Sesuatu yang dianggap benar dalam suatu kebudayaan atau lingkungan tertentu belum tentu diterima benar dalam kebudayaan dan lingkungan yang lain.Â
Iman Kristen menolak relativisme, karena hal itu bertentangan dengan firman Tuhan. Di bidang doktrin, Alkitab mengajarkan bahwa kebenaran mutlak hanyalah berasal dari Allah, sebab hanya Dialah yang benar atau sumber kebenaran, maka standar kebenaran pun hanya bisa ditentukan oleh Dia sendiri. /10/
Ketika ada orang yang berteriak "tidak ada yang mutlak", bukankah orang tersebut menggunakan kemutlakan untuk menyatakan "tidak ada yang mutlak" sehingga orang tersebut tidak konsisten di dalam sikapnya.Â
Dan sebaliknya jika orang tersebut tidak memutlakan pernyataan "tidak ada yang mutlak", maka pernyataan tersebut pun tidak mutlak dipercaya oleh dirinya sendiri sehingga ada keragu-raguan didalam pernyataannya tersebut.Â
Oleh karena itu di dalam konsep Relativisme kita menemukan inkonsistensi yang merupakan Self Defeating Factor pada paham tersebut. /11/
Kemudian ajaran yang dianggap dapat menyerang iman Kristen yakni pluralisme, arti dari  pluralisme adalah: keadaan masyarakat yang majemuk (bersangkutan dengan sistem sosial dan politiknya); -- kebudayaan berbagai kebudayaan yang berbeda-beda dalam suatu masyarakat. /12/
Relativisme dan pluralisme memiliki persamaan, yakni sama-sama menolak kebenaran yang mutlak. Para penganut paham pluralisme menerima dan mengakui berbagai ragam kebenaran, bahkan dalam kehidupan beragama.Â
Mereka memandang bahwa keberagaman atau kemajemukan agama dapat dipandang sebagai pemicu perpecahan, sehingga penyebab perpecahan sebagai akibat dari keragaman itu hari dihilangkan, dengan cara menghapus ciri keunikan, nilai-nilai kebenaran dan realita serta nilai kemutlakan dari setiap ajaran agama. Pluralisme berpandangan bahwa agama adalah respons kebudayaan atau kesadaran akan adanya realitas ilahi.
Iman Kristen menolak pluralisme karena dua alasan. Pertama, iman Kristen tidak mengenal istilah "realitas ilah" karena hal ini bertentangan dengan kepribadian Allah.Â
Kita tidak pernah dapat mempercayai bahwa manusia dengan rasionya dapat mengenal Allah secara sempurna serta kemudian merefleksikannya dalam bentuk agama-agama (1Kor 1:21).Â