"Karena kau menghabiskan waktu di lorong sempit untuk mengirim orang-orang jahat itu pada kematiannya? Karena kau harus menyelamatkan para gadis yang diperjualbelikan oleh orang tuanya yang keparat? Karena kau harus membawa orang lumpuh ke rumah sakit agar mendapatkan perawatan yang layak? Karena kau harus menolong bayi tak berdosa yang dibuang di tempat sampah?"
Anthony meneduhkan pandangannya, melangkah setapak mendekat padaku, hingga tidak ada ruang lagi bagiku untuk sekedar melepaskan amarahku karena segala pengetahuannya yang lengkap tentang pekerjaanku selama ini.
"Bagaimana kau tahu semua itu?" Ucapanku terdengar begitu lirih, sembari mendongakkan wajahku ke arah Anthony. Begitu dekat, begitu hangat, begitu menggoda.
"Aku tahu apapun tentangmu, Margareth. Kau menampilkan dirimu yang arogan di hadapan kaum kelas atas untuk menciptakan batas, namun kau menampilkan dirimu yang apa adanya saat bersama kaum bawah. Menikahlah denganku. Aku tidak akan melarangmu melakukan kesenanganmu, Margareth. Aku tidak akan merasa jijik saat kau bergelung bersama orang-orang yang dipandang rendah hanya karena mereka miskin."
Aku terdiam. Kupandangi Anthony yang begitu lekat, kupelajari garis wajahnya, kusentuh dadanya yang bidang. Dan saat kudapati sebuah bekas luka di bagian lehernya, aku teringat pada seorang pria yang menyelamatkanku dari tusukan senjata tajam sang penjagal di lorong gelap.
"Anthony. Kau?"
Pria yang menyembunyikan wajahnya di balik topeng, menyelamatkanku dari kematian, dan membawaku menjauh dari tempat yang paling berbahaya di kota ini. Pria yang memiliki kesamaan denganku. Arogan, dingin, dan memikat.
"Kemiskinan, kemalangan, penderitaan bukanlah hal yang mereka inginkan, Anthony. Nasiblah yang menjadikan mereka harus menjalani hidup seperti demikian. Demikian juga kekayaan, kesenangan, dan kegembiraan yang kita jalani saat ini. Semua hanyalah karena nasib baik, dan aku ingin membaginya bersama mereka yang belum seberuntung kita."
Kubiarkan pria itu menarik pinggangku. Malam ini, aku memutuskan untuk menerima pinangannya. Menemukan sosok pria yang memahami pekerjaanku yang berbahaya dan dipandang aneh oleh kalanganku bukanlah hal yang mudah. Dan ayahku, selalu tahu apa yang aku inginkan selama ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H