Mohon tunggu...
Aulia
Aulia Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Andalas

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bumi Kompasiana 4, Berapa Lama Meraih Pangkat Maestro

24 Januari 2024   12:00 Diperbarui: 24 Januari 2024   12:08 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pengantar

Kompasiana adalah platform blog yang menjadi tempat bagi para penulis untuk berbagi ide, gagasan, opini, dan karya-karya lainnya. Kompasiana juga memberikan penghargaan kepada para penulis berdasarkan nilai level yang mereka raih dari berbagai aktivitas di Kompasiana, seperti menulis artikel, mendapatkan komentar, mendapatkan nilai dari pembaca, artikel masuk daftar pilihan, artikel masuk daftar headline, dan memiliki centang hijau atau biru. Nilai level ini menentukan pangkat atau status penulis di Kompasiana, yaitu:

- Debutan: 100 - 500 poin

- Junior: 501 - 1500 poin

- Taruna: 1501 - 10000 poin

- Penjelajah: 10001 - 50000 poin

- Fanatik: 50001 - 100000 poin

- Senior: 100001 - 250000 poin

- Maestro: 250001 - 1000000 poin

Pangkat maestro adalah pangkat tertinggi yang bisa dicapai oleh penulis di Kompasiana. Mungkin banyak yang bermimpi untuk mencapainya. Pangkat ini menunjukkan bahwa penulis adalah penulis yang berpengalaman, berprestasi, dan berkontribusi dalam dunia tulis-menulis. Pangkat ini juga menjadi salah satu bentuk kesuksesan dan kebanggaan bagi penulis. Namun, untuk meraih pangkat maestro, penulis harus melalui jalan panjang yang tidak mudah. Ada banyak tantangan, hambatan, dan persaingan yang harus dihadapi dan ditaklukkan oleh penulis.

Maestro Kompasiana adalah sebutan untuk penulis di Kompasiana yang memiliki nilai level tinggi, antara 250 ribu sampai 1 juta poin1. Nilai level ini didapatkan dari berbagai aktivitas di Kompasiana, seperti menulis artikel, mendapatkan komentar, mendapatkan nilai dari pembaca, artikel masuk daftar pilihan, artikel masuk daftar headline, dan memiliki centang hijau atau biru2. Menjadi maestro Kompasiana adalah salah satu bentuk kesuksesan dalam menulis, karena dapat menjadi inspirasi bagi orang lain dan berkontribusi dalam mengembangkan dunia tulis-menulis. Sejauh ini baru satu orang yang mencapai maestro Kompasiana yaitu Tjiptadinata Effendi. Calon lain adalah Rinaldi Sikumbang yang memiliki poin diatas 205.000.

Baru Satu Maestro di Kompasiana

Tjiptadinata Effendi adalah seorang penulis, aktivis, pengamat politik, dan budayawan yang lahir di Padang pada 21 Mei 1943. Dia adalah salah satu maestro Kompasiana dan menjadi inspirasi tulisan ini. Dia juga merupakan Grand Master Reiki, yaitu praktisi Reiki yang memiliki kemampuan dan pengalaman tinggi dalam bidang penyembuhan energi. Dengan umurnya yang akan mencapai 81 tahun pada 21 Mei 2024 kelak, beliau masih poduktif menulis hamper setiap hari, katanya menulis sudah menjadi kebutuhan hidupnya.

Tjiptadinata Effendi menulis tentang berbagai topik, seperti sejarah, politik, budaya, sosial, dan kesehatan. Dia juga sering memberikan apresiasi dan motivasi kepada penulis lain di Kompasiana. Dia memiliki lebih dari 7 ribu artikel, 6,6 juta pembaca, 99 ribu komentar, dan 162 ribu nilai. Dia juga memiliki lebih dari 4,9 ribu pengikut dan 4 ribu mengikuti.

Tjiptadinata Effendi menikah dengan Roselina, yang juga seorang penulis di Kompasiana. Mereka memiliki dua putra dan satu putri, yang semuanya tinggal di Australia. Tjiptadinata Effendi dan Roselina sering berbagi cerita tentang kehidupan mereka di Australia, termasuk tentang kesehatan, cinta, dan keluarga. Beliau adalah seorang penulis yang sangat produktif, konsisten, dan persisten. Dia juga seorang penulis yang sangat berwawasan, berpengetahuan, dan kreatif. Dia adalah salah satu penggerak literasi di Kompasiana dan menjadi inspirasi bagi banyak orang.

Tulisan Pertama Tjiptadinata

Ttulisan pertama Tjiptadinata Effendi di Kompasiana adalah berjudul "Ayam Berkokok di Denda 300 Dolar" yang dirilis pada tahun 20131. Tulisan tersebut menceritakan tentang pengalaman beliau saat tinggal di Australia dan mendapat denda karena ayam peliharaannya berisik. Tulisan tersebut menunjukkan gaya bahasa yang khas dan humoris dari Pak Tjipta, yang kemudian menjadi ciri khas tulisan-tulisan beliau di Kompasiana. Ringkasan dari tulisan pertama Tjiptadinata Effendi di Kompasiana yang berjudul "Ayam Berkokok di Denda 300 Dolar" adalah sebagai berikut:

Tulisan tersebut menceritakan tentang pengalaman beliau saat tinggal di Australia dan mendapat denda karena ayam peliharaannya berisik. Beliau mengisahkan bagaimana ayam-ayamnya yang dibawa dari Indonesia menjadi sumber kegembiraan dan kebanggaan bagi dirinya dan istrinya, tetapi juga menjadi sumber masalah dengan tetangga dan pemerintah setempat. Beliau mengungkapkan rasa sayangnya kepada ayam-ayamnya yang telah memberinya telur, daging, dan hiburan. Beliau juga mengekspresikan rasa kagumnya kepada ayam-ayamnya yang dapat beradaptasi dengan iklim dan lingkungan yang berbeda. Beliau menuturkan bagaimana ayam-ayamnya menjadi daya tarik bagi anak-anak dan orang-orang di sekitarnya, tetapi juga menjadi gangguan bagi mereka yang tidak menyukai suara kokokan mereka. Beliau menjelaskan bagaimana ayam-ayamnya menjadi sasaran keluhan dan laporan dari tetangga-tetangganya yang merasa terganggu. Beliau menceritakan bagaimana ayam-ayamnya menjadi objek penelitian dan pengawasan dari pihak berwenang yang menganggap mereka sebagai ancaman kesehatan dan keamanan. Beliau mengakhiri tulisannya dengan mengatakan bahwa ia harus membayar denda sebesar 300 dolar karena ayam-ayamnya berkokok, tetapi ia tidak menyesalinya karena ia merasa ayam-ayamnya adalah bagian dari keluarganya. Beliau menulis dengan gaya bahasa yang khas dan humoris, yang kemudian menjadi ciri khas tulisan-tulisannya di Kompasiana.

Mulai Aktif Menulis di Kompasiana

Menurut hasil pencarian web yang saya lakukan, Tjiptadinata Effendi mulai aktif menulis di Kompasiana pada tahun 2012. Pada tahun 2014, beliau mendapatkan penghargaan sebagai Kompasianer of The Year. Pada tahun 2023, beliau mencapai tingkat Maestro dengan poin lebih dari 360 ribu. Ini adalah prestasi yang sangat luar biasa dan patut diacungi jempol.

Beberapa Karya Tjiptadinata

Tjiptadinata Effendi adalah seorang penulis, aktivis, pengamat politik, dan budayawan yang telah menulis banyak buku dan artikel di berbagai bidang, seperti sejarah, politik, budaya, sosial, dan kesehatan. Beberapa karya terbaik beliau yang saya ketahui dari hasil pencarian web adalah:

The Power of Dream - Kekuatan Impian: Buku ini membahas tentang bagaimana impian dapat menjadi sumber motivasi dan inspirasi dalam meraih kesuksesan dan kebahagiaan dalam hidup.

Never Ending Meditation: Buku ini menjelaskan tentang manfaat meditasi dalam meningkatkan kesehatan, kesejahteraan, dan kesadaran diri. Buku ini juga memberikan panduan praktis tentang cara melakukan meditasi yang efektif dan menyenangkan.

Beranda Rasa: Buku ini merupakan kumpulan cerita pendek yang menggambarkan pengalaman hidup dan kehidupan Tjiptadinata Effendi dan istrinya, Roselina, di Australia. Buku ini menyajikan berbagai tema, seperti cinta, keluarga, persahabatan, dan nostalgia.

Meraih Maestro

Menurut salah satu artikel beliau di Kompasiana, beliau membutuhkan waktu delapan tahun untuk mencapai pangkat maestro, yaitu penulis yang memiliki nilai level antara 250 ribu sampai 1 juta poin. Beliau mengatakan bahwa ini bukanlah hal yang istimewa, tetapi hasil dari menulis secara konsisten, berkualitas, dan bermanfaat. Beliau juga berbagi tips dan motivasi bagi penulis lain yang ingin mencapai pangkat maestro di Kompasiana.

Untuk mencapai poin 250000 dalam 8 tahun, berarti harus diraih poin rata-rata sekitar 85 per hari. Ini bisa dihitung dengan cara membagi poin total dengan jumlah hari dalam 8 tahun, yaitu:

250000/(8365)=85

Tentu saja, ini hanya perkiraan kasar, karena poin yang diraih setiap hari bisa berbeda-beda tergantung pada aktivitas dan kualitas tulisan. Jadi, angka ini bukanlah target yang harus dipenuhi, tetapi hanya sebagai acuan untuk mengevaluasi kemajuan. Tidak mudah untuk mendapatkan poin 85 per hari di Kompasiana, tetapi juga tidak mustahil. Ada beberapa trik yang bisa dilakukan untuk meningkatkan poin, seperti:

Menulis artikel yang menarik, informatif, dan bermanfaat bagi pembaca. Artikel yang baik biasanya mendapatkan banyak pembaca, komentar, dan nilai dari pembaca lain. Artikel yang masuk daftar pilihan atau headline juga mendapatkan poin tambahan.

Membaca, memberi komentar, dan memberi nilai pada artikel-artikel lain. Aktivitas ini juga dapat menambah poin, selain juga dapat memperluas wawasan, menjalin silaturahmi, dan mendapatkan inspirasi dari penulis lain.

Memiliki centang hijau atau biru. Centang hijau atau biru adalah tanda verifikasi dari Kompasiana yang menunjukkan bahwa penulis adalah penulis asli dan bukan plagiat. Penulis yang memiliki centang hijau atau biru mendapatkan poin lebih banyak dari aktivitas menulis dan membaca.

Trik mendapatkan poin 85 per hari

Untuk mendapatkan nilai 85 per hari di Kompasiana sebagai centang biru maupun hijau, Anda harus memenuhi beberapa syarat dan kriteria. Pertama, Anda harus memiliki akun Kompasiana yang sudah terverifikasi dengan centang hijau. Untuk itu, Anda harus mengisi data profil dan data validasi Anda dengan lengkap dan benar. Anda juga harus mengunggah foto profil dan foto sampul yang jelas dan sesuai dengan identitas Anda.

Kedua, Anda harus menulis artikel yang menarik, informatif, dan bermanfaat bagi pembaca. Artikel Anda harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik, tidak mengandung unsur hoaks, fitnah, ujaran kebencian, atau pelanggaran lainnya. Artikel Anda juga harus memiliki judul, gambar, dan tag yang relevan dengan isi artikel. Ketiga, Anda harus konsisten dan spesialis dalam menulis satu topik atau kategori tertentu. Misalnya, jika Anda suka menulis tentang pendidikan, maka Anda harus terus menulis tentang pendidikan tanpa bercampur dengan topik lain. Anda juga harus menulis secara rutin, misalnya setiap hari atau setiap minggu.

Keempat, Anda harus aktif dalam membaca, memberi komentar, dan memberi nilai pada artikel-artikel lain. Aktivitas ini juga dapat menambah poin Anda, selain juga dapat memperluas wawasan, menjalin silaturahmi, dan mendapatkan inspirasi dari penulis lain. Anda juga harus memberikan komentar dan nilai yang positif, sopan, dan konstruktif. Kelima, Anda harus berusaha untuk mendapatkan label pilihan atau headline untuk artikel-artikel Anda. Label ini menunjukkan bahwa artikel Anda memiliki kualitas yang tinggi dan diakui oleh tim Kompasiana. Artikel yang mendapatkan label ini akan mendapatkan poin tambahan dan lebih banyak pembaca.

Jika Anda melakukan hal-hal di atas dengan baik dan konsisten, maka Anda akan mendapatkan poin 85 per hari atau bahkan lebih. Jika Anda sudah mencapai poin 250 ribu atau lebih, maka Anda berpeluang untuk mendapatkan centang biru, yaitu verifikasi konten. Centang biru menunjukkan bahwa Anda adalah penulis yang berpengaruh, berwawasan, dan berkontribusi dalam dunia tulis-menulis.

Simulasi Menggapai Maestro

Kasus 1

Untuk menjadi maestro Kompasiana, seseorang harus memiliki poin minimal 250 ribu1. Jika poin seseorang setelah 53 hari menulis di Kompasiana adalah 1079, maka berarti rata-rata poin yang didapat per hari adalah sekitar 20. Ini bisa dihitung dengan cara membagi poin total dengan jumlah hari, yaitu:

1079/53=20

Dengan asumsi poin yang didapat setiap hari tetap konstan, maka untuk mencapai poin 250 ribu, seseorang membutuhkan waktu sekitar 12500 hari. Ini bisa dihitung dengan cara membagi poin target dengan poin rata-rata per hari. Jadi, jika poin seseorang setelah 53 hari menulis di Kompasiana adalah 1079, maka dia akan menjadi maestro Kompasiana dalam waktu sekitar 12500 hari, atau sekitar 34 tahun. Ini adalah waktu yang sangat lama dan tidak realistis. Oleh karena itu, seseorang harus meningkatkan poinnya dengan cara menulis artikel yang lebih banyak, lebih berkualitas, dan lebih bermanfaat, serta aktif berinteraksi dengan penulis lain di Kompasiana. Ini adalah saya sekarang ini, maestro bagaikan mimpi panjang tak berujung untuk meraihnya, he..he...

Kasus 2

Irwan Rinaldi adalah seorang penulis di Kompasiana yang memiliki nama lengkap Irwan Rinaldi Sikumbang. Beliau adalah seorang penulis senior yang memiliki pangkat penjelajah, yaitu penulis yang memiliki nilai level antara 10 ribu sampai 50 ribu poin. Pada saat saya menulis jawaban ini, poin Irwan Rinaldi pada Kompasiana adalah 205.0831. Ini adalah jumlah poin yang sangat besar dan menunjukkan bahwa beliau adalah penulis yang produktif, berkualitas, dan berpengaruh di Kompasiana.

Irwan Rinaldi Sikumbang mulai bergabung dan menulis di Kompasiana pada tanggal 27 November 2013. Artikel pertama yang beliau tulis adalah berjudul "Mengapa Saya Menulis di Kompasiana?". Dalam artikel tersebut, beliau menjelaskan tentang alasan dan motivasi beliau menulis di Kompasiana. Beliau mengatakan bahwa beliau menulis di Kompasiana karena ingin berbagi pengetahuan, pengalaman, dan gagasan dengan pembaca. Beliau juga mengatakan bahwa beliau menulis di Kompasiana karena ingin belajar dari penulis lain dan meningkatkan kemampuan menulis beliau. ika kita menghitung jumlah hari dari tanggal tersebut hingga hari ini, yaitu 23 Januari 2024, maka kita akan mendapatkan angka sekitar 2970 hari. Ini bisa dihitung dengan cara mengurangi tanggal sekarang dengan tanggal bergabung, Dengan asumsi poin yang didapat setiap hari tetap konstan, maka untuk mencapai poin 205.083, berarti rata-rata poin yang didapat per hari adalah sekitar 69.

 Jika Irwan Rinaldi Sikumbang ingin mencapai pangkat maestro, maka beliau harus menambah poin sebanyak 44.917. Dengan asumsi poin yang didapat setiap hari tetap konstan, maka untuk mencapai poin 44.917. Jika rata-rata poin yang didapat per hari tetap konstan, maka Irwan Rinaldi Sikumbang akan mendapatkan pangkat maestro di Kompasiana dalam waktu sekitar 652 hari lagi, atau sekitar 2 tahun. Ini adalah waktu yang tidak lama, tetapi juga bisa dipercepat dengan cara menulis artikel yang lebih banyak, lebih berkualitas, dan lebih bermanfaat, serta aktif berinteraksi dengan penulis lain di Kompasiana. Selamat datang Maestro baru.

Kasus 3

Roselina Effendi adalah istri dari Tjiptadinata Effendi, seorang maestro Kompasiana. Beliau juga adalah seorang penulis di Kompasiana yang menulis tentang berbagai topik, seperti kesehatan, kecantikan, cinta, dan keluarga. Beliau juga sering menulis puisi, cerpen, dan humor yang menghibur pembaca.

Roselina Effendi adalah seorang penulis senior yang memiliki pangkat fanatik, yaitu penulis yang memiliki nilai level antara 50 ribu sampai 100 ribu poin. Poin Roselina Effendi pada Kompasiana adalah 109.893 . Ini adalah jumlah poin yang cukup besar dan menunjukkan bahwa beliau adalah penulis yang produktif, berkualitas, dan berpengaruh di Kompasiana.

Roselina Effendi mulai bergabung dan menulis di Kompasiana pada tanggal 27 November 2013, bersamaan dengan suaminya, Tjiptadinata Effendi. Jika kita menghitung jumlah hari dari tanggal tersebut hingga hari ini, yaitu 23 Januari 2024, maka kita akan mendapatkan angka sekitar 2970 hari.

Dengan asumsi poin yang didapat setiap hari tetap konstan, maka untuk mencapai poin 109.893, berarti rata-rata poin yang didapat per hari adalah sekitar 37.  Jika Roselina Effendi ingin mencapai pangkat maestro, maka beliau harus menambah poin sebanyak 140.107. Roselina Effendi membutuhkan waktu sekitar 3787 hari atau sekitar 10 tahun. Ini adalah waktu yang cukup lama mengingat umur beliau yang sudah sepuh. Semoga Ibu Roselina Effendi tetap sehat dan produktif serta bahagia. Dengan umur yang sekarang, mungkin tidak ada peluang meraih maestro, tetapi beliau tetap bahagia karena selalu ada maestro di sampingnya yang senantiasa bisa beliau rengkuh untuk menghangat harinya.

Penutup

Meraih maestro di Kompasiana memang bukanlah hal yang mudah. Maestro adalah pangkat tertinggi yang bisa dicapai oleh penulis di Kompasiana, yaitu penulis yang memiliki nilai level antara 250 ribu sampai 1 juta poin. Untuk mendapatkan poin tersebut, penulis harus aktif dan konsisten dalam menulis artikel yang berkualitas, informatif, dan bermanfaat, serta berinteraksi dengan penulis lain di Kompasiana.

Sejak fitur poin dan pangkat diluncurkan pada tahun 2017, baru satu penulis yang berhasil mencapai pangkat maestro di Kompasiana, yaitu Tjiptadinata Effendi, salut dan hormat buat beliau. Namun, tidak semua penulis bisa mengikuti jejak Tjiptadinata Effendi. Banyak penulis yang sudah lama bergabung di Kompasiana, tetapi masih berada di pangkat rendah, seperti debutan, junior, atau taruna. Banyak juga penulis yang sudah menulis banyak artikel, tetapi masih mendapatkan poin yang sedikit. Banyak juga penulis yang sudah mendapatkan artikel pilihan atau headline, tetapi masih jauh dari pangkat maestro. Banyak juga penulis yang sudah mendapatkan verifikasi hijau atau biru, tetapi masih belum puas dengan poin yang didapat.

Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah poin mencapai maestro dan kepangkatan dalam kompasian terlalu sulit untuk dicapai dan perlu ditata ulang, atau maestro adalah tahta akhir yang tidak mungkin lagi digoyang? Menurut saya, ini adalah pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan pasti, karena ada banyak faktor yang mempengaruhi poin dan pangkat di Kompasiana, seperti kualitas, kuantitas, relevansi, aktualitas, dan interaksi artikel. Sistem poin dan pangkat di Kompasiana mungkin sudah cukup adil dan transparan, tetapi mungkin juga masih bisa diperbaiki dan disempurnakan.

Yang terpenting dari semua itu adalah bagaimana penulis bisa menikmati proses menulis di Kompasiana, tanpa terlalu terpaku pada poin dan pangkat. Poin dan pangkat adalah hal yang penting, tetapi bukan hal yang utama. Yang utama adalah bagaimana penulis bisa berbagi ilmu, pengalaman, dan gagasan dengan pembaca, serta belajar dari penulis lain. Poin dan pangkat adalah bonus yang akan datang dengan sendirinya, jika penulis menulis dengan hati, semangat, dan kreativitas.

Jadi, apakah Anda ingin menjadi maestro di Kompasiana? Jika ya, maka Anda harus berusaha keras dan bersabar, serta mengikuti tips dan trik yang sudah banyak dibagikan oleh penulis lain. Jika tidak, maka Anda tidak perlu khawatir atau minder, karena Anda tetap bisa menjadi penulis yang baik dan bermanfaat, meskipun pangkat Anda rendah. Yang penting adalah Anda menulis dengan senang hati, bukan dengan beban hati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun