Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Etika Profesi: Tren Kepemimpinan Generasi Muda Terjerat Korupsi dan Upaya Pencegahan

6 Juni 2024   12:45 Diperbarui: 6 Juni 2024   12:45 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://hardiwinoto.com/wp-content/uploads/2021/01/berantas-korupsi.jpg

Faktor-faktor yang diduga berkontribusi terhadap tren ini adalah:

1. Kurangnya Pengalaman dan Pengetahuan

Berdasarkan penelitian Universitas Indonesia tahun 2022, 67% pemimpin muda yang terjerat kasus korupsi mengaku kurang memahami regulasi dan tata kelola keuangan publik.

Hal ini menunjukkan bahwa pemimpin muda mungkin belum memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai untuk mengelola keuangan dan sumber daya publik secara bertanggung jawab. Kurangnya pemahaman ini dapat meningkatkan risiko penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi.

2. Tekanan Politik

Survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) tahun 2021 menunjukkan bahwa 72% pemimpin muda mengaku pernah mendapat tekanan dari pihak lain untuk melakukan tindakan koruptif.

Tekanan politik dari berbagai pihak, seperti partai politik, sponsor, dan konstituen, dapat mendorong pemimpin muda untuk melakukan tindakan koruptif demi mendapatkan keuntungan politik atau finansial. Hal ini dapat terjadi karena sistem politik yang masih kental dengan budaya transaksional dan politik uang.

3. Gaya Hidup Mewah

Studi Pusat Kajian Anti-Korupsi Universitas Gadjah Mada tahun 2023 menemukan bahwa 58% pemimpin muda yang terjerat kasus korupsi memiliki gaya hidup mewah yang tidak sesuai dengan pendapatan mereka.

Gaya hidup mewah yang konsumtif dapat mendorong pemimpin muda untuk melakukan korupsi demi memenuhi gaya hidup tersebut. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh media sosial dan budaya materialisme yang marak di kalangan generasi muda.

4. Kurangnya Pengawasan

Data KPK menunjukkan bahwa 34% kasus korupsi yang melibatkan pemimpin muda terjadi di tingkat daerah, di mana pengawasan dan akuntabilitas publik masih lemah.

Kurangnya pengawasan dari masyarakat dan lembaga terkait, seperti pemerintah daerah dan aparat penegak hukum, dapat membuka celah bagi pemimpin muda untuk melakukan korupsi. Hal ini diperparah dengan sistem pelaporan dan penindakan korupsi yang belum optimal di tingkat daerah.

5. Budaya Politik Dinasti

Data KPK menunjukkan bahwa 28% pemimpin muda yang terjerat kasus korupsi berasal dari keluarga politisi yang korup.

Budaya politik dinasti, di mana posisi politik diwariskan kepada keturunan, dapat menjadi faktor pendorong korupsi. Keturunan dari politisi korup mungkin tidak memiliki kemampuan dan integritas yang memadai untuk memimpin, sehingga mereka lebih mudah terjerumus dalam praktik korupsi.

6. Kelemahan Sistem Rekrutmen dan Penilaian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun