Mohon tunggu...
Astrid Vanya
Astrid Vanya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ya, itu Kamu

29 Oktober 2015   16:48 Diperbarui: 26 Februari 2018   08:07 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah dengan segala perbedaan yang ada ini kita masih bisa bertahan?  Ku buka lagi lembaran-lembaran masa lalu yang telah terjadi diantara kita. Ku lihat lagi wajah yang dulu membuat duniaku terasa lebih hidup, hariku berwarna, membuat hal burukku menjadi indah sekaligus membuatku melawan duniaku. Seketika kepingan masa lalu itu kembali menghampiriku, memori saat aku bersama dengannya, Gandhi.

20 agustus 2010 dilembar ini terdapat satu foto yang menarik foto itu diambil oleh sahabat lamaku Lucas. Dia selalu tau apa yang apa yang aku rasakan tanpa perlu aku berbicara padanya. Foto iu fotoku dengan wajah mengantuk dan panik.

Ini adalah hari keberuntungan sekaligus hari terburukku. Aku datang ke rapat  ekskul jurnalis dengan terburu-buru. Aku masih mengantuk karena semalam aku mengerjakan tugas kimia hingga larut malam. Ini adalah rapat yang sangat penting karena ini adalah pemilihan pengurus ekskul jurnalistik.

Ketika ada seseorang yang bertanya “Adakah yang mau menjadi ketua?”

Dengan refleks aku mengankat tangan dan berkata “ ya, aku mau” tanpa sadar. Semua memandangiku dengan tatapan heran dan bingung karena hanya aku  dan Lucas yang masih kelas X dan dengan beraninya aku mengajukan diriku sendiri ingin menjadi ketua

Lalu  kak Daniel ketua sebelumnya berkata “ saya hargai keberanian kamu, tetapi posisi ketua hanya kelas XI dan saya memilihmu sebagai sekertaris dan Radhitya Gandhi sebagai ketua”

Setelah itu aku merutuki diriku sendiri “ bodoh kau Zee, bodoh kenapa kamu mengajukan dirimu sendiri, bodoh!”

 

Ku buka lagi halaman selanjutnya ada satu fotoku dan Lucas dengan tumpukan map tugas dan arsip data ekskul jurnalistik bertanggal 13 september 2010. Foto ini diambil saat ekskul jurnalistik mendapat kamera baru.

“Cas tugasku banyak banget nih bantuin dong” curhatku pada Lucas

“kerjain dong, sini aku bantuin bacain kamu yang ketik ya” jawab Lucas

“sip... sip makasih ya “ jawab ku

Lalu Lucas mulai membantuku mengerjakan tugas-tugas ini. Lalu tiba-tiba dia menyuruhku berhenti dan berkata “sudah..sudah kamu sudah terlihat lelah ayo kita coba kamera baru ini  kita foto-foto aja dulu” karena aku memang sudah lelah dan aku mulai suntuk mengerjakan semua tugas akhirnya aku berselfie ria bersama Lucas

Namun tiba-tiba Gandhi masuk mengejutkan kami. Dia masuk dengan ekspresi yang kesal dan membawa map-map yang lumayan banyak dan aku tidak tahu apa itu isinya.

“Eh kak Gandhi ada apa kak? “ tanyaku padanya

“ Ga usah banyak tanya nih kerjain semua harus selesai sebelum rapat ke dua di mulai karena aku harus melihat terlebih dahulu dan merevisinya siapa tahu ada yang salah?” jawabnya dingin sambil sedikit melempar map yang dibwanya tadi dan berlalu begitu saja

Aku makin stres tugas yang kemarin saja belum selesai ditambah tugas lagi. Rasanya aku ingin mati saat itu juga karena tugas ini.

“Ayolah semangat, jangan gitu mukanya ga enak di liatnya. Udah sini aku bantuin kamu yang ngetik aku yang rangkum ya. Kita pasti bisa” kata Lucas sambil tersenyum manis

“makasih ya cas. Kamu memang baik banget deh jagoan!” jawabku pada Lucas

“kenapa Gandhi seperti itu ya? Ga kaya biasanya. Andai saja sikap Gandhi yang sekarang sama seperti Lucas” keluhku dalam hati

 

 

Ku buka lembaran ketiga  disana terdapat foto Gandhi bersamaku  dengan senyuman di wajah kami. dan dibawah foto itu  tertulis “20 SETEMBER 2010 à RAPAT KE2 EKSKUl”. Tapi baru kini aku menyadari bahwa foto itu hanya terfokus padaku.

Aku datang ke rapat kedua dengan wajah berantakan dan mengantuk aku duduk diantara Lucas dan Gandhi saat rapat di mulai kau mengantuk tapi Lucas terus saja menggangguku dengan menyikutku atau memainkan rambutku. Aku kesal

“Diamlah Lucas. Aku butuh istirahat. Kan kamu tahu seminggu ini  kita kurang tidur karena mengerjakan tugas yang diberikan kak Gandhi” keluhku padanya

“ ya aku tahu tapi kita sedang rapat nanti Gandhi marah loh” jawab Lucas

Dan benar saja ketika aku hampir tertidur kembali Kak Gandhi melihat itu dan langsung marah. Sebenarnya Lucas telah menyikutkutku lagi untuk member kode tapi ya... karena aku mengantuk aku tak menyadarinya

“Zee jika jiwamu tak ada disini maka keluarlah. Aku hanya minta di dengar apa susahnya sih” kataa Gandhi dengan amarahnya lalu aku keluar dari ruang rapat. Tak lama setelah aku keluar Gandhi memanggilku lagi.

“Zee.. Zevanya.. kenapa kamu keluar? Kamu tak inga tugasmu untuk mencatat isi rapat dan memberi tahu anggota yang tidak hadir” kata Gandhi setengah marah

“bukankah tadi kakak yang menyuruhnya” jawabku

“seharusnya kamu tau kalau  memiliki tugas mencatat isi rapat jadi jangan main pergi gitu aja, ga ada tanggung jawabnya dan aku Cuma minta di dengar”

“Aku mendengarkan kakak, aku juga tahu apa tugasku. Kala kakak ga suka cara kerjaku lebih baik aku mengundurkan diri. Toh, masih banyakkan yang mau menggantikan posisiku” jawabku dengan emosi.

“Siapa yang bilang aku ga suka kerja kamu, siapa yang bilang aku ga nyaman dengan kamu, aku hanya ga suka kamu lebih memperhatikan Lucas dari pada aku.” balasnya

Aku tersenyum dan berkata “ Maksud kakak apa? Aku tak memperhatikan Lucas saja, aku emperhatikan kakak juga.”

“sudah ayo masuk lagi. Rapat tertunda karena kamu keluar” jawabnya sambil menarik tanganku masuk lagi ke dalam ruang rapat

“Apa yang dia katakan tadi, ga salah dengarkan aku. Seneng banget aku!” kataku dalam hati sambil melihat tanganku yang ditarik kak Gandhi.

                Kubuka halaman selanjutnya terdapat foto yang begitu lucu yaitu foto aku, Gandhi, dan Lucas foto diambil Lucas saat kita pulang dari taman untuk membahas acara “Study journey”

Sepulang sekolah Gandhi datang ke kelasku “ Nanti Sore kita ke taman ya. Kita bahas “Study journey”. Jam 3 ya aku tunggu” ajaknya

“Boleh kak. Nanti bolehkah aku ajak Lucas?”  tanyaku

“tentu boleh. Ajak saja dia, Yasudah aku tunggu jam 3 ya ditaman. Jangan lupa!” jawabnya sambil berlalu

Aku datang ke rumah Lucas. Rumah kami memang dekat itulah kenapa aku dan dia dekat dan bersahabat sejak lama.  Saat aku bertemu Lucas aku langsung mengajaknya.

“Lucas kita ayo kita jalan-jalan bersepeda berdua di taman. Sudah lama kita tidak seperti itu kan?” ajakku padanya

“iya ayo tapi tunggu sebentar ya. Aku siap-siap dulu” jawabnya

“sip. Aku tunggu dibawah ya?” jawabku

“ iya.. iya kalau mau makanan bilang aja sama si bibi ya?”jawabnya langsung berlari ke kamarnya di lantai atas.

Aku menunggu dia hampir 2 jam. Untung aku datang jam 12 jadi, ga akan telat ke taman.

                “dia kok ga turun-turun ya?” pikirku dalam hati

                “LUCAS udah setengah tiga nih. Sepetan turun nanti keburu sore”

                “iya..iya ini aku turun.” Jawabnya sambil menuruni tangga

Betapa terkejutnya aku saat dia turun penampilannya benar-benar berbeda, dia jauh lebih rapih dari biasanya.

“hey.. ganteng banget kamu  tumben. Ayo..” ajakku.

“iya dong ayo..” jawabnya sambil berlari

Sampai ditaman aku bertemu dengan Gandhi dan ekspresi Lucas langsung berubah jadi kecewa. Aku tak tahu mengapa dia begitu.

“hay kak Gandhi. Maaf terlamabat, Lucasnya sih lama” aduku pada Gandhi

“gapapa, nyantai aja Zee. Oh ya Lucas kita disini buat bahas “study Joerney” mau kemana kta? Aku disini udah milihin 3 tempat yang pertama pantai, viewnya lumayann sih, murah juga gimana?” kata Gandhi

“engga.. engga msa Cuma pantai ga berkesan tau” jawab Lucas

“ok..ok yang ke 2 hutan lindung kan bagus tuh buat foto-foto” tambah Gandhi

“ga mau ah serem” jawabku

“tuh denger. Kakak pikir club ini isinya cowo semua. Cewe mana mau ke hutan-hutan gitu” tambah Lucas dengan gaya sombongnya itu

“ya sudah yang ke 3. vila dipuncak gimana? Disana lagi ada promo buat pelajar gitu, viewnya juga baguskan?”

“ terlalu pasaran dan…” sebelum Lucas menyelesaikan ucapannya aku memotong

“Bagus kak boleh-boleh” lalu Lucas menyambar “ ya boleh-bleh kita api unggun disana bagus kali ya?” jawabnya

“jadi kalian setuju kalau kita ke puncak ya? Aku akan kasih tahu yang lain tentang ini” kata Gandhi sambil tesenyum.

“Kenapa Lucas seperti itu pada Gandhi. Dia kakak kelas sekaligus ekskul kita. Tidak seharusnya Lucas begitu” pikirku dalam hati

Ku buka lagi lembaran berikutnya terdapat foto saat kami berpesta api unggun di acara “Study journey” acara pertama yang kami urus.

Jadwal acara

  1. 05:00-06.00 ibadah
  2. 06:00 -07.35 lari pagi dilanjutkan sarapan
  3. 07.35-11.20 lomba-lomba
  4. 11.20-13.00 isoma
  5. 13-00-17.00 waktu santai
  6. 17-00-19.30 makan, istirahat dan persiapan api unggun
  7. 19.30-selasai api unggun

Saat isoma aku bertemu Lucas. Dia menenteng kamera dan 2 kotak makan lalu datang menghampiriku

“makan nih. Udah siang, jangan sampai sakit loh ya, gara-gara ga makan. Jadwal masih panjang “ kta Lucas

“iya..iya.. Lucas akau mau pinjem kameranya dong, mau lihat foto-foto yang kamu ambil.” Jawabku

“ok..ok tapi baterainya hampir habis” jawabnya sambil memberikanku kameranya.

Aku membuka kameranya tetapi ketika aku lihat baterainya masih penuh. Aku melirik sinis kearahnya.

“ apasih dia baterainya masih penuh juga” pikirku

Saat kulihat gambar dikameranya aku merasa Aneh karena semua foto Gandhi diblur sama dia lalu aku beratanya pada Lucas “Kenapa foto Gandhi kamu blur? “

“dia buat aku ngeblur duluan” jawabnya asal

“apa maksud kamu?” jawabku

‘udah makan sana. Nanti dingin, malah nanti ga dimakan. Sakit nanti, aklu ga mau ya kamu sakit” jawabnya sambil mengusap kepala ku seolah-olah aku anak kecil.

Malamnya ada acara api unggun. Kami benyanyi dan bercerita banyak hal ketika apai unggun sudah tinggal setengah. Aku mendekat ke arah Gandhi yang sedang memasak makanan.

“kak ada yang udah mateng belum. Aklu lapar nih” tanyaku

“kamu mau daging atau mau modus ketemu aku” jawabnya pelantapi tetap terdengar.

“apaan sih kak?” Jawabku malu

“ udah ini ambil, makan yang banyak ya?” jawabnya sambil memberikan sepiring daging dan sosis

Aku berlari menuju ke arah Lucas dan memberikannya sepiring daging yang tadi Gandhi berikan.  Lalum kami makan daging itu berdua sambil bercerita banyak ha. Aku merasa dia sekarang berbeda dia jauh lebih perhatian, lebih hangat, terkadang lebih manja dari Lucas yang dulu aku kenal. Kami terus bercerita sampai akhirnya dia bertanya

“Aku mau jujur boleh ga?” tannynya

“mana pernah aku marah sama kamu, kamu bohong pun a,ku ga peduli” jawabku sambil sedikit tertawa karena melihat ekspresinnya yang tiba-tiba berubah.

“aku serius sekarang. Aku suka sama kamu. Terserah kamu, kamu mau percaya atau engga. Tapi ini yang aku rasain sekarang”

Aku terdiam karena aku bingung apa yang harus aku katakan padanya. Aku telah jatuh hati pada Gandhi sejak awal, aku bertemu dengan dia

Lalu la berkata “ ya sudahlah. Toh kamu ju8ga ga peduli kalau aku berbohong” jawabnya sambil berlalu.

Keesokan harinya kita berfoto bersama menggunakan kamera Hp dan tongsis posisiku di tengah antara Gandhi dan Lucas sementara anggota yang lain dibelakang kami. Ya iyatulah acara peratama yang kami tangani

Sejak saat itu Lucas sedikit menjauh dariku tetapi dia tidak pernah benar-benar menjauh dariku. Dia selalu ada disampingku, walaupun dengan sikap yang berbeda dari sebelumnya. Tak apa aku senang setidaknya aku tak kehilangan sahabat terbaikku.

 

Saat Aku buka halaman selanjutnya ternyata halamannya kosong tak ada foto apapun. Aku ingat album ini pernah hilang dan akhirnya ditemukan lagi sama Gandhi.

“Hey mau berapa lam alagi kamu disana ayo cepat sini kerjakan tugasmu”

“iya Kak Gandhi sayang” jawabku

Ya, tugasku masih sama seperti 5 tahun yang lalu yaitu mengetik, lembur, dan mengerjakan tugas. Tapi bedanya dulu ada Lucas yang selalu membantu sekarang ada Gandhi yang setia disampingku. Ya,kami sekarang sudah bertunangan kami jadian tanggal 27 oktober 2010 sampai  ini kami masih bertahan diatas segala perbedaan diantara kami. Dulu aku sempat berfikir aku tidaklah cocok dengannya. Aku hanya gadis bodoh, tidak cantik , tukang tidur, dan suka makan. Tapi dia meyakinkanku dengan berkata

“Aku tak peduli tentang bagaimana sisi burukmu, aku akan selalu melihatmu apa adanya dirimu. karena setiap perbedaan membuat semuanya lebih indah. Jangankan pernah dengarkan apa yang mereka katakan yang perlu kamu dengar adalah aku cinta kamu Zee, selalu”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun