Penelitian Universitas Indonesia tahun 2022 menemukan bahwa 63% proses rekrutmen dan penilaian calon pemimpin politik tidak mempertimbangkan faktor integritas dan moralitas secara memadai.
Kelemahan dalam sistem rekrutmen dan penilaian calon pemimpin politik dapat membuka celah bagi individu dengan kecenderungan korupsi untuk lolos seleksi. Hal ini karena kriteria seleksi yang masih fokus pada faktor politik dan popularitas, dan kurang memperhatikan rekam jejak dan nilai-nilai moral calon pemimpin.Dampak Negatif:
Korupsi oleh pemimpin muda memiliki dampak negatif yang signifikan, antara lain:
Menurunkan Kepercayaan Publik:Â Korupsi oleh pemimpin muda dapat menurunkan kepercayaan publik terhadap pemerintah dan sistem demokrasi. Masyarakat akan merasa kecewa dan kehilangan harapan terhadap masa depan bangsa jika pemimpin yang mereka pilih ternyata korup.
Menghambat Pembangunan: Korupsi dapat menghambat pembangunan dan menghambat kemajuan bangsa. Dana yang seharusnya digunakan untuk pembangunan dan kesejahteraan rakyat malah dikorupsi oleh para pemimpin muda.
Memperkuat Budaya Korupsi: Korupsi oleh pemimpin muda dapat memperkuat budaya korupsi di masyarakat. Masyarakat akan melihat bahwa korupsi merupakan hal yang lumrah dan mudah dilakukan, sehingga mereka terdorong untuk melakukan korupsi juga.
Menimbulkan Krisis Moral: Korupsi oleh pemimpin muda dapat menimbulkan krisis moral di masyarakat. Generasi muda akan kehilangan kepercayaan terhadap nilai-nilai moral dan etika, dan mereka akan lebih mudah terjerumus dalam tindakan koruptif.
Kajian Saintifik dan Laporan Investigasi
Beberapa kajian saintifik dan laporan investigasi dari berbagai sumber terpercaya memperkuat temuan tentang tren peningkatan koruptor muda.
Laporan KPK tahun 2023 menunjukkan bahwa 42,8% koruptor yang terjerat pada semester pertama 2023 berusia 20-55 tahun. Laporan ini juga menyebutkan bahwa faktor-faktor seperti minimnya pengalaman, tekanan politik, dan gaya hidup mewah menjadi pendorong utama korupsi di kalangan generasi muda.
 Jurnal Anti-Korupsi yang diterbitkan oleh Universitas Indonesia pada tahun 2022 mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan korupsi pada pemimpin muda. Jurnal ini menyimpulkan bahwa kurangnya edukasi anti-korupsi dan budaya politik yang koruptif merupakan faktor utama yang mendorong tren ini.
Beberapa media massa ternama di Indonesia telah melakukan investigasi mendalam tentang kasus korupsi yang melibatkan pemimpin muda. Laporan-laporan ini mengungkapkan modus operandi dan faktor-faktor yang melatarbelakangi kasus korupsi tersebut.
Upaya Pencegahan
Upaya pencegahan yang komprehensif dan berkelanjutan diperlukan untuk mengatasi tren ini. Upaya ini harus melibatkan semua pihak, mulai dari pemerintah, lembaga pendidikan, organisasi masyarakat sipil, hingga keluarga dan masyarakat.