Assyifa Putri Rahmahnazila, Atyka Nujjiya Yufada
Titin Indah Pratiwi, Sherrin Nurlita Widya
Universitas Negeri Surabaya
assyifa.23203@mhs.unesa.ac.id atyka.23068@mhs.unesa.ac.id
titinindahpratiwi@unesa.ac.id sherrinwidya@unesa.ac.id
Abstract
The implementation of guidance and counseling at SMA PGRI 2 Jombang has an important role in supporting students' personal, social, and academic development. Counseling Guidance Teachers (BK) at this school not only function as counselors, but also as facilitators and mediators in helping students face various challenges, such as academic pressure, social conflicts, and emotional problems. However, the limited number of BK teachers is one of the main obstacles that affect the quality of services provided, especially in meeting the needs of diverse students.Â
This study aims to explore the management of counseling guidance at SMA PGRI 2 Jombang, including the stages of planning, implementation, as well as the obstacles and solutions implemented. The research method used is a direct online interview through the Zoom Meeting platform with BK teachers. The data collected includes the type of service provided, the frequency of implementation, coordination with related parties, and special case handling procedures.
The results of the study show that the BK program at SMA PGRI 2 Jombang includes basic services, specialization and individual planning services, responsive services, and system support. Periodic evaluations are carried out to ensure that the program is in accordance with the needs of students. However, the limited number of BK teachers causes students not to fully understand the benefits of these services, so their participation in utilizing BK services is still low.
This research provides recommendations in the form of optimizing the role of homeroom teachers, the use of technology for counseling services, and increasing collaboration with parents and related parties. These steps are expected to increase the effectiveness of BK services at SMA PGRI 2 Jombang, as well as serve as a reference for other schools facing similar challenges.
Keywords: Counseling Guidance, BK Management, Shortage of BK Teachers, Educational Services, SMA PGRI 2 Jombang
Abstrak
Pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMA PGRI 2 Jombang memiliki peran penting dalam mendukung perkembangan pribadi, sosial, dan akademik siswa. Guru Bimbingan Konseling (BK) di sekolah ini tidak hanya berfungsi sebagai konselor, tetapi juga sebagai fasilitator dan mediator dalam membantu siswa menghadapi berbagai tantangan, seperti tekanan akademis, konflik sosial, serta permasalahan emosional. Namun, keterbatasan jumlah guru BK menjadi salah satu kendala utama yang memengaruhi kualitas layanan yang diberikan, terutama dalam memenuhi kebutuhan siswa yang beragam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi manajemen bimbingan konseling di SMA PGRI 2 Jombang, termasuk tahapan perencanaan, pelaksanaan, serta kendala dan solusi yang diterapkan. Metode penelitian yang digunakan adalah wawancara langsung secara daring melalui platform Zoom Meeting dengan guru BK. Data yang dikumpulkan mencakup jenis layanan yang diberikan, frekuensi pelaksanaan, koordinasi dengan pihak terkait, serta prosedur penanganan kasus khusus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa program BK di SMA PGRI 2 Jombang mencakup layanan dasar, layanan peminatan dan perencanaan individual, layanan responsif, dan dukungan sistem. Evaluasi berkala dilakukan untuk memastikan program sesuai dengan kebutuhan siswa. Namun, keterbatasan jumlah guru BK menyebabkan siswa tidak sepenuhnya memahami manfaat layanan tersebut, sehingga partisipasi mereka dalam memanfaatkan layanan BK masih rendah.
Penelitian ini memberikan rekomendasi berupa optimalisasi peran wali kelas, pemanfaatan teknologi untuk layanan konseling, serta peningkatan kolaborasi dengan orang tua dan pihak terkait. Langkah-langkah ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas layanan BK di SMA PGRI 2 Jombang, sekaligus menjadi referensi bagi sekolah lain yang menghadapi tantangan serupa.
Kata Kunci: Bimbingan Konseling, Manajemen BK, Kekurangan Guru BK, Layanan Pendidikan, SMA PGRI 2 Jombang
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan sumber daya manusia, dengan sekolah sebagai lembaga yang tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter dan kepribadian siswa. Dalam proses pembelajaran yang menyeluruh, bimbingan dan konseling berperan sangat penting, karena membantu siswa menghadapi tantangan psikologis, sosial, dan akademis yang mereka temui, terutama pada masa remaja. Guru Bimbingan Konseling (BK) memiliki tugas untuk menjadi fasilitator, konselor, serta mediator yang membantu siswa menyelesaikan permasalahan tersebut dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan di dunia luar.
Namun, meskipun bimbingan dan konseling adalah layanan yang krusial dalam perkembangan siswa, pelaksanaannya di banyak sekolah, termasuk di SMA PGRI 2 Jombang, masih menghadapi berbagai tantangan. Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah kurangnya jumlah guru BK, yang menyebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan siswa akan layanan konseling dengan ketersediaan guru BK yang ada. Hal ini tentunya berdampak pada kualitas dan efektivitas layanan bimbingan konseling yang dapat diberikan.
Di SMA PGRI 2 Jombang, bimbingan dan konseling telah menjadi bagian integral dari pendidikan, namun kekurangan jumlah guru BK menyebabkan beberapa permasalahan, seperti terbatasnya waktu layanan bagi setiap siswa dan kesulitan dalam menangani masalah yang lebih kompleks. Selain itu, banyak siswa yang belum sepenuhnya memahami fungsi dan manfaat dari layanan bimbingan konseling, sehingga mereka kurang memanfaatkan fasilitas yang tersedia. Keterbatasan ini menjadi tantangan besar bagi pengelola program BK dalam memberikan layanan yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan individu siswa.
Pentingnya evaluasi dan pengembangan lebih lanjut terhadap program bimbingan konseling di SMA PGRI 2 Jombang menjadi semakin jelas, terutama dalam konteks kekurangan guru BK. Artikel ini bertujuan untuk menggali lebih dalam tentang tantangan yang dihadapi dalam manajemen konseling BK di sekolah ini, serta untuk memberikan solusi yang tepat guna mengatasi masalah kekurangan tenaga pengajar yang sangat krusial ini. Melalui wawancara dengan guru BK dan observasi langsung, diharapkan artikel ini dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai kondisi nyata di lapangan, serta memberikan kontribusi terhadap pengembangan praktik bimbingan konseling di masa depan.
Selain mengidentifikasi tantangan, penelitian ini juga akan membahas langkah-langkah strategis untuk mengatasi permasalahan kekurangan guru BK. Fokus utama akan diarahkan pada solusi inovatif, seperti optimalisasi jadwal layanan, pemanfaatan teknologi dalam proses bimbingan, serta pelibatan pihak-pihak lain, seperti wali kelas atau orang tua, dalam mendukung peran guru BK.
Adapun pertanyaan utama yang hendak dijawab dalam artikel ini meliputi:
1. Apa saja tantangan yang dihadapi guru BK di SMA PGRI 2 Jombang?
2. Bagaimana kekurangan guru BK memengaruhi kualitas dan efektivitas layanan konseling?
3. Solusi apa yang dapat diterapkan untuk mengatasi kekurangan guru BK?
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat ditemukan langkah-langkah konkret untuk meningkatkan kualitas layanan bimbingan konseling, mengoptimalkan peran guru BK, serta mendorong siswa untuk lebih aktif dalam memanfaatkan layanan yang ada. Sebagai hasilnya, bimbingan konseling di SMA PGRI 2 Jombang diharapkan dapat menjadi lebih efektif dalam mendukung perkembangan pribadi dan akademik siswa, sekaligus menjadi inspirasi bagi sekolah lain yang menghadapi tantangan serupa.
METODE
Guru Bimbingan dan Konseling (BK) yang menjadi narasumber dalam penelitian ini adalah seorang pendidik berpengalaman bernama Ibu Dwi Fatmawati, S.Pd. Beliau telah mengabdi di bidang BK selama lebih dari 12 tahun, dengan fokus utama pada pengembangan dan pembinaan siswa dalam aspek sosial, emosional, dan akademik, dibantu oleh bapak Bisma Zulkifliawan S.Pd.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan wawancara untuk menggali informasi mendalam mengenai pengelolaan bimbingan dan konseling di SMA PGRI 2 Jombang. Pendekatan ini dipilih karena memungkinkan pengumpulan data langsung dari narasumber yang memiliki peran sentral dalam implementasi layanan konseling di sekolah.
Menurut Sugiyono (2013:9), penelitian kualitatif merupakan pendekatan yang didasarkan pada filosofi postpositivisme. Pendekatan ini digunakan untuk mengkaji objek dalam keadaan alami, di mana peneliti berperan sebagai instrumen utama. Proses pengumpulan data dilakukan melalui triangulasi, analisis datanya bersifat induktif, dan hasil penelitian lebih fokus pada makna daripada menghasilkan generalisasi.
Wawancara diterapkan sebagai metode pengumpulan data ketika peneliti ingin melakukan penelitian awal untuk mengidentifikasi masalah yang perlu diteliti, serta ketika peneliti ingin memperoleh informasi yang lebih mendalam dari responden (Sugiyono, 2013:137). Wawancara dapat dilakukan dengan tersetruktur dan tidak tersetruktur. Kami memilih menggunakan wawancara terstruktur. Pertanyaan-pertanyaan tersebut membuat wawancara menjadi lebih efisien karena pewawancara berfokus pada jawaban yang menunjukkan keterampilan kandidat sehingga objektivitas dan evektifitas waktu lebih terjamin.
Proses pengumpulan data dilakukan secara daring menggunakan platform Zoom Meeting. Wawancara melibatkan guru BK sebagai informan utama, dengan fokus pembahasan mencakup berbagai aspek penting, seperti tahapan awal perencanaan program BK, jenis dan frekuensi layanan yang diberikan, serta kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program. Selain itu, wawancara juga mengeksplorasi mekanisme evaluasi dan tindak lanjut yang dilakukan untuk memastikan program tetap relevan dengan kebutuhan siswa.
Instrumen wawancara disusun berdasarkan panduan yang terstruktur, tetapi memberikan fleksibilitas untuk mengeksplorasi jawaban lebih mendalam sesuai konteks yang diungkapkan oleh narasumber. Proses ini mencakup penyesuaian pertanyaan untuk menggali lebih jauh terkait kolaborasi dengan wali kelas, orang tua, dan pihak luar, seperti psikolog, jika diperlukan dalam menangani kasus khusus.
Analisis data dilakukan secara tematik melalui beberapa tahap, yaitu pengorganisasian data, pengkodean, pengelompokan temuan, dan interpretasi hasil. Pendekatan ini memungkinkan identifikasi pola utama yang relevan dengan tantangan dan solusi dalam manajemen layanan BK.
Metode ini dirancang untuk menghasilkan temuan yang komprehensif dan dapat memberikan wawasan praktis mengenai manajemen bimbingan konseling di SMA PGRI 2 Jombang, termasuk upaya untuk meningkatkan efektivitas layanan dalam kondisi keterbatasan sumber daya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil wawancara yang telah kami laksanakan bersama dengan Ibu Dwi Fatmawati, S.Pd., dan Bapak Bisma Zulkifliawan, S.Pd., sebagai Guru Bimbingan dan Konseling (BK) di SMA PGRI 2 Jombang, diperoleh sejumlah temuan penting terkait manajemen layanan BK di sekolah. Berikut adalah ringkasan hasil penelitian:
1. Tahapan Awal Perencanaan Program BK
Perencanaan layanan BK di SMA PGRI 2 Jombang dimulai dengan identifikasi kebutuhan siswa melalui survei, diskusi dengan wali kelas, dan catatan dari hasil observasi guru BK. Proses ini bertujuan untuk memastikan program yang dirancang relevan dengan permasalahan siswa. Guru BK kemudian menyusun rencana tahunan yang mencakup kegiatan pencegahan, pengembangan, dan kuratif sesuai kebutuhan siswa.
2. Jenis Layanan BK yang Disediakan
Layanan yang diberikan mencakup empat komponen utama: layanan dasar, layanan peminatan dan perencanaan individual, layanan responsif, dan dukungan sistem. Setiap komponen dirancang untuk memenuhi kebutuhan siswa di bidang pribadi, sosial, akademik, dan karir.
3. Kendala yang Dihadapi
Salah satu kendala utama adalah kekurangan tenaga guru BK. Dengan jumlah guru BK yang terbatas yakni hanya 4 guru dan yang sering stay di sekolah hanya 1 guru saja, hal tersebut tentunya mengakibatkan guru sulit memberikan perhatian penuh kepada setiap siswa. Selain itu, banyak siswa yang belum memahami sepenuhnya fungsi layanan BK, sehingga pemanfaatannya masih rendah.
4. Koordinasi dengan Pihak Lain
Guru BK secara rutin berkoordinasi dengan wali kelas, orang tua, dan pihak luar seperti psikolog untuk menangani kasus-kasus tertentu. Dalam beberapa situasi, koordinasi dengan pihak kepolisian juga dilakukan untuk pembinaan siswa yang menghadapi masalah serius.
5. Frekuensi dan Efektivitas Layanan
Layanan diberikan secara rutin dengan frekuensi disesuaikan kebutuhan. Masalah yang sering dihadapi meliputi konflik dengan teman sebaya, kesulitan belajar, masalah emosional, dan tekanan keluarga. Guru BK menggunakan pendekatan empatik untuk membuat siswa merasa nyaman.
Dari hasil wawancara yang telah kami lakukan juga didapatkan informasi-informasi yang relevan seputar manajemen BK di SMA PGRI 2 Jombang sebagai berikut. Visi dan Misi Bimbingan dan Konseling SMA PGRI 2 Jombang
a. Visi
Visi layanan bimbingan dan konseling adalah terciptanya layanan yang profesional untuk mendukung perkembangan peserta didik atau konseli menjadi individu yang unggul dalam keimanan, ilmu pengetahuan, teknologi, tangguh, mandiri, dan bertanggung jawab.
b. Misi
1. Memberikan layanan bimbingan dan konseling yang mampu mendorong kemandirian peserta didik atau konseli dengan pendekatan humanis dan multikultural.
2. Membangun kerja sama dengan guru mata pelajaran, wali kelas, orang tua, dunia usaha dan industri, serta pihak lain untuk mendukung penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling.
3. Mengembangkan kualitas guru bimbingan dan konseling atau konselor melalui program pengembangan profesional secara berkelanjutan.
Dampak Kekurangan Guru BK tentunya berpengaruh cukup besar terhadap layanan yang diberikan. Kekurangan jumlah guru BK menjadi tantangan utama dalam pelaksanaan program BK di SMA PGRI 2 Jombang. Idealnya, rasio guru BK dengan siswa adalah 1:150, tetapi di sekolah ini rasio tersebut kurang dapat terpenuhi. Akibatnya, waktu yang dapat diberikan kepada setiap siswa menjadi terbatas, terutama untuk menangani kasus yang kompleks.
Kekurangan jumlah guru Bimbingan dan Konseling (BK) di Indonesia saat ini menjadi isu yang signifikan dalam sistem pendidikan. Berdasarkan data terbaru, kebutuhan ideal untuk guru BK di seluruh Indonesia mencapai 300 ribu, sedangkan jumlah yang tersedia saat ini hanya 58 ribu. Hal ini mengakibatkan kekurangan sekitar 242 ribu guru BK.
PB AKBKIN mengatakan sesuai dengan peraturan yang ada, satu guru BK seharusnya mengelola tidak lebih dari 150 siswa. Dengan total siswa di Indonesia yang mencapai 45 juta, perhitungan menunjukkan bahwa Indonesia memerlukan lebih banyak guru BK untuk memenuhi standar tersebut.
Selain hal itu, kurangnya sosialisasi mengenai fungsi BK membuat siswa ragu untuk memanfaatkan layanan yang ada. Tentunya sebagai pihak sekolah yang berkomitmen untuk mendukung kesejahteraan siswa dan keberhasilan pendidikan secara holistik, SMA PGRI 2 Jombang menyadari bahwa kekurangan jumlah Guru Bimbingan Konseling (BK) adalah tantangan yang perlu segera diatasi. Berbagai solusi inovatif dapat diterapkan untuk mengoptimalkan peran Guru BK dalam menghadapi beban yang berat dan meningkatkan kualitas layanan konseling. Berikut beberapa Solusi dari guru BK SMA PGRI 2 Jombang yang dapat diterapkan, yaitu:
- Optimalisasi Jadwal Layanan Konseling
Salah satu langkah awal yang dapat dilakukan adalah mengoptimalkan jadwal layanan konseling agar lebih efisien. Sebagai langkah konkret, Â dapat dilakukan dengan membuat jadwal layanan yang lebih terstruktur, di mana Guru BK dapat menjadwalkan sesi konseling dengan lebih teratur dan fokus pada kelompok siswa tertentu yang membutuhkan perhatian lebih. Dengan memanfaatkan waktu secara maksimal, dan juga mengatur sesi konseling secara lebih efektif dan mengurangi waktu yang terbuang. Misalnya, kami dapat memisahkan sesi konseling individual dan kelompok agar lebih tertata, serta memastikan bahwa sesi konseling tidak saling tumpang tindih dengan kegiatan lain di sekolah.
- Pemanfaatan Teknologi dalam Proses Bimbingan
Di era digital ini, pemanfaatan teknologi dapat menjadi solusi penting dalam mengatasi kekurangan Guru BK. Dengan adanya berbagai platform komunikasi daring, kami akan mengadakan sesi konseling online atau menyediakan forum konsultasi bagi siswa yang membutuhkan bantuan. Teknologi seperti aplikasi konseling, video call, atau chatbot konseling dapat digunakan untuk menjangkau siswa yang mungkin kesulitan untuk bertemu secara langsung. Selain itu, teknologi juga dapat digunakan untuk mengelola data siswa, memantau perkembangan mereka, serta memberikan materi konseling yang dapat diakses secara mandiri oleh siswa, seperti artikel atau video edukatif tentang kesehatan mental dan keterampilan sosial.
- Pelibatan Wali Kelas dalam Proses Konseling
  Kami di SMA PGRI 2 Jombang percaya bahwa peran wali kelas sangat penting dalam mendukung konseling siswa. Sebagai penghubung antara Guru BK dan siswa, wali kelas dapat membantu memantau kondisi siswa secara lebih dekat dan memberikan informasi yang berguna kepada Guru BK. Dengan melibatkan wali kelas dalam proses bimbingan, kami dapat meningkatkan kolaborasi antara Guru BK dan tenaga pengajar lain dalam mendukung kesejahteraan siswa. Wali kelas dapat membantu mendeteksi siswa yang membutuhkan perhatian khusus dan memberi tahu Guru BK lebih cepat. Sebagai tambahan, kami juga dapat mengadakan pelatihan atau workshop bagi wali kelas untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang pentingnya dukungan emosional bagi siswa.
- Melibatkan Orang Tua dalam Proses Bimbingan Konseling
  Dukungan dari orang tua sangat penting dalam mengatasi masalah yang dihadapi siswa. Oleh karena itu, SMA PGRI 2 Jombang akan memperkuat komunikasi dengan orang tua siswa dalam rangka mendukung proses bimbingan konseling. Kami dapat mengadakan pertemuan rutin dengan orang tua, baik melalui pertemuan tatap muka atau secara daring, untuk memberikan informasi mengenai kondisi anak mereka dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mendukung perkembangan emosional dan psikologis siswa. Dengan keterlibatan orang tua, diharapkan konseling yang dilakukan oleh Guru BK akan lebih efektif karena ada kesepahaman antara pihak sekolah dan keluarga dalam menangani masalah yang dihadapi siswa.
- Pengalokasian Sumber Daya Tambahan
  Untuk mengatasi kekurangan Guru BK, SMA PGRI 2 Jombang dapat mencari alternatif sumber daya tambahan, seperti mengundang konselor eksternal atau menggandeng profesional di bidang psikologi yang dapat memberikan dukungan tambahan. Kami dapat bekerja sama dengan universitas atau lembaga pendidikan tinggi yang memiliki program magan g bagi mahasiswa psikologi, sehingga mereka dapat membantu dalam kegiatan konseling di bawah supervisi Guru BK yang ada. Selain itu, alokasi anggaran untuk kegiatan bimbingan konseling juga perlu ditingkatkan agar Guru BK dapat memperoleh fasilitas yang lebih baik dan dukungan yang lebih maksimal untuk melaksanakan tugas mereka.
- Peningkatan Pelatihan dan Pengembangan Profesional Guru BK
  Solusi lain yang dapat kami terapkan adalah dengan memberikan pelatihan dan pengembangan profesional secara berkala bagi Guru BK. Dengan mengikuti pelatihan yang relevan, Guru BK dapat meningkatkan keterampilan mereka dalam menangani berbagai masalah siswa, baik dari segi konseling individu, pengelolaan kelompok, maupun penanganan masalah psikososial siswa. Pelatihan ini juga dapat mencakup pemanfaatan teknologi dalam konseling serta cara mengelola stres dan beban kerja yang mereka hadapi.
Dengan penerapan solusi-solusi inovatif yang melibatkan optimalisasi jadwal layanan konseling, pemanfaatan teknologi dalam proses bimbingan, serta pelibatan aktif wali kelas dan orang tua, diharapkan SMA PGRI 2 Jombang dapat menciptakan sistem bimbingan konseling yang lebih efektif, efisien, dan holistik, yang tidak hanya mendukung perkembangan akademik siswa, tetapi juga kesejahteraan emosional dan psikologis mereka, sehingga para siswa merasa lebih diperhatikan, diberdayakan, dan siap menghadapi tantangan di masa depan dengan dukungan yang lebih menyeluruh dari seluruh elemen sekolah dan keluarga, serta memperoleh manfaat maksimal dari setiap layanan konseling yang diberikan, terlepas dari keterbatasan jumlah Guru BK yang ada.
Â
KESIMPULAN
Berdasarkan wawancara yang dilakukan melalui zoom pada guru BK SMA PGRI 2 Jombang, dapat disimpulkan bahwa kekurangan Guru Bimbingan Konseling (BK) menjadi tantangan utama dalam manajemen konseling di sekolah tersebut. Jumlah Guru BK yang tidak memadai dibandingkan dengan jumlah siswa menyebabkan ketidakmampuan dalam memberikan layanan konseling yang optimal. Selain itu, beban kerja yang tinggi dan keterbatasan fasilitas juga mempengaruhi kualitas layanan yang dapat diberikan. Guru BK seringkali kesulitan untuk mendalami masalah siswa secara mendalam karena keterbatasan waktu dan sumber daya yang ada. Selain itu, kurangnya pemahaman dari pihak sekolah mengenai pentingnya peran Guru BK turut memperburuk keadaan.
Untuk mengatasi masalah ini, disarankan agar pihak sekolah melakukan penambahan jumlah Guru BK agar rasio antara Guru BK dan siswa lebih ideal. Selain itu, fasilitas untuk kegiatan konseling perlu ditingkatkan agar mendukung proses konseling yang lebih efektif dan nyaman. Dukungan yang lebih besar dari pihak sekolah dalam bentuk pelatihan untuk Guru BK dan alokasi anggaran yang memadai juga sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas layanan konseling di sekolah. Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan manajemen konseling di SMA PGRI 2 Jombang dapat berjalan lebih optimal, memberikan manfaat yang lebih besar bagi kesejahteraan dan perkembangan siswa.
Â
Â
 DAFTAR PUSTAKA
Rustina. PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PERSPEKTIF EKONOMI PENDIDIKAN (Suatu Tinjauan Sosial). J Hunafa. 2007;4(2):109-120.
Setiawan, P. (2020). "Optimalisasi Peran Guru BK dalam Menghadapi Tantangan di Era Digital." Jurnal Pendidikan dan Konseling Modern, 9(4), 35-47.
Hidayat, R. (2021). "Peran Bimbingan Konseling dalam Meningkatkan Kesejahteraan Siswa." Jurnal Psikologi Pendidikan, 10(1), 30-41.
Ratna, S. (2019). "Pendidikan Konseling di Sekolah: Teori dan Praktik." Jurnal Pendidikan dan Konseling, 8(3), 122-135.
Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta cv
Purwanto, A. (2017). "Pengaruh Konseling terhadap Prestasi Akademik Siswa." Jurnal Konseling dan Pengembangan, 7(2), 150-160.
Suhartono, E. (2021). "Strategi Penyelesaian Masalah dalam Bimbingan Konseling." Jurnal Psikologi Klinis dan Konseling, 15(3), 99-112.
Prasetya, A. (2020). "Tantangan Guru BK di Sekolah Menengah: Sebuah Studi Kasus." Jurnal Bimbingan dan Konseling Indonesia, 6(2), 78-92.
Anggraini, D. (2022). "Keterbatasan Fasilitas dalam Layanan Konseling di Sekolah." Jurnal Pendidikan dan Psikologi Sekolah, 14(1), 47-59.
Corey, G. (2020). Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. Belmont, CA: Brooks/Cole.
Mulyasa (2019). Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi. Jakarta: Bumi Aksara.Â
Santrock, J. W. (2021). Educational Psychology. New York: McGraw-Hill.Â
Gladding, S. T. (2018). Counseling: A Comprehensive Profession. Boston: Pearson.Â
Yusuf, Syamsu (2019). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.Â
Sugiyono (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.Â
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2020) Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.Â
Lickona, T. (2019). Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.Â
Gysbers, N. C., & Henderson, P. (2020). Developing and Managing Your School Guidance and Counseling Program. Alexandria, VA: American Counseling Association.Â
Arifin, Zainal (2019). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H