Mohon tunggu...
Asyera Dhina
Asyera Dhina Mohon Tunggu... Wiraswasta - scorpion

kadang baik kadang jahat, sesuai mood pilih-pilih soal makanan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kisah Kebaikan Paus Yohanes Paulus II Inspirasiku dalam Memaafkan

6 Agustus 2022   20:17 Diperbarui: 6 Agustus 2022   20:22 1734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paus Yohanes Paulus II Memaafkan Penembak Dirinya. Sumber Gambar Dari AFT/Getty Image dalam Kompas.com

Kebaikan Paus saat itu menjadi bahan renungan bagi saya personal, seandainya saya di posisi Paus Yohanes Paulus II yang ditembak oleh orang tak dikenal bahkan harus berjuang melawan kematian. Apakah saya bisa memanfaatkan si pelaku seperti yang dilakukan oleh Paus?

The weak can never forgive. Forgiveness is the attribute of the strong (Mahatma Gandhi)

Kata bijak dari Mahatma Gandhi di atas jadi penanda bahwa memanfaatkan adalah karakter yang hanya dimiliki oleh orang yang kuat. Sebuah sikap yang belum tentu dimiliki oleh semua orang.

Saya Belajar Jadi Sosok Tegar

Bagaimana rasanya menjadi anak yang kehilangan sosok ayah? Bagi yang pernah merasakan di posisi ini pasti ada rasa sedih dan iri karena merasa keluarga tidak bisa selengkap dengan anak yang lain.

Namun juga bisa menjadi marah serta kecewa jika sosok ayah "sengaja" menghilang. Inilah yang terjadi pada hidup saya dimana orang tua berpisah saat saya masih kecil. Saya ingat terakhir melihat sosok ayah saat masih TK.

Jika ada yang bertanya bagaimana saya menggambarkan sosok ayah? Saya akan diam seribu bahasa atau bahkan menangis karena selama ini tidak pernah merasakan sosok ayah secara intens. Rasa iri ketika ada teman sebaya yang biasa dijemput ayah sepulang sekolah, bisa berkeluh kesah bahkan ketika ada yang mengganggu, ayah akan tampil sebagai pahlawan untuk melindungi anaknya.

Puluhan tahun tanpa sosok ayah tentu bukan hal mudah. Seperti yang saya sampaikan, saya hanyalah manusia serta gadis biasa yang memiliki rasa sedih, marah dan kecewa.

Saya lebih suka menghindar jika ada yang membahas masalah keluarga terutama ayah. Sempat muncul rasa perenungan bathin, Tuhan kenapa aku harus melalui jalan hidup seperti ini? Aku rindu sosok ayah dalam hidupku.

Tuhan ternyata punya rencana baik yang tidak ku mengerti. Saya akui bahwa hidupku tidak semulus anak lain namun inilah yang membuatku bisa lebih tegar, mandiri dan kuat.

Jika anak seusiaku bisa curhat pada ayah dan ibunya tentang masalah hidup, setidaknya aku masih memiliki ibu dan Tuhan sebagai pengganti ayahku sebagai tempat berkeluh kesah. Aku paham bahwa jalan hidup orang tidaklah sama dan aku beruntung karena dengan jalan ini aku bisa lebih menggantungkan hidupku pada Tuhan, Empunya kehidupan di dunia.

Kebaikan Paus Yohanes Paulus II adalah inspirasiku dalam memaafkan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun