Mohon tunggu...
BULAN SEPOTONG
BULAN SEPOTONG Mohon Tunggu... Administrasi - BULAN SEPOTONG

Malam tak pernah dusta pada pagi, karena pagi selalu menepati janji.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Menyongsong Hari Kartini

16 April 2015   15:16 Diperbarui: 16 Agustus 2017   08:57 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

yang mengajari para wanita tulis –baca huruf palawa yang mengenalkan para dara huruf belanda yang mengajarkan perempuan kesetaraan

eMa-ku bernama Kartini sekarang ia sudah tua – punya anak sebelas termasuk aku tinggal di gubuk reot bocor lantai tanah becek tak lagi pintar, tak lagi cantik, kisut keriput dimakan usia namun jiwanya tetap merdeka

sambil mengenang masa  jaya

--------------------------------------------------------------- 

4.Perempuan

Perempuan dengan konde licin indah bermahkota melati Aku kenal nanamu waktu aku masih ES DE dulu, Lewat sebuah gambar terpasang di sudut kelas yang kebocoran Di bawah gambarmu tertulis namamu

Perempuan dengan bibir imut manis laksana gulali Aku kenal namamu sewaktu guru sejarahku bercerita tentang kamu Waktu kakak kelasku menyanyikan lagu tentangmu Belakangan baru aku tahu lagu itu dicipta untukmu oleh Wage Rodolf Supratman sang maestro itu

Perempuan dengan kebaya indah – berukat  hitam Aku kenal namamu sewaktu emaku mendandaniku Dengan dandanan mirip gambarmu di sudut kelas yang kebocoran itu Demi sebuah pawai keliling menyambut dan memperingati hari lahirmu

Semarak nian hari itu, Betapa tidak setahun sekali, pada hari itu kami semua berdandan rapih-rapih Tidak seperti hari biasa – Boro-boro memakai bedak dan gincu lengkap konde dan kebaya Bahkan keseharianku pasti tak beralas kaki ...

Perempuan dengan mata bening bak telaga Inginnya aku ucap terima kasih padamu Tapi aku tahu kau tak bisa lagi mendengar Karena rohmu telah berpulang bersama calon jabang bayimu Itu pun kata guru sejarahku

Wahai perempuan dengan segala kesempurnaan Aku yakin, hingga kini kau masih hidup bersama kami Menjelma jadi peri cantik yang baik budi Memegang tongkat bintang sakti Menebarkan  senyum – petuah dan akal budi Mengusir gelap dengan cemerlang pikirmu Memahat parsasti untuk kaummu Dengan darah – nanah – air mata –

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun