Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cawe-cawe Mr. Presiden: Skandal atau Strategi?

3 Februari 2024   23:07 Diperbarui: 4 Februari 2024   09:55 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.dire.it/wp-content/uploads/2022/11/Cinema-Wak


Hamdi wartawan investasi 

Dini hari yang dingin menyelimuti negeri Bernama Wakanda, Hamdi duduk tegak di hadapan layar laptopnya dengan penuh ketegangan. Walaupun matanya terasa berat dan seolah-olah dikejar-kejar oleh semut-semut kecil, ia tetap berdiri siaga menantikan email penting dari informan yang bekerja di Badan Intelijen Negara (BIN). Email yang ditunggunya begitu vital karena berisi data dan video yang menunjukkan adanya dukungan terbuka dari seorang yang bernama Mr. Presiden, atau lebih dikenal sebagai Mr. Wanomo, kepada anaknya, Gigi, yang kini mencalonkan diri sebagai cawapres Mr. Purli dalam Pemilihan Umum tahun 2034.

Bukan nama sebenarnya 

Sebenarnya, nama-nama yang disebutkan di atas bukanlah nama asli mereka, melainkan alias yang diberikan dengan makna tersendiri bagi masyarakat Wakanda. Wanomo, misalnya, merupakan singkatan dari Mr. Wakanda no more. Kata "wak" atau "uwak" konon berasal dari bahasa gaul Melayu yang artinya "orang tua" atau "yang lebih tua". Istilah ini kerap digunakan dalam percakapan informal di kalangan masyarakat yang sudah akrab atau merasa dekat. Di kota Medan, ungkapan serupa sering digunakan untuk menyapa orang yang baru dikenal dengan tujuan mempererat keakraban, mirip dengan panggilan "lae". Sedangkan kata "no more" berasal dari bahasa Inggris yang artinya "tidak lagi" atau "tak lagi". Jadi, jika diartikan secara harfiah, ungkapan "Mr. Wakanda no more" dapat diinterpretasikan sebagai "tidak lagi dekat dengan Wakanda".

Hamdi terus menatap layar laptopnya dengan harapan email dari informannya segera tiba, membawa bukti yang bisa mengguncang politik Wakanda.

Ungkapan Wanomo ditujukan kepada Mr. Presiden yang telah mengalami perubahan signifikan dalam gaya kepemimpinannya. Kala itu, dia sudah tidak lagi memiliki popularitas yang dulu, terutama menjelang berakhirnya periode kedua kepemimpinannya dan mendekati pelaksanaan pemilu tahun 2034. Mr. Wanomo sudah tidak bisa mencalonkan diri kembali karena adanya pembatasan oleh undang-undang. Sebelumnya, ia sempat mencoba manuver politik dengan bantuan geng politiknya, namun usahanya gagal karena tidak mendapat dukungan dari partai pendukung utama, yaitu Partai Caknyo Merakyat (PCM). "Caknyo" sendiri merupakan ungkapan dalam bahasa Melayu (Palembang) yang berarti pura-pura.

Presiden merakyat 

Dalam cerita tersebut, Mr. Presiden awalnya terkenal karena kedekatannya dengan rakyat, namun hal ini mulai berubah sejak awal periode kedua kepemimpinannya. Perubahan sikapnya terlihat dari kebijakan-kebijakan kontroversial yang dikeluarkannya dan sikapnya yang pura-pura tak memedulikan kritik dari berbagai pihak. Banyak yang telah tertangkap dan diadili atas kasus-kasus rekayasa yang dilontarkan. Bahkan, ada kasus penembakan yang mengakibatkan kematian yang dilakukan oleh aparat keamanan. Tak sedikit pula ulama atau da'i yang menjadi sasaran penangkapan, bahkan ada yang meninggal sebelum kasusnya rampung.

Perubahan sikap 

Perubahan sikap Mr. Wanomo disinyalir karena adanya pengaruh dari skenario perpanjangan masa kekuasaan tiga periode yang gagal, yang tidak sejalan dengan pandangan dan agenda ketua Partai Caknyo Merakyat (PCM). Mr. Wanomo, yang cerdik, telah menyiapkan skenario lanjutan dengan mengikat perjanjian dengan Mr. Purli, yang akan mendapat dukungan penuh dalam pencalonan Capres tahun 2034. Namun, dukungan tersebut tidaklah gratis dan tergantung pada kepastian bahwa anaknya, Gigi (yang baru saja memulai karir politiknya), akan menjadi Cawapres, meskipun masih di bawah usia 40 tahun.

Menyusun skenario 

Skenario ini telah disusun secara matang selama lebih dari tiga tahun. Pada awal periode kedua kepemimpinannya, Mr. Wanomo berhasil menggulung kekuatan saingan dalam pemilihan presiden tahun 2029 dan bahkan memberikan jabatan menteri kepada Mr. Purli. Keputusan Mr. Purli untuk menerima tawaran ini, meskipun memiliki latar belakang militer dan pengalaman luas dalam dunia intelijen negara, mengejutkan banyak pihak. Seharusnya, menurut logika, Mr. Purli tidak akan menerima tawaran tersebut tanpa membaca skenario yang tersembunyi di balik penawaran tersebut. Bahkan, keputusan ini berarti Mr. Purli harus meninggalkan basis pemilihnya yang terdiri dari lebih dari 60 juta suara, yang telah ia janjikan untuk mewakili dan mengayomi bersama mereka (rakyat Wakanda).

Melikuidasi lawan politik 

Alasan sebenarnya terungkap pada debat kedua Capres, ketika Mr. Purli mengungkapkan bahwa ia merasa lelah menjadi bagian dari oposisi selama 20 tahun dan bisnisnya terganggu serta mengalami kemacetan.

Meskipun demikian, ia menyatakan bahwa ia menerima tawaran tersebut atas dasar kepentingan bangsa dan negara. Namun, alasan sesungguhnya terkuak saat pernyataannya ini diungkapkan di depan publik.

Ahli strategi yang licin

Mr. Wanomo, seorang ahli strategi politik yang licin dan tidak kenal takut, melancarkan serangkaian tindakan kreatif untuk memastikan keberhasilan skenario ambisiusnya. Dengan bantuan penasehat setianya, Mr. Lu, dia merancang langkah-langkah yang mengejutkan untuk mengamankan dukungan bagi Gigi sebagai calon wakil presiden.

Pertama-tama, mereka mengarahkan perhatian pada isu hukum. Dengan cerdiknya, mereka menyalurkan gugatan undang-undang pemilu melalui seorang mahasiswa di Jawa. Langkah ini tidak hanya membingungkan lawan-lawannya, tetapi juga menempatkan mereka dalam situasi yang sulit untuk merespons.

Namun, strategi Mr. Wanomo tidak berhenti di situ. Dia melangkah lebih jauh dengan menjalin ikatan keluarga. Dengan menjodohkan ketua komisi yang bertanggung jawab atas persetujuan undang-undang pemilu dengan adiknya yang masih duda, Mr. Wanomo menciptakan keterkaitan yang kuat di antara pihak-pihak yang terlibat dalam proses politik tersebut. Hal ini menjadi lapisan perlindungan tambahan bagi skenario mereka.

Ketika skenario semakin matang, Mr. Wanomo menyaksikan dengan puas bagaimana rencananya berjalan mulus, meskipun penuh kontroversi. Dukungan terhadap Gigi sebagai cawapres Mr. Purli berhasil terwujud tanpa hambatan, bahkan meskipun usia Gigi masih di bawah 40 tahun. Ini semua berkat keputusan Ketua Komisi yang baru, yang menegaskan bahwa posisi Gigi sebagai walikota tiga tahun yang lalu memenuhi syarat untuk pencalonan.

Skenario ini memperlihatkan kejeniusan dan kecerdikan politik Mr. Wanomo, yang berhasil memanfaatkan setiap celah dan kesempatan untuk mencapai tujuan politiknya. Meskipun kontroversial, tidak bisa dipungkiri bahwa langkah-langkahnya tersebut menghasilkan hasil yang memuaskan bagi timnya.

Harga sebuah informasi 

Hamdi memandang layar ponselnya, di mana notifikasi email baru muncul. Tanpa ragu, ia membuka pesan tersebut, berharap untuk menemukan jawaban atas ketidakpastiannya. Tapi ketika ia melihat isi pesan itu, hatinya berdegup kencang. Informannya telah memberikan data dan video yang menjanjikan, tetapi dengan permintaan harga yang cukup tinggi.

"Dia minta 1 miliar rupiah," ucap Hamdi pelan, mencerna setiap kata yang tertera di layar ponselnya. Angka itu terasa seperti gunung bagi seorang jurnalis lepas seperti dia.

Hamdi menggerakkan jari-jarinya di atas layar ponsel, memikirkan pilihan-pilihannya. Apakah ini benar-benar peluang emas yang harus dia ambil, ataukah hanya jebakan yang berbahaya?

Sementara pikirannya berputar, ponselnya bergetar kembali. Suara informan terdengar di ujung telepon.

"Hey, apa kabar?" sapa informan dengan santai. "Aku sudah kirim email ke kamu. Cek sekarang. Ini beneran, bro. Aku dapet data dan video ini dari sumber yang terpercaya di lingkungan istana."

Hamdi menghela nafas dalam-dalam sebelum menjawab, "Bayaran berapa? Dan bukti apa lagi yang dia punya?"

Informan menjelaskan lebih lanjut tentang dokumen-dokumen yang dia klaim memiliki, menambahkan lapisan baru ketidakpastian bagi Hamdi.

"Dia bilang, dia punya dokumen yang menunjukkan bahwa Mr. Wanomo merekayasa penaloan pasangan Capres-Cawapres Gigi dan Mr. Purli. Dia bilang, dia bisa kirim semua itu ke kamu, asal kamu bayar dulu," jelas informan.

Hamdi memejamkan matanya sejenak, mencoba untuk memilah pikiran dan perasaannya. Dia tahu bahwa jika dia membayar informan tersebut, dia bisa mendapatkan bukti yang lebih kuat, tetapi juga menyadari bahwa tindakan itu bisa membawanya ke dalam masalah hukum yang serius.

"Mungkin ini kesempatan emas untuk mengungkap skandal besar," gumamnya pada dirinya sendiri.

Dengan hati yang berat, Hamdi akhirnya menutup telepon dan kembali memandangi layar ponselnya. Dia harus membuat keputusan, dan dia harus membuatnya sekarang.

"Baiklah," pikirnya. "Saya akan membayar informan itu, tapi saya harus melindungi diri saya sendiri dan memastikan bahwa bukti yang saya dapatkan benar-benar otentik."

Layak dan etis kah

Hamdi mulai merencanakan langkah-langkah berikutnya dengan hati-hati, memastikan bahwa dia siap untuk menghadapi konsekuensi dari tindakannya. Duduk di meja kayunya yang sederhana, matanya terfokus pada layar laptop yang menerangi wajahnya dengan cahaya biru. Dengan teliti, dia menelusuri opsi-opsi yang tersedia di hadapannya.

"Membayar informan bisa menjadi pintu masuk menuju kebenaran yang lebih dalam," gumamnya pada dirinya sendiri, bibirnya terkatup rapat dalam pemikiran yang mendalam. Namun, dia tidak bisa mengabaikan risiko besar yang menyertainya.

"Tapi apakah itu layak? Apakah itu etis?" tanya Hamdi pada dirinya sendiri sambil memijat pelipisnya yang tegang. Tidak ada jawaban langsung, hanya keraguan yang semakin menghimpitnya.

Tiba-tiba, dia teringat akan teman-teman seprofesinya. Mungkin mereka bisa memberikan sudut pandang yang berbeda, mungkin ada saran yang berguna dari sudut pandang mereka yang beragam.

Tanpa ragu, Hamdi membuka grup chat dengan teman-teman jurnalisnya. Jarinya mengetik dengan cepat, mengetuk-ngetukkan keyboard laptopnya dengan antusiasme yang tidak bisa disembunyikan.

"Guys, aku butuh bantuan kalian. Aku punya data dan video yang menunjukkan adanya rekayasa dan dukungan terbuka Mr. Wanomo kepada Gigi yang jadi cawapres Mr. Purli. Ini beneran, atau cuma fitnah? Dan, apa yang harus aku lakukan?" tulis Hamdi di grup chat, mengirimkan pesan yang memohon bantuan kepada teman-temannya.

Dia menunggu dengan gelisah, mata terpaku pada layar laptopnya yang terus menampilkan grup chat yang tidak kunjung mendapat respons. Setiap detik terasa seperti masa tunggu yang tak berujung, dan kegelisahannya semakin menjadi-jadi.

Tiba-tiba, bunyi notifikasi masuk membuyarkan keheningan yang menyelimuti ruang kerjanya. Hamdi cepat-cepat membuka pesan yang masuk, mencari jawaban dari teman-temannya yang akhirnya memberi tanggapan.

"Wow, ini serius, bro. Ini bisa jadi berita besar. Tapi, kamu harus hati-hati. Jangan sampai kamu kena tipu atau kena masalah. Coba cek dulu kebenaran data dan video ini. Siapa tau ini cuma hoax yang dibuat oleh lawan politik Mr. Wanomo," tulis Rani, seorang jurnalis senior yang bekerja di salah satu media online terkemuka.

"Menurut aku, ini beneran, bro. Aku pernah dengar rumor tentang dukungan Mr. Wanomo kepada Gigi dari teman-teman di istana. Tapi, aku nggak punya bukti. Kalau kamu punya bukti, itu bagus. Tapi, kamu harus siap dengan konsekuensinya. Kamu bisa jadi target serangan dari pendukung Mr. Wanomo. Kamu juga bisa jadi sasaran hukum dari pihak istana. Kamu harus punya strategi yang jitu untuk melindungi diri dan sumbermu," tulis Andi, seorang jurnalis muda yang bekerja di salah satu media televisi swasta.

"Menurut aku, ini cuma fitnah, bro. Aku nggak percaya Mr. Wanomo bisa melakukan hal seperti ini. Dia kan presiden yang baik dan bersih. Dia juga punya keluarga yang harmonis. Aku rasa, ini cuma upaya untuk menjatuhkan Mr. Wanomo dan mengganggu stabilitas politik. Kamu harus hati-hati dengan data dan video ini. Jangan sampai kamu ikut menyebarkan fitnah dan hoax. Kamu harus verifikasi dulu kebenaran data dan video ini. Kamu juga harus menghormati privasi dan hak asasi Mr. Wanomo sebagai presiden dan manusia," tulis Dita, seorang jurnalis perempuan yang bekerja di salah satu media cetak nasional.

Keraguan 

Hamdi membaca balasan dari teman-temannya dengan perasaan bercampur aduk. Ia merasa bingung dan dilema. Ia ingin membuat berita yang mengekspos skandal Mr. Wanomo, tapi ia juga takut dengan risiko yang harus ia tanggung. Ia ingin menjadi jurnalis yang profesional, tapi ia juga ingin menjadi jurnalis yang berani dan kritis.

Setelah Hamdi mendapatkan balasan dari teman-temannya, dia merasa semakin terdorong untuk melakukan langkah-langkah berikutnya dalam penyelidikan skandal yang melibatkan Mr. Wanomo dan PuGi. Namun, berbagai tanggapan dan saran dari teman-temannya membuatnya semakin bingung.

"Wow, ini serius, bro. Ini bisa jadi berita besar. Tapi, kamu harus hati-hati. Jangan sampai kamu kena tipu atau kena masalah. Coba cek dulu kebenaran data dan video ini. Siapa tau ini cuma hoax yang dibuat oleh lawan politik Mr. Wanomo," tulis Rani, seorang jurnalis senior yang bekerja di salah satu media online terkemuka.

Rani yang menguatkan 

Tanggapan dari Rani membuat Hamdi semakin mempertimbangkan ulang langkah-langkahnya. Dia menyadari pentingnya melakukan verifikasi secara menyeluruh terhadap data dan video yang dia miliki sebelum melangkah lebih jauh.

"Menurut aku, ini beneran, bro. Aku pernah dengar rumor tentang dukungan Mr. Wanomo kepada Gigi dari teman-teman di istana. Tapi, aku nggak punya bukti. Kalau kamu punya bukti, itu bagus. Tapi, kamu harus siap dengan konsekuensinya. Kamu bisa jadi target serangan dari pendukung Mr. Wanomo. Kamu juga bisa jadi sasaran hukum dari pihak istana. Kamu harus punya strategi yang jitu untuk melindungi diri dan sumbermu," tulis Andi, seorang jurnalis muda yang bekerja di salah satu media televisi swasta.

Andi memberikan pandangan yang realistis terhadap situasi yang dihadapi oleh Hamdi. Dia mengingatkan Hamdi tentang kemungkinan resiko dan tekanan yang akan dihadapinya jika memilih untuk melanjutkan penyelidikan ini. Namun, saran dari Andi juga membuat Hamdi semakin mantap untuk bersiap menghadapi segala kemungkinan.

"Menurut aku, ini cuma fitnah, bro. Aku nggak percaya Mr. Wanomo bisa melakukan hal seperti ini. Dia kan presiden yang baik dan bersih. Dia juga punya keluarga yang harmonis. Aku rasa, ini cuma upaya untuk menjatuhkan Mr. Wanomo dan mengganggu stabilitas politik. Kamu harus hati-hati dengan data dan video ini. Jangan sampai kamu ikut menyebarkan fitnah dan hoax. Kamu harus verifikasi dulu kebenaran data dan video ini. Kamu juga harus menghormati privasi dan hak asasi Mr. Wanomo sebagai presiden dan manusia," tulis Dita, seorang jurnalis perempuan yang bekerja di salah satu media cetak nasional.

Dita yang mengingatkan 

Tanggapan dari Dita memberikan sudut pandang yang berbeda. Dia mengingatkan Hamdi tentang pentingnya menghormati privasi dan hak asasi manusia, bahkan bagi seorang presiden. Dita juga menyarankan Hamdi untuk lebih berhati-hati dalam menanggapi data dan video yang dia miliki.

Setelah membaca tanggapan dari teman-temannya, Hamdi merenung sejenak. Dia menyadari bahwa ini bukanlah keputusan yang mudah untuk diambil. Namun, sebagai seorang jurnalis, dia merasa memiliki tanggung jawab untuk mengungkap kebenaran kepada publik.

Keputusan bulat

Dengan tekad yang bulat, Hamdi memutuskan untuk melanjutkan penyelidikan ini dengan lebih hati-hati dan teliti. Dia akan melakukan verifikasi terhadap semua informasi yang dia miliki sebelum membuat keputusan lebih lanjut. Dan, dia juga akan mempersiapkan dirinya dengan strategi yang matang untuk menghadapi segala kemungkinan yang mungkin terjadi.

Setelah berdiskusi dengan temannya, Hamdi semakin yakin bahwa ia harus melanjutkan penyelidikan terkait skandal yang melibatkan Mr. Wanomo, PuGi, dan dukungan terbuka yang diberikan. Meskipun risikonya besar, Hamdi merasa bahwa sebagai seorang jurnalis, tugasnya adalah membawa kebenaran kepada publik.

Dia mulai merencanakan strategi penyelidikan yang lebih mendalam. Hamdi menyadari bahwa dia perlu mencari informasi dari berbagai sumber yang dapat dipercaya. Selain itu, ia juga perlu memperkuat keamanan komunikasi dan menyusun langkah-langkah untuk melindungi dirinya sendiri dan informannya dari kemungkinan ancaman.

Negosiasi harga

Hamdi kembali berkomunikasi dengan informannya dan menegosiasikan harga untuk mendapatkan bukti tambahan yang dimiliki olehnya. Setelah berdiskusi panjang, mereka sepakat untuk bertemu secara langsung di tempat yang aman untuk pertukaran informasi dan pembayaran. Seorang tokoh dan pengusaha besar, teman masa kecil Hamdi mendukung gerakan Hamdi dan menyiapkan dan yang diperlukan.

Sementara menunggu pertemuan dengan informannya, Hamdi terus melakukan riset dan memantau perkembangan politik terkait skandal ini. Dia juga menjaga kerahasiaan informasi yang dimilikinya dan berusaha untuk tidak mencurigakan pihak-pihak yang mungkin ingin menghalanginya.

Setelah beberapa hari menunggu, akhirnya pertemuan dengan informannya terjadi. Mereka bertemu di suatu tempat yang sepi dan aman, di luar kota. Informan memberikan bukti tambahan berupa dokumen-dokumen yang menunjukkan adanya rekayasa dalam penentuan pasangan Capres-Cawapres serta hubungan antara Mr. Wanomo dan PuGi.

Mengkaji dokumen 

Hamdi menyelidiki dokumen-dokumen tersebut dengan teliti. Dia mencari tahu asal-usul dan validitas setiap informasi yang ada di dalamnya. Setelah meyakini bahwa bukti-bukti yang diberikan oleh informannya cukup kuat, Hamdi memutuskan untuk melaporkan temuannya kepada rekan-rekannya di media. (bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun