Mohon tunggu...
Audrey Pasha
Audrey Pasha Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Hobi: menulis, travelling

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjodohan

12 Oktober 2023   16:14 Diperbarui: 23 Oktober 2023   11:16 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bodoh sekali. Aku bahkan tidak pernah berpikir untuk membayar seorang pria hanya demi memuaskan hasratku. Mereka, siapapun yang kuinginkan, akan datang dengan sukarela. Margareth adalah wanita tercantik yang diinginkan semua pria.

Lagipula, Anthony memang sedang menghinaku. Pandangan matanya menyusuri tubuhku yang terlihat dari posisinya, lalu kembali ke mataku yang melihatnya dengan tatapan mengancam. Aku ingin sekali mengiris kulitnya dan menyerahkannya pada anjing mungil berbulu coklat yang duduk di sudut ruangan.

"Jika kau bersedia memenuhi syarat yang kuajukan, malam ini juga aku akan menghubungi ayahmu. Aku akan meminta asisten pribadiku untuk menyusun jadwal pernikahan kita secepatnya. Minggu depan kurasa adalah pilihan yang sangat baik."

Aku meneguk secangkir minuman yang tidak lagi hangat. Acara makan malam sudah selesai. Tidak ada lagi yang perlu dilanjutkan. Aku didatangkan ke tempat ini hanya untuk mendapatkan hinaan.   

"Tuan Anthony, terima kasih atas makan malamnya. Aku bukanlah wanita yang pantas untuk kau nikahi. Aku memiliki banyak kekasih, aku tidur dengan pria manapun yang kuinginkan, dan aku benci pada anjing, terutama yang berbulu coklat." Sembari melirik anjing yang meringkuk malas di sudut ruangan, aku berdiri, melangkah berjalan menuju pintu.

"Tidak semudah itu keluar dari ruanganku, Nona Margareth."

Saat aku hendak melangkah melewati Anthony, tangannya meraih pinggangku, lalu menarikku padanya. Aku berusaha berdiri, menjaga keseimbangan agar tidak terjatuh di pangkuannya. Menghadapkan tubuhku ke arah Anthony yang masih duduk di posisinya, aku menantangnya untuk bertarung.

"Apa yang kau inginkan? Aku tidak punya banyak waktu."

Anthony berdiri. Posisi kami berhadapan, beradu mata, dengan tanganku yang bersiap melakukan serangan. Senjata api atau pisau bukanlah masalah bagiku. Aku adalah petarung bebas, wanita yang diam-diam merayap di jalanan sempit untuk mencari para lintah yang menghisap darah orang miskin.

"Ayahmu memintaku untuk menikahimu. Tentu saja aku butuh waktu untuk mempertimbangkannya. Kau bukan wanita ideal untuk dijadikan sebagai seorang istri."

Darahku mendidih. Jantungku berdegup menahan amarah, tanganku terkepal hendak menghantam tubuhnya yang menggoda. Anthony sangat sempurna. Pria yang bisa membawaku pada kesenangan duniawi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun