Mereka hidup di dunia dengan stimulasi kognitif yang konstan, sehingga anak generasi alpha membutuhkan lebih banyak struktur dalam hari-hari mereka agar tidak gelisah. Selain itu, anak generasi alpha juga khawatir terhadap adanya tekanan dari teman sebayanya. Untuk itu, mereka berlomba agar bisa berprestasi di sekolah dan menginvestasikan waktu demi mengikuti kegiatan ekstrakurikuler agar berprestasi. Bagi generasi ini, artificial intelligence (AI) mendominasi realitas mereka dan merupakan bagian alami dari kehidupan mereka. Ini juga menjadi faktor bagaimana mereka akan melihat dunia dengan banyaknya informasi yang disajikan. Generasi ini sangat bergantung pada sistem pembelajaran yang tidak formal dan tidak terikat serta peran internet, sosial media, dan AI sebagai sumber belajar mereka. Model inquiri, discovery, dan PBL cocok untuk generasi ini. Metode Jigsaw dan resitasi melalui blended learning dapat digunakan untuk mengurangi rasa bosan dan pembagian peran dalam kelompok belajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H