Abstrak
Pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMA PGRI 2 Jombang memiliki peran penting dalam mendukung perkembangan pribadi, sosial, dan akademik siswa. Guru Bimbingan Konseling (BK) di sekolah ini tidak hanya berfungsi sebagai konselor, tetapi juga sebagai fasilitator dan mediator dalam membantu siswa menghadapi berbagai tantangan, seperti tekanan akademis, konflik sosial, serta permasalahan emosional. Namun, keterbatasan jumlah guru BK menjadi salah satu kendala utama yang memengaruhi kualitas layanan yang diberikan, terutama dalam memenuhi kebutuhan siswa yang beragam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi manajemen bimbingan konseling di SMA PGRI 2 Jombang, termasuk tahapan perencanaan, pelaksanaan, serta kendala dan solusi yang diterapkan. Metode penelitian yang digunakan adalah wawancara langsung secara daring melalui platform Zoom Meeting dengan guru BK. Data yang dikumpulkan mencakup jenis layanan yang diberikan, frekuensi pelaksanaan, koordinasi dengan pihak terkait, serta prosedur penanganan kasus khusus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa program BK di SMA PGRI 2 Jombang mencakup layanan dasar, layanan peminatan dan perencanaan individual, layanan responsif, dan dukungan sistem. Evaluasi berkala dilakukan untuk memastikan program sesuai dengan kebutuhan siswa. Namun, keterbatasan jumlah guru BK menyebabkan siswa tidak sepenuhnya memahami manfaat layanan tersebut, sehingga partisipasi mereka dalam memanfaatkan layanan BK masih rendah.
Penelitian ini memberikan rekomendasi berupa optimalisasi peran wali kelas, pemanfaatan teknologi untuk layanan konseling, serta peningkatan kolaborasi dengan orang tua dan pihak terkait. Langkah-langkah ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas layanan BK di SMA PGRI 2 Jombang, sekaligus menjadi referensi bagi sekolah lain yang menghadapi tantangan serupa.
Kata Kunci: Bimbingan Konseling, Manajemen BK, Kekurangan Guru BK, Layanan Pendidikan, SMA PGRI 2 Jombang
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan sumber daya manusia, dengan sekolah sebagai lembaga yang tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter dan kepribadian siswa. Dalam proses pembelajaran yang menyeluruh, bimbingan dan konseling berperan sangat penting, karena membantu siswa menghadapi tantangan psikologis, sosial, dan akademis yang mereka temui, terutama pada masa remaja. Guru Bimbingan Konseling (BK) memiliki tugas untuk menjadi fasilitator, konselor, serta mediator yang membantu siswa menyelesaikan permasalahan tersebut dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan di dunia luar.
Namun, meskipun bimbingan dan konseling adalah layanan yang krusial dalam perkembangan siswa, pelaksanaannya di banyak sekolah, termasuk di SMA PGRI 2 Jombang, masih menghadapi berbagai tantangan. Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah kurangnya jumlah guru BK, yang menyebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan siswa akan layanan konseling dengan ketersediaan guru BK yang ada. Hal ini tentunya berdampak pada kualitas dan efektivitas layanan bimbingan konseling yang dapat diberikan.
Di SMA PGRI 2 Jombang, bimbingan dan konseling telah menjadi bagian integral dari pendidikan, namun kekurangan jumlah guru BK menyebabkan beberapa permasalahan, seperti terbatasnya waktu layanan bagi setiap siswa dan kesulitan dalam menangani masalah yang lebih kompleks. Selain itu, banyak siswa yang belum sepenuhnya memahami fungsi dan manfaat dari layanan bimbingan konseling, sehingga mereka kurang memanfaatkan fasilitas yang tersedia. Keterbatasan ini menjadi tantangan besar bagi pengelola program BK dalam memberikan layanan yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan individu siswa.
Pentingnya evaluasi dan pengembangan lebih lanjut terhadap program bimbingan konseling di SMA PGRI 2 Jombang menjadi semakin jelas, terutama dalam konteks kekurangan guru BK. Artikel ini bertujuan untuk menggali lebih dalam tentang tantangan yang dihadapi dalam manajemen konseling BK di sekolah ini, serta untuk memberikan solusi yang tepat guna mengatasi masalah kekurangan tenaga pengajar yang sangat krusial ini. Melalui wawancara dengan guru BK dan observasi langsung, diharapkan artikel ini dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai kondisi nyata di lapangan, serta memberikan kontribusi terhadap pengembangan praktik bimbingan konseling di masa depan.