Tapi ibu tidak menoleh sama sekali, bahkan saat aku berdiri di sampingnya.
Ah ... sepertinya kini aku pun tidak terlihat. Aku sudah menjadi satu bersama kumpulan bualan yang selalu kuucapkan.
Apakah itu kabar yang menyedihkan? Kurasa tidak.
Lagipula, aku senang berada di sini. Dan alangkah baiknya Tuhan mengabulkan doa si tukang pembual ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!