Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Salah Sebut dan Pertimbangan Akal Sehat

9 Juli 2024   15:04 Diperbarui: 9 Juli 2024   15:09 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di bidang penerbangan, kesalahan komunikasi atau salah memasukkan data bisa berakibat fatal, misalnya salah memasukkan koordinat pendaratan yang bisa menyebabkan kecelakaan pesawat. Kesalahan identitas dalam situasi genting seperti penyergapan kepolisian juga dapat berujung pada jatuhnya korban jiwa yang tidak bersalah.

Beberapa peristiwa salah sebut sepanjang sejarah telah berdampak signifikan, bahkan mengguncang dunia. Contohnya adalah "Gaffe Munich" pada tahun 1938, di mana Perdana Menteri Inggris Neville Chamberlain secara keliru menyatakan bahwa ia telah mencapai "perdamaian untuk zaman kita" setelah bertemu dengan Adolf Hitler.

Pernyataan ini menjadi simbol kegagalan Chamberlain dalam memahami niat jahat Hitler. Contoh lain adalah pernyataan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton pada tahun 1998 tentang kebijakan "dukungan moral" untuk Taiwan, yang bertentangan dengan kebijakan "Satu Tiongkok" dan menyebabkan ketegangan dengan Tiongkok.

Peristiwa-peristiwa ini menunjukkan bahwa salah sebut dapat memiliki konsekuensi serius, baik bagi individu yang terlibat maupun masyarakat secara keseluruhan.

Di era digital, kesalahan dalam pemberitaan media dapat merusak reputasi seseorang dan memicu kerusuhan. Contohnya, pada tahun 2019, seorang guru di Indonesia salah menyebut nama pahlawan nasional dalam ujian, yang berujung pada kecaman dan pemecatan.

Kesalahan yang viral di media sosial juga dapat membawa dampak besar, seperti yang terjadi pada tahun 2020 ketika seorang selebritas Indonesia salah menyebut nama negara dalam video yang diunggah, yang menjadi viral dan menuai banyak hujatan dari warganet.

Kesalahan penetapan nama DPO dalam kasus Vina Cirebon menjadi sorotan media dan viral di media sosial, memicu pertanyaan tentang kredibilitas dan profesionalisme kepolisian. Hal ini dikhawatirkan dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap institusi penegak hukum.

Dalam berbagai kasus, salah sebut oleh tokoh nasional juga bisa menghasilkan momen lucu yang tak terduga. Contohnya, Presiden Jokowi pada tahun 2014 menyebut Lembah Baliem sebagai "Lembah Balim", yang menjadi bahan candaan di media sosial. Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara juga pernah salah menyebut Gojek sebagai "Gojek Online" pada tahun 2017, yang menuai tawa dari hadirin.

Ada beberapa penyebab mengapa seseorang bisa salah menyebut nama orang lain, baik disengaja maupun tidak. Penyebabnya antara lain kesalahan pengarsipan memori, kelelahan atau stres, gangguan pendengaran atau penglihatan, kurang perhatian, dan sengaja salah menyebut.

Otak manusia menyimpan informasi dalam kategori tertentu, dan ketika kita bertemu dengan orang baru, otak kita mencoba menghubungkan nama mereka dengan kategori yang sudah ada dalam memori, yang bisa menyebabkan kesalahan jika dua orang memiliki nama yang mirip.

Kelelahan atau stres juga dapat menurunkan kemampuan kognitif, termasuk mengingat dan memproses informasi. Gangguan pendengaran atau penglihatan bisa membuat seseorang lebih sulit mendengar atau melihat nama orang lain dengan jelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun