Syukur tak terhingga, akhirnya kami bisa terpilih sebagai peserta di acara beken tingkat nasional ini. Tak mudah untuk lolos, harus melalui beberapa persyaratan, seperti memiliki komunitas, berpengalaman, dan punya cerita seru untuk dikembangkan.
Dalam workshop perfilman tingkat menengah ini ada tiga kelas yang dibuka; penulisan skenario, penyutradaraan, dan sinematografi. Digelar di Hotel Marbella Suites, Bandung, 4-14 September 2017. Jumlah semua peserta 160-an orang.
Kami mendapat banyak mutiara ilmu dari para mentor yang berkualitas seperti Perdana Kartawiyudha, Rahabi Mandra, Lele Leila, Baskoro Adi, dan Damas Cendekia. Selain itu, kami juga mendapat banyak pengalaman menarik dari para peserta yang berasal dari seluruh Indonesia itu.
Setidaknya 10 hal di bawah ini bisa sedikit mewakili:
1 . Cerita Rahasia yang Terungkap!
Salah satu materi dalam modul buku penulisan skenario ialah menciptakan protagonis & antagonis yang mengesankan. Sekilas biasa-biasa saja. Tapi kemudian, materi ini membuat suasana kelas pecah berantakan. Hari itu, kelas kami dibuka dengan perkenalan. Kami diwajibkan bercerita satu hal yang belum pernah diceritakan kepada orang lain.
2. Misteri Meja Belakang
Dua hari pertama workshop, teman-teman masih duduk di kursi yang sama. Agar tidak bosan, hari selanjutnya dibebaskan. Siapa yang datang duluan dia bisa sesuka hati memilih kursi. Bersebelahan dengan lawan jenis yang manis legit adalah tujuan para jombloers---eh tapi yang udah om-om juga ikutan kok. Haaa.
3. Ke Toilet eh Malah Ngopi
Setiap hari, kami disediakan kopi dan kudapan atau makanan ringan tiga kali. Beberapa dari kami sudah hafal jika snack sudah tersaji di luar kelas. Entah dari aromanya, bunyi benturan cangkir, atau feeling yang tajam menembus langit ketujuh.
Kalau perut sudah keroncongan dan mata kiyep-kiyep tak kuasa menahan kantuk, maka mau nggak mau kami harus mencuri waktu untuk bisa keluar. Pura-pura membuang ludah kek, memencet hape yang tidak ada panggilan dan sms, atau alasan klise, 'Pak izin ke belakang' eh nggak tahunya belok. Haaa. Tapi nggak papa, normal kok.
4. Ogah Makan Nasi
5. Kolam Renang yang Selalu Sepi
Aneh bin ajaib. Para peserta diberi fasilitas kolam renang, tapi selalu saja sepi. Tidak pagi, tidak sore, kolam renang tetap perawan. Entah karena mereka tak bisa renang atau malu-malu hantu. Belakangan diketahui, mereka tak punya waktu untuk sekadar berenang. Tugas revisi menumpuk tiap hari, bahkan ada yang kelar ngumpulin tugas sampai jam 00:00 malam lebih. So, kami hanya berenang di kolam tugas google drive bukan kolam renang hotel. Uh kacian...
6. Pemburu Colokan
'Di mana ada colokan listrik, di situ aku berteduh.' Bagi para fasilitator kelas seperti Stephani, Sheila, dan Zahra, mereka harus online dan ontime setiap saat. Baterai hape pun harus full, karena takut jika ada pengumuman dari atasan Kemendikbud, atau info dari para mentor terkait pelaksanaan workshop untuk disampaikan kepada kami. Maka tak heran, kapan pun dan di mana pun mereka harus siaga 1. Dahsyat! Billion thanks for you.
7. Indraisme
Waini. Ia sosok pria dewasa yang tangguh, humoris, dan santai. Saya mengenalnya cukup baik secara pribadi. Jika adzan berkumandang, dia mengajak saya untuk salat berjamaah di musala sebelah dan mengajak makan bersama. Untung kalo mandi tidak ngajak bareng... haaa.
Dia juga totalitas dalam merevisi tugas. Tak heran, ia kerap datang kelas pertama kali, ketiduran di dalam kelas, laptopnya selalu di bawa ke mana-mana di dalam tas yang besar, dan jarang ke kamar. Kabarnya, ia bahkan lupa siapa nama temannya satu kamarnya.
Pendiri komunitas Indraisme ini juga punya solusi untuk mengatasi jetlag dalam menulis (writer's block) yaitu dengan nyanyi karaoke, suara lantang tak pandang telinga orang. Kalian pasti akan terkenang lirik-lirik yang pernah dipopulerkannya: wekeend... my jun... ngeriii.... dll.
Menjelang hari akhir workshop, dia diserang penyakit, untung tidak ganas. Hanya pilek, menggigil dan mata memerah. Saya cukup kasihan melihatnya. Tidak ada obat yang menyembuhkannya. Tapi ternyata Tuhan merancang skenario indah, di pengujung acara dia dinobatkan sebagai peserta terbaik 1. Wow... keren. Selamat Bung Indra, sang pemilik akun remaja 'sabun' (sayang bunda).
Jakarta, 16 Sep 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H