Meilani terkejut. Subandi memiliki banyak koneksi dengan aparat, bahkan beberapa di antara mereka pernah mencicipi tubuh Meilani. Lalu bagaimana mungkin Subandi bisa ditangkap polisi?
"Bukan hanya Subandi. Bibi serta pamanmu juga sudah berada di dalam penjara. Setiap kejahatan harus dihukum."
"Tapi tuan, Pamanku tidak terlibat. Saat bibi menjualku, pamanku sedang tidak ada di rumah."
"Sudah menjadi urusan polisi untuk menyelidiki hal itu. Aku tidak akan membiarkan siapapun berbuat jahat padamu, Meilani."
Dokter Daniel berdiri. Ia menatap wajah Meilani yang tertunduk. Pipi wanita itu merona, degup jantungnya terdengar sangat memalukan. Bagaimana mungkin Meilani yang terbiasa berhadapan dengan kaum pria, merasa gemetar saat Dokter Daniel mulai menyentuh jemarinya.
"Meilani, maukah kau menikah denganku? Aku tidak peduli dengan masa lalumu. Sejak pertama kali aku melihatmu mengais tong sampah di depan rumahku, aku sudah jatuh cinta padamu."
Meilani kembali terkejut. Ia mengangkat wajahnya, menatap Dokter Daniel yang masih menunggu jawabannya. Meilani menggigit pipi dalamnya, meyakinkan bahwa ia tidak sedang bermimpi. Dan rasa nyeri membuatnya tersadar. Tuhan sedang menunjukkan kuasa Nya. Tuhan mengirimkan malaikat kepadanya. Tuhan mengirimkan seorang pria tampan berpendidikan tinggi, meniupkan api cinta ke dalam hatinya, hingga ia jatuh cinta pada pelacur penderita lepra.
Meilani menganggukkan kepalanya. Ia membiarkan Dokter Daniel memeluknya lalu membimbingnya menuju ke luar. Sebuah mobil mewah sudah menunggu keduanya. Malam ini, perayaan pernikahan sederhana akan dilangsungkan, bukan reuni kecil sebagaimana yang Dokter Daniel sampaikan pada Meilani sebelumnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H