Mohon tunggu...
Cinta AurelliaAzzahra
Cinta AurelliaAzzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi angkatan 2021 Prodi S1 Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perbandingan dan Implikasi Desain Pembelajaran Setiap Generasi (Baby Boomers, Gen X, Y, Z dan milenial)

20 Desember 2023   00:41 Diperbarui: 20 Desember 2023   00:48 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Generation X

Fauziah dan Prabowo (2017) mengungkapkan bahwa tantangan yang dirasakan pada generasi X berbeda walau teknologi sudah mulai bermunculan, namun kesadaran individu akan hal itu masih minim. Pada Gen X, perkembangan teknologi belum sedemikian pesat seperti saat ini. Generasi X dibesarkan oleh orang tua (baby boomers) yang gila kerja (workaholic). Kondisi tersebutlah yang membuat generasi X tumbuh sebagai generasi yang mandiri, pekerja keras, berorientasi pada karier, fleksibel, dan problem solver (pemecah masalah) yang baik. Melihat kedua orang tuanya banyak menghabiskan waktu untuk bekerja di luar rumah, para generasi X mulai berpikir untuk mencari alternatif selain pekerjaan formal, seperti dengan berwirausaha atau bekerja di rumah. Generasi ini cenderung tidak suka pembelajaran yang bertele-tele dan cenderung mempelajari hal dalam konteks tertentu saja tanpa harus terpecah kemana-mana. artinya, mereka mengutamakan efisiensi dan hal yang cenderung simple. Sehingga strategi yang cocok untuk digunakan adalah Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL) dengan model Blended Learning Model dengan teknik Concept Mapping dan Case Study.

  1. Millennials / Gen Y

Berbeda dari generasi sebelumnya, para milenial lebih suka belajar secara berkelompok dibanding belajar secara individu. Mereka menyukai aktivitas pemecahan masalah dalam kelompok kecil. Teknologi merupakan suatu hal yang akrab bagi kehidupan para milenial. Oleh sebab itu, mereka juga sebisa mungkin akan menggunakan teknologi saat belajar. Contoh paling sederhana adalah dengan melakukan browsing internet saat belajar atau mengerjakan tugas. 

Mereka tumbuh di dunia yang telah mahir menggunakan media sosial dan juga smartphone, sehingga mereka dikenal dapat diandalkan dalam hal pemanfaatan teknologi (tech-savvy). Generasi ini sering dinilai sebagai generasi yang malas karena sering bermain ponsel. Namun, sebenarnya generasi ini adalah generasi yang memiliki keingintahuan tinggi, percaya diri, dan merupakan generasi yang paling banyak membaca. Dikutip dari Forbes, generasi yang lebih dikenal sebagai milenial ini mempunyai passion yang besar dan sangat kreatif untuk membuat passion mereka menjadi sumber penghidupan. Mereka suka bekerja, suka berpetualang, dan penuh gairah untuk melakukan hobi yang menjadi bagian penting dari pertumbuhan dan perkembangan pribadinya.

Experiential learning merupakan metode ajar di mana siswa belajar dari pengalaman. Jadi, guru tidak lagi hanya mengajar teori, tetapi juga mengajak siswa untuk praktek. Dengan demikian, siswa lebih aktif dan mendapat tambahan ilmu dari pengalamannya. Sehingga model yang tepat untuk digunakan adalah Problem Based Learning dan Project Based Learning dalam Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM) dengan menggunakan teknik Think-Pair-Share, Jigsaw. dan Case study.

  1. Generation Z

Karena karakteristik Generasi Z yang lebih menyukai metode belajar learning by doing sebagaimana generasi sebelumnya, mereka lebih suka bereksperimen atau melakukan praktek, dibanding duduk di kelas saja. Dengan hal ini, guru-guru pun harus lebih kreatif saat mengajar para generasi Z. Multitasking menjadi salah satu hal yang dikuasai oleh generasi Z. Multitasking adalah mengerjakan berbagai tugas dalam satu waktu. Kemampuan multitasking Gen Z ini disebabkan oleh seringnya mereka membagi waktu dengan banyaknya tugas yang ada.

Pada karakter ini, generasi Z lebih menyenangi kegiatan yang sifatnya berkelompok dan selalu terhubung dengan sejawatnya. Dalam pembelajaran, karakter ini dapat difasilitasi dengan penerapan pendekatan pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu siswa dan mengkondisikan siswa untuk saling berkolaborasi dalam menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Dunia pendidikan harus berkesempatan merekonstruksi harapan mereka tentang pendidikan di masa depan. Kenyamanan belajar merupakan hal utama yang harus dirasakan oleh generasi Z. Generasi Z memiliki karakter hiperkustomisasi atau penyesuaian identitas mereka sendiri agar dikenal dunia. Sebagai peserta didik karakter ini menyebabkan mereka menjadi terbiasa mengkritisi banyak hal di sekelilingnya, termasuk memberikan masukan terhadap media-media belajar yang digunakannya. Sehingga strategi yang cocok digunakan adalah Strategi Pembelajaran Kooperatif / SPK atau Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM) dalam model Problem Based Learning atau Project Based Learning. Teknik yang dapat digunakan adalah Peer Teaching, Jigsaw, dan Case Study.

  1. Generasi Alpha

Generasi alpha terbiasa memiliki akses langsung ke informasi yang dibutuhkan, sehingga membuat metode pembelajaran lama menjadi hal yang kuno baginya. Anak-anak generasi ini pun akan belajar dengan kecepatan mereka sendiri, pengalaman belajar yang dipersonalisasi dan ditargetkan untuk mengimbangi kemampuannya. Bersama dengan ruang kelas, modul, dan tutorial pembelajaran online akan memfasilitasi pendekatan mereka terhadap pendidikan. Generasi alpha akan berinteraksi serta bersosialisasi secara dominan dengan teman dan rekannya melalui media sosial. Dengan media sosial, anak-anak ini akan selalu terhubung sepanjang hari, dan membawa serta kekhawatiran tentang privasi dan bullying di media online. Penerimaan seorang siswa untuk bersosialisasi pun dihitung dengan seberapa besar mereka disukai secara online, Bunda. Meskipun hal ini kini menjadi norma, anak generasi alpha perlu diajari tentang pentingnya interaksi dengan orang lain secara langsung dengan bertatap muka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun