jiwa, jalan untuk mencapai tuhan akan terbuka. Tanpa jalan ini, tidak ada kemungkinan terlaksananya tujuan dan perbuatan yang dilakukan pun tidak dianggap sebagai perbuatan yang baik.
    4. Tasawuf Amali
      Merupakan tasawuf yang metode pengamalannya menekankan keterpaduan ilmu dan amal dengan prinsip ilmu amaliah dan amal ilmiah. Maksudnya, tasawuf amali adalah tasawuf yang berpangkal pada ilmu dan berakhir pada amal, yaitu diawali dengan pengetahuan dan bermuara pada pengamalan. Jika akidah merupakan fondasi dan syariat merupakan tiang, maka tasawuf amali adalah energi yang menjadikan seorang muslim memiliki spirit untuk hidup bersih, jernih, bening, indah, dan memesona. seorang muslim, dengan memadukan ilmu, amal, pikiran, perasaan, dan rohani yang bening akan mempersembahkan hidup dan kehidupannya untuk islam dan kaum muslimin serta menjadi mujahid yang mengharumkan islam.Â
    Tasawuf amali adalah tasawuf yang mengusung misi 'menjadikan diri kita pribadi tahir mutahhir, yaitu berih dan membersihkan orang lain, dekat dengan Allah SWT, sahabat Allah SWT, dan kekasih Allah SWT, dekat dengan umat, sahabat umat, dan melayani umat dengan memberikan yang terbaik bagi umat.
   5. Tasawuf Salafi
     Adalah tasawuf dengan mengikuti amaliah sahabat, tabiin, pengikut tabiin, dan salaf saleh, yaitu para ulama terdahulu yang saleh, sebagai teladan dalam pengamalan tasawuf setelah Rasulullah SAW.Â
 i. Pengertian dan Sejarahnya
    Tasawuf Salafi dapat diartikan sebagai aliran tasawuf yang berdasarkan pada ajaran doktrin agama (Quran dan Sunnah) dan apa yang diamalkan oleh generasi Salaf. Istilah salaf merupakan istilah yang menunjuk pada suatu babak sejarah yang mencakup banyak generasi sahabat, tabi'in dan tabi'it tabi'in. Menurut Bachrun Rifa'i dan Hasan Mud'is (2010: 87), tasawuf Salafi merupakan aliran tasawuf yang sangat ketat membatasi ajarannya pada apa yang terkandung dalam Al-Qur'an dan Hadits.
ii. Inti Ajaran Tasawuf Salafi
Hakikat Ajaran Tasawuf Salafi Mazhab Sufi mendasarkan cara pandang tasawufnya pada ayat-ayat Alquran dan hadis yang lebih kontekstual. Aliran ini cenderung menolak segala bentuk takil, termasuk yang dianggap mutashabihat. Keberadaan ayat mutasyabihat sendiri telah dijelaskan dalam Q.S. Ali Imran [3]: 7 Yang artinya sebagai berikut
" Dialah yang menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad). Diantaranya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok Kitab (Al-Qur'an) dan yang lain mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong pada kesesatan, mereka mengikuti yang mutasyabihat untuk mencari-cari fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, "Kami beriman kepadanya (Al Qur'an), semuanya dari sisi Tuhan kami." Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang yang berakal".
     Penjelasan lebih detail mengenai pengertian dan ajaran tasawuf Salafi diberikan oleh Mukhammad Zamzami yang menjelaskan bahwa tasawuf Salafi dan tasawuf Sunni sangat berbeda. Jika tasawuf Sunni masih menerima tawwil atas dasar nalar yang berpedoman pada aspek hukum syariah tertentu, maka tasawuf Salafi dengan tegas menolak tawwil pada nash agama. Sufisme Salafi cenderung ke arah antropomorfisme, sedangkan tasawuf Sunni menghindari segala bentuk antropomorfisme dalam studi tentang Tuhan.
B. TASAWUF AD-DAKHILAH
    Tasawuf ad-dakhilah adalah ajaran, tradisi, atau budaya spiritual yang berasal dari luar islam yang masuk dan terserap ke dalam islam sehingga seakan-akan merupakan ajaran islam. Ajaran, tradisi, dan budaya spiritual yang dimaksud sangat beragam. ada yang berasal dari tradisi filsafat yunani, tradisi petapa yahudi dan nasrani, dan ada juga yang berasal dari ajaran agama Majusi, hindu, Budha. Kaum muslimin yang tidak mengerti mengira bahwa tasawuf ad-dakhilah ini bagian dari ajaran islam, padahal ia bukan ajaran islam.  Tasawuf ad-dakhilah bagaikan berisi madu bercampur racun. Madu bermanfaat bagi kesehatan, sedangkan racun mematikan. Maksud mematikan disini bukan mematikan bagi manusia, tetapi mematikan cahaya islam dan menghilangkan kemurnian ajaran islam. oleh karena itu, tasawuf ad-dakhilah jangan langsung 'ditelan', tetapi harus di telaah terlebih dahulu dengan Al-Quran dan sunnah.
   Tasawuf tumbuh dalam dua corak, yaitu corak amali dan corak falsafi, Corak amali bersifat terapan, menekankan penghayatan ibadah dan muamalah, seperti yang dilakukan Rasulullah dan para sahabat lahirkan kepribadian muslim kafah, Sementara itu, corak falsafi adalah corak yang me tasawuf yang memadukan ketajaman berpikir dan kepekaan emosi dalam menghayati wujudullah (wujud Allah 5). Corak tasawuf ini bersifat terbuka kepada unsur di luar Islam, terutama filsafat Yunani, sehingga dalam pembahasannya menggunakan beberapa isttilah yang tidak dikenal di dalam khazanah Al-Qur'an dan sunah.
   1. Itihad
   Itihad secara bahasa berarti persatuan. Dalam tasawuf, itihad merupakan puncak pengalaman spiritual seorang sufi ketika ia mengalami fana, yaitu ia kehilangan rasa jati dirinya karena merasa baqa, yaitu ia tetap bersama Allah, setelah itu merasakan kesatuannyadengan Allah. Itihad yang dijalani Abu Yazid al-Busthami diperoleh melalui perjuangan yang panjang dan sulit (mujahadah) dengan menapaki maqamat (tangga spiritual) hingga melewati mahabah dan makrifat kemudian melewati fana dan baqa, itulah pintu-pintunya itihad. Dialah satu-satunya sufi yang menjalani itihad, dengan menyatu dengan Allah.
   Itihad mengajarkan persatuan antara Tuhan dengan hamba yang sudah mencapai kesucian, sehingga seorang sufi yang berada pada tingkat al-Ittihad merasa dirinya bersatu dengan tuhan, satu tingkatan yang menunjukkan bahwa yang mencintai dan yang dicintai telah menjadi satu, sehinggga salah satu dari mereka dapat memanggil yang satu lagi dengan kata-kata, "Hai aku. Al-Ittihad dicapai dengan melalui fana dan baqa. Fana merupakan hancurnya perasaan kesadaran akan adanya tubuh kasar manusia, yang tersisa adalah manusia secara rohani. Untuk itu sebelum memasuki tahap fana seorang sufi harus memperhatikan 4 hal yaitu; Al-Sukr yaitu keadaan antara cinta dengan fana. Al-Syathahat adalah ungkapan-ungkapan aneh yang dikeluarkan oleh sufi. Zawal al-Hujab adalah keadaan sufi yang tidak menginginkan lagi sesuati kecuali Allah. Ghalbat al-Syhud; keadaan seorang sufi baik dari segi perasaan, kesadaran dan penyaksian sampai kepada puncak fana', lalu dia lupa dirinya dan tidak ada selain Allah.Â
  2. Hulul
  Kata Hulul berasal dari halla, yahullu, hululan. Kata ini memiliki arti menempati, mistis, berinkarnasi. Hulul juga bermakna penitisan Tuhan ke makhluk atau benda.15 secara harfiah hulul mengandung arti bahwa Tuhan mengambil tempat dalam tubuh manusia tertentu yang telah lenyap sifat kemanusiaannya melalui fana. lenyapkan. AI-Hallaj adalah ulama tasawuf yang pertama kali mencetuskan konsep Hulul. Ia berpendapat bahwa Allah mempunyai dua sifat dasar (nature), yaitu ketuhanan (lahut) dan kemanusiaan (nasut). menurut Al-hallaj manusia juga mempunyai sifat ketuhanan dalam dirinya.19 Ini dapat dilihat dari penafsiran Al-Hallaj mengenal kejadian Adam (Q.S. 2:34) yang artinya:
" Dan (ingatlah) ketika kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah Ia termasuk golongan orang-orang yang kafir."
Penafsiran al-Hallaj terhadap ayat ini adalah bahwa Allah memberikan perintah kepada malaikat untuk sujud kepada Adam karena pada diri Adam Allah menjelma sebagaimana Ia menjelma dalam diri Isa. a.s. Â Menurut al-Hallaj, ketika hulul terjadi pada diri sufi pada hakikatnya telah terjadi empat proses, yaitu:
1) Tuhan turun mendekati sufi tersebut
2) Tuhan telah memilih sufi tersebut untuk dijadikan tempat hulul
3) Tuhan menjelma pada diri sufi dan
4) Tuhan menyatu dengan sufi tersebut.
  3. Wahdat Al-Wujud
     Wahdat Al-Wujud Wahdat al-Wujud berarti kesatuan wujud, unity of existence. Paham ini adalah Lanjutan dari faham hulul, dan dibawa oleh Muhi al-Din lbnu al-arabi. Dalam faham wahdat alwujud, nasut yang ada dalam hulul diubah oleh lbnu arabi menjadi khalq ( , makhlu ) dan lahut menjadi haq ( , Tuhan). Khalq dan haq adalah dua aspek bagi tiap sesuatu. Menurut paham ini tiap-tiap yang ada mempunyai dua aspek. Aspek luar yang merupakan ard dan khalq yang mempunyai sifat kemakhlukan; dan aspek dalam yang merupakan jauhar dan haq yang mempunyai sifat ketuhanan. Dengan kata lain dalam tiap-tiap yang berwujud itu terdapat sifat ketuhanan atau haq dan sifat kemakhlukan atau khalq.Â
   Konsep wahdat al-wujud atau kesatuan wujud menimbulkan kontro versi di kalangan para ulama karena bertentangan dengan pandangan para ulama tauhid yang meyakini bahwa Allah memiliki wujud dan alam pun memiliki wujud. Jadi, terdapat dua wujud, yaitu wujud Allah dan wujud alam, dan bukan hanya satu wujud.Wujud Allah se bersifat mutlak atau absolut, sedangkan wujud alam bersifat relatif dan nisbi. Allah adalah al- Khaliq, yaitu yang menciptakan, sedangkan alam adalah al-makhluq, yaitu yang diciptakan oleh Allah.
C. NEO SUFISME
    Akar dan asal gerakan Neo Sufisme atau tasawuf baru dapat dilacak pada pemikiran ulama klasik, seperti terlihat pada corak tasawuf Junaid Al-Baghdadi, Al-Muhasibi, Al-Qusyairi, dan Al-Ghazali. Spirit yang menjiwai neo sufisme adalah tajdid, yakni pembaharuan, pemurnian, dan reformasi tasawuf dari unsur-unsur bid'ah yang berasal dari luar islam. Tujuan neo sufisme adalah memurnikan tasawuf, baik konsep maupun amaliah agar tasawuf sejalan dengan Al-Quran dan sunnah Nabi SAW.  Yang disebut Neo-sufisme itu tidak seluruhnya hal baru, namun lebih tepatnya disebut sebagai sufisme yang diaktualisasikan dalam kehidupan pribadi dan masyarakat sesuai dengan kondisi kekinian.Â
     Neo-Sufisme dalam terminologi Fazlur Rahman atau tasawuf modern dalam terminologi Hamka berusaha tetap mempertahankan hasil-hasil positif dari modernisme dengan mengisi kekosongan-kekosongan yang terdapat padanya. Buya Hamka menyebut neo sufisme dengan istilah tasawuf modern, ia mengatakan 'kita namai tasawuf, ialah menurut maksud tasawuf yang asli, sebagaimana kata Junaid, yaitu keluar dari budi pekerti yang tercela dan masuk kepada budi pekerti yang terpuji. secara singkat, neo sufisme memiliki ciri sebagai berikut.
1. Tasawuf dipahami sebagai kekuatan rohani islam yang membentuk pola pikir, pola sikap, dan etos amal saleh kaum muslimin dengan lima kualitas kerja, yaitu kerja dengan ikhlas, bekerja dengan cerdas, bekerja keras, bekerja tuntas, dan bekerja dengan kualitas.
2. Mengamalkan tasawuf dipahami dan dilakukan sebagai usaha mengembangkan kepribadian muslim, yaitu membentuk pribadi yang memiliki keyakinan atau akidah yang lurus, memiliki jiwa yang bersih, memeiliki budaya amal yang ikhlas, dan memiliki sikap perduli terhadap problematika sosial yang dihadapi islam dan kaum muslimin dalam konteks kehidupan modern.
3. Menempatkan amaliah zikir, wirid, dan uzlah, yakni keputusan untuk menarik diri dari kehidupan sosial yang melakukan khalwat, yaitu menyepi di tempat yang sunyi untuk sementara waktu guna beribadah kepada Allah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H