Setiap hari, kami disediakan kopi dan kudapan atau makanan ringan tiga kali. Beberapa dari kami sudah hafal jika snack sudah tersaji di luar kelas. Entah dari aromanya, bunyi benturan cangkir, atau feeling yang tajam menembus langit ketujuh.
Kalau perut sudah keroncongan dan mata kiyep-kiyep tak kuasa menahan kantuk, maka mau nggak mau kami harus mencuri waktu untuk bisa keluar. Pura-pura membuang ludah kek, memencet hape yang tidak ada panggilan dan sms, atau alasan klise, 'Pak izin ke belakang' eh nggak tahunya belok. Haaa. Tapi nggak papa, normal kok.
4. Ogah Makan Nasi
5. Kolam Renang yang Selalu Sepi
Aneh bin ajaib. Para peserta diberi fasilitas kolam renang, tapi selalu saja sepi. Tidak pagi, tidak sore, kolam renang tetap perawan. Entah karena mereka tak bisa renang atau malu-malu hantu. Belakangan diketahui, mereka tak punya waktu untuk sekadar berenang. Tugas revisi menumpuk tiap hari, bahkan ada yang kelar ngumpulin tugas sampai jam 00:00 malam lebih. So, kami hanya berenang di kolam tugas google drive bukan kolam renang hotel. Uh kacian...
6. Pemburu Colokan
'Di mana ada colokan listrik, di situ aku berteduh.' Bagi para fasilitator kelas seperti Stephani, Sheila, dan Zahra, mereka harus online dan ontime setiap saat. Baterai hape pun harus full, karena takut jika ada pengumuman dari atasan Kemendikbud, atau info dari para mentor terkait pelaksanaan workshop untuk disampaikan kepada kami. Maka tak heran, kapan pun dan di mana pun mereka harus siaga 1. Dahsyat! Billion thanks for you.
7. Indraisme
Waini. Ia sosok pria dewasa yang tangguh, humoris, dan santai. Saya mengenalnya cukup baik secara pribadi. Jika adzan berkumandang, dia mengajak saya untuk salat berjamaah di musala sebelah dan mengajak makan bersama. Untung kalo mandi tidak ngajak bareng... haaa.