Mohon tunggu...
Astrela Zara Asyifa
Astrela Zara Asyifa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seseorang yang energik dan ambisius, lalu dapat mudah menciptakan dan memperkuat relasi yang positif, serta dapat memanajemen waktu dengan baik, dan sangat mementingkan kejujuran serta berpegang teguh terhadap keseimbangan antara perkataan dengan perbuatan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pengaruh Literasi Digital terhadap Pola Konsumsi Berita di Platform Instagram pada Generasi Z

28 Oktober 2024   23:23 Diperbarui: 28 Oktober 2024   23:55 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengawasan mencakup cara media membantu individu dalam memperoleh informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu.

Dampak dari respons individu seperti perubahan emosi dan perilaku dapat digunakan sebagai indikator untuk mengevaluasi sejauh mana media dapat memenuhi kebutuhan pengguna. Pendekatan uses and gratification menyoroti peran aktif dan selektif audiens dalam memilih dan menggunakan media sesuai dengan kebutuhan mereka. Audiens telah menetapkan media mana yang sesuai dengan kebutuhan mereka, yang mencerminkan usaha mereka dalam memenuhi kebutuhan berdasarkan motif tertentu. Audiens secara aktif memilih media berdasarkan preferensi individu mereka, yang berbeda-beda antara satu pengguna dengan yang lain. Pendekatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi motif yang mendorong individu dalam menggunakan media.

 

Platform Sosial Media Instagram

Instagram, yang menggabungkan kata "instan" dan "telegram", merujuk pada kemampuannya untuk dengan cepat membagikan informasi melalui gambar. Layanan jejaring sosial ini, yang resmi diluncurkan pada 6 Oktober 2010 oleh Kevin Systrom dan Mike Krieger, menarik 25 ribu pengguna pada hari pertama peluncurannya. Menurut definisi dari Atmoko, Instagram adalah platform fotografi yang memungkinkan pengguna membagikan momen dalam hidup mereka melalui serangkaian gambar. Dalam pandangan Bambang, Instagram adalah aplikasi ponsel cerdas yang bertindak sebagai media sosial dengan fokus pada berbagi foto, membedakannya dari platform seperti Twitter. Selain sebagai alat untuk berbagi informasi, Instagram juga dianggap mampu memberikan inspirasi dan meningkatkan kreativitas pengguna melalui fitur-fitur yang memungkinkan pengeditan dan peningkatan estetika gambar.

 

Analisis Literasi Digital di Kalangan Generasi Z

Literasi digital di kalangan Generasi Z merupakan salah satu aspek yang semakin penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama di era digital yang ditandai dengan banjir informasi dari berbagai sumber. Generasi Z, yang lahir di antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, tumbuh di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi dan media sosial. Bagi mereka, perangkat digital seperti ponsel pintar dan platform online bukanlah hal baru, melainkan bagian dari keseharian yang tak terpisahkan. Namun, meskipun Generasi Z dianggap sebagai "digital native" yang secara alami akrab dengan teknologi, literasi digital tidak hanya berarti kemampuan untuk menggunakan teknologi tersebut. Lebih dari itu, literasi digital mengacu pada kapasitas mereka untuk mencari, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara efektif dan bijak.

Dalam konteks ini, literasi digital mencakup pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana informasi dikemas dan disampaikan melalui berbagai platform, termasuk media sosial seperti Instagram. Bagi Generasi Z, yang sering mengandalkan Instagram untuk mendapatkan berita dan informasi terkini, literasi digital memainkan peran penting dalam membedakan mana informasi yang valid dan mana yang tidak. Keterampilan ini melibatkan kemampuan untuk mengidentifikasi sumber berita yang terpercaya, memahami bias dalam penyampaian informasi, serta mengevaluasi keakuratan fakta yang disajikan.

Sayangnya, meskipun Generasi Z terbiasa dengan teknologi, tingkat literasi digital mereka tidak selalu merata. Beberapa dari mereka memiliki pemahaman yang baik tentang pentingnya memverifikasi informasi sebelum menyebarkannya, tetapi yang lain mungkin cenderung menerima informasi mentah-mentah tanpa pengecekan lebih lanjut. Fenomena ini diperparah oleh karakteristik Instagram sebagai platform berbasis visual, di mana berita sering kali disajikan dalam bentuk infografis yang menarik, namun singkat dan kurang mendalam. Di sinilah tantangan terbesar muncul: bagaimana Generasi Z dapat tetap kritis terhadap informasi yang mereka konsumsi di tengah arus konten yang cepat dan penuh dengan elemen visual menarik?

Faktor-faktor seperti latar belakang pendidikan, akses terhadap sumber daya teknologi, serta paparan terhadap pendidikan literasi digital di sekolah atau lingkungan keluarga turut mempengaruhi tingkat literasi digital di kalangan Generasi Z. Mereka yang mendapatkan pendidikan formal atau informal tentang cara memverifikasi berita dan menghindari hoaks cenderung lebih kritis dan selektif dalam mengonsumsi informasi. Sebaliknya, mereka yang kurang mendapatkan pendidikan semacam itu lebih rentan terjebak dalam disinformasi dan penyebaran berita palsu.

Selain itu, kebiasaan dan perilaku penggunaan media sosial juga sangat mempengaruhi tingkat literasi digital ini. Generasi Z dikenal dengan multitasking dalam menggunakan teknologi, di mana mereka dapat melakukan banyak aktivitas secara bersamaan, seperti membaca berita, berinteraksi di media sosial, dan menonton video. Namun, pola konsumsi yang cepat dan simultan ini sering kali membuat mereka kurang mendalam dalam mencerna informasi. Alih-alih membaca berita secara lengkap atau melakukan pengecekan terhadap sumber, mereka mungkin hanya menyerap headline atau cuplikan singkat yang terlihat di feed Instagram, yang kadang bisa menyesatkan atau tidak lengkap.

Literasi digital juga mencakup kesadaran akan adanya algoritma di balik platform seperti Instagram. Generasi Z perlu memahami bahwa algoritma ini dirancang untuk menampilkan konten yang sesuai dengan preferensi mereka, yang dapat menciptakan "filter bubble" -- sebuah situasi di mana pengguna hanya melihat informasi yang sejalan dengan pandangan atau minat mereka. Hal ini bisa berbahaya jika tidak diimbangi dengan kemampuan kritis, karena dapat mempersempit sudut pandang mereka terhadap suatu isu dan membuat mereka tidak sadar terhadap pandangan lain yang mungkin lebih valid atau seimbang.

Pola Konsumsi Berita di Instagram oleh Generasi Z

Pola konsumsi berita di Instagram oleh Generasi Z mencerminkan bagaimana teknologi telah mengubah cara mereka mengakses informasi di era digital. Sebagai generasi yang lahir dan tumbuh bersama internet, Generasi Z cenderung lebih nyaman menggunakan platform digital, termasuk Instagram, untuk mengikuti perkembangan berita. Instagram bukan hanya menjadi tempat berbagi foto atau video, tetapi telah bertransformasi menjadi salah satu sumber berita utama bagi mereka, terutama karena sifatnya yang visual dan interaktif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun