Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cawe-cawe Mr. Presiden: Skandal atau Strategi?

3 Februari 2024   23:07 Diperbarui: 4 Februari 2024   09:55 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.dire.it/wp-content/uploads/2022/11/Cinema-Wak

Pertama-tama, mereka mengarahkan perhatian pada isu hukum. Dengan cerdiknya, mereka menyalurkan gugatan undang-undang pemilu melalui seorang mahasiswa di Jawa. Langkah ini tidak hanya membingungkan lawan-lawannya, tetapi juga menempatkan mereka dalam situasi yang sulit untuk merespons.

Namun, strategi Mr. Wanomo tidak berhenti di situ. Dia melangkah lebih jauh dengan menjalin ikatan keluarga. Dengan menjodohkan ketua komisi yang bertanggung jawab atas persetujuan undang-undang pemilu dengan adiknya yang masih duda, Mr. Wanomo menciptakan keterkaitan yang kuat di antara pihak-pihak yang terlibat dalam proses politik tersebut. Hal ini menjadi lapisan perlindungan tambahan bagi skenario mereka.

Ketika skenario semakin matang, Mr. Wanomo menyaksikan dengan puas bagaimana rencananya berjalan mulus, meskipun penuh kontroversi. Dukungan terhadap Gigi sebagai cawapres Mr. Purli berhasil terwujud tanpa hambatan, bahkan meskipun usia Gigi masih di bawah 40 tahun. Ini semua berkat keputusan Ketua Komisi yang baru, yang menegaskan bahwa posisi Gigi sebagai walikota tiga tahun yang lalu memenuhi syarat untuk pencalonan.

Skenario ini memperlihatkan kejeniusan dan kecerdikan politik Mr. Wanomo, yang berhasil memanfaatkan setiap celah dan kesempatan untuk mencapai tujuan politiknya. Meskipun kontroversial, tidak bisa dipungkiri bahwa langkah-langkahnya tersebut menghasilkan hasil yang memuaskan bagi timnya.

Harga sebuah informasi 

Hamdi memandang layar ponselnya, di mana notifikasi email baru muncul. Tanpa ragu, ia membuka pesan tersebut, berharap untuk menemukan jawaban atas ketidakpastiannya. Tapi ketika ia melihat isi pesan itu, hatinya berdegup kencang. Informannya telah memberikan data dan video yang menjanjikan, tetapi dengan permintaan harga yang cukup tinggi.

"Dia minta 1 miliar rupiah," ucap Hamdi pelan, mencerna setiap kata yang tertera di layar ponselnya. Angka itu terasa seperti gunung bagi seorang jurnalis lepas seperti dia.

Hamdi menggerakkan jari-jarinya di atas layar ponsel, memikirkan pilihan-pilihannya. Apakah ini benar-benar peluang emas yang harus dia ambil, ataukah hanya jebakan yang berbahaya?

Sementara pikirannya berputar, ponselnya bergetar kembali. Suara informan terdengar di ujung telepon.

"Hey, apa kabar?" sapa informan dengan santai. "Aku sudah kirim email ke kamu. Cek sekarang. Ini beneran, bro. Aku dapet data dan video ini dari sumber yang terpercaya di lingkungan istana."

Hamdi menghela nafas dalam-dalam sebelum menjawab, "Bayaran berapa? Dan bukti apa lagi yang dia punya?"

Informan menjelaskan lebih lanjut tentang dokumen-dokumen yang dia klaim memiliki, menambahkan lapisan baru ketidakpastian bagi Hamdi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun