Kita semua patut introspeksi diri, rasa amarah dan kesal jangan menguasai diri. Paus Yohanes Paulus II saja bisa memaafkan orang yang jelas-jelas ingin membunuh dirinya. Kita dengan konflik kecil masa begitu susah untuk memaafkan orang lain.
Memaafkan adalah obat penenang jiwa yang mujarab
Sama seperti pengalaman yang saya alami ketika ditinggalkan oleh sosok ayah sejak kecil. Rasa benci, marah dan kecewa begitu mengakar di dalam diri. Rasa ini membuat jiwa saya terasa tidak tenang salah satunya adalah sempat menyalahkan keadaan.
Kini setelah memaafkan apa yang terjadi, hati menjadi tenang. Tidak ada lagi rasa marah dan benci tersebut karena saya sudah memaafkan. Kondisi yang kini membuat saya lebih tenang dan bersyukur karena saya belajar memaafkan dari sosok yang tepat.
Ada banyak orang disekitar kita yang bathinnya ibarat magma gunung berapi, penuh kecamuk dalam diri dan hanya menunggu waktu untuk meledak. Ketika kita sudah membuka hati untuk memafaatkan orang yang berbuat salah, ini ibarat hujan yang turun dan mendinginkan magma yang ada di dalam diri.
Percayalah obat paling mujarab untuk menenangkan jiwa yang penuh rasa benci dan amarah pada orang lain adalah "Memaafkan". Memaafkan akan bisa merubah kita menjadi sosok yang lebih bijak, dewasa serta mengenal cinta kasih.
Tulisan ini adalah kontribusiku untuk berbagi Kebajikan Mettasik bersama dengan Maybank Finance dengan tema "Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H