“Hanya kamu yang tahu. Kamu akan tahu kalau kamu sedang merasakan kamu ‘mencintai’,” jawabnya sederhana.
Aku bingung. Hanya saja, aku tahu, dan aku merasa bahwa aku mencintai Sang Bintang.
“Kalau begitu, aku rasa, aku mencintamu,” kataku pelan, hampir tidak terdengar.
“Apa?,” tanya Sang Bintang. Sepertinya Sang Bintang tidak mendengar pernyataan perasaanku kepadanya.
“Tidak, lupakan saja,” lebih baik, Sang Bintang tidak tahu.
“Ayolah, aku tahu, kamu mengatakan bahwa kamu mencintaimu, ya kan?,” rupanya Sang Bintang mendengarku.
“Kalau kamu mendengarku tadi, untuk apa kamu berpura-pura tidak mendengar?,” tanyaku.
“Aku hanya ingin mendengarmu mengatakannya lagi,” Sang Bintang tersenyum. Senyumnya berbeda dari yang biasanya. Tapi aku tetap menyukai senyumannya.
“Sudahlah, jangan mengerjai aku terus,” aku murung.
“Jangan begitu, kamu jadi terlihat jelek. Tersenyumlah,” Sang Bintang menggodaku.
“Tadi katamu aku burung hantu paling cantik. Sekarang kamu mengatakan aku terlihat jelek. Bagaimana sih?,”
“Iya, iya.. Kamu cantik,”