Mohon tunggu...
Aurelius Haseng
Aurelius Haseng Mohon Tunggu... Freelancer - AKU yang Aku tahu

Mencari sesuatu yang Ada sekaligus tidak ada

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tikus Putih Tanpa Pamit: Cerita Opa

28 Desember 2020   08:14 Diperbarui: 28 Desember 2020   08:35 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Cerita itu tidak baik. Nanti Patrik tahu sendiri, apa maksud mimpi itu." Opa meyakinkan Patrik dengan senyum.

Opa tidak suka dengan cerita mesum. Ia tidak mau bayangan tentang peristiwa puluhan tahun lalu dibangkit lagi dan mengganggu pikirnya. Cukup sudah peristiwa itu jadi rahasianya.

Opa pernah melihat peristiwa yang tak disangka-sangka. Ketika suatu sore melewati persawahan saat pulang mandi di sungai, ia tak sengaja mendengar dari gubuk di tengah sawah. Ada suara samar-samar, macam terengah-engah seperti kelelahan. Ia pun mengendap-endap, lihat apa yang terjadi. Dilihatnya dari lubang dinding, ada dua insan yang beradu kasih, tanpa benang di tubuhnya. Enam bulan setelah peristiwa itu, orang-orang kampung heboh dengan gadis manis pujaan para pria muda, mengandung tanpa tahu suaminya. Opa tahu siapa pria itu, tapi ia takut mengatakannya. Anak haram itu sekarang sudah besar dan menjadi orang.

"Opa, bagaimana dengan kelanjutan cerita kemarin?" Patrik alihkan pembicaraan, menuntut janji.

"Ok.Tapi, tungguh kita selesai sarapan pagi, lalu Patrik cuci piring, beri pakan babi. Nah, baru kita boleh bercerita. Bagaimana?" Opa beri syarat kepada Patrik

***.

dok. pribadi
dok. pribadi
Tikus putih pun tinggal di antara tikus-tikus sawah. Ia menjadi wali yang maha Agung, membacakan nubuat-nubuat dan harapan-harapan di balik kematian. Ia juga mempersembahkan doa-doa  bagi tikus-tikus yang meminta berkat, memberi pengampunan, dan mengantarkan tikus yang mati ke surga.

Saat pertemuan dengan tua-tua dan sesepuh, ia punya suara untuk kebijakan. Ia setera dengan pemangku adat, sesepuh, dan pemimpin tikus. Dirinya menjadi kerumunan tikus-tikus sawah, karena apa yang ia lakukan punya kekuatan gaib.

Ia pun tersohor. Tikus-tikus sawah berbondong-bondong membawakan banyak persembahan dari bulir-bulir padi, buah-buahan, dan emas di hadapannya. Ia hidup tanpa bekerja keras, tanpa ke sawah, tanpa terbakar terik matahari, tanpa cucuran keringat. Atau ia hidup beralaskan keringat dan jerih payah tikus-tikus sawah.

Lambat laun, nafsu dan keserakahan membutakan hati dan pikirannya. Ia terbiasa menjual tugas agungnya dengan menetapkan harga untuk doa-doa. Tikus-tikus sawah kesulitan mendapatkan berkat maha Agung. Bahkan tidak lagi nongol di ruang sakral.

Hanya yang berpunya dapatkan berkat itu. Semua tikus tahu. Ia hanya bergaul dengan yang tertentu, sering makan di rumah mereka, dan ikuti undangan tanpa keluhan, walau jadwal hariannya sibuk. Anehnya, tidak ada yang berani katakan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun