Dari refleksi saya ketika memperingati 50 tahun pernikahan, dalam usia saat itu baru77 tahun kutemukan bahwa sebenarnya kwalitas hidup itu ditentukan oleh Niat,
Rasa keterpanggilan, dan kesediaan untuk selalu terbuka mau Belajar terus.Hidup manusia itu dinamika jiwa dan gerak perbuatan manusia yangberakal-hati-budi. Dengan kata kunci : Kumparan dari Refleksi- Doa -- Perbuatan.
Sepanjangmemori memberi informasi dalam hidupku, ternyata banyak kulakukan apa yangdisebut : "Bicara pada Diri Sendiri".
Kata Coach Dwiarko itulah Self-Talk. Sayasendiri menggunakan istilah Refleksi. Sejak kecil sebagai anak kecil dalamkeluarga Kristiani saya diajak berdoa berdoa.
Ada doa pagi, ada doa sebelumsesudah makan dan ada doa sebelum tidur. Berdoa membuat orang menemukan diri hadirdihadapan Tuhan. Dalam doa malam ada renungan singkat untuk menyesali dosa-dosasepanjang hari.
Doa yang sudah terkemas dalam formula kata-kata tak pelakmenjadikan anak itu memperoleh kebiasaan merenung berrefleksi, berbicara denganDiri Sendiri.
TentangRefleksi itu, ketika nasib baik aku diterima di sekolah yang diakui sebagaisekolah berkwalitas dan berasrama, kebiasaan berrefleksi sungguh secara rutindalam doa harian dan periodic, mingguan, bulanan dan tahunan diadakan secara intensipuntuk berrefleksi membangun diri.
Dalam kesempatan berrefleksi itu anak melihatkwalitas hidupnya dimasa lalu, diperiksa, sambil mendengar masukan dari prosespendampingan, bacaan dsb. Selanjutnya dibangun niat-niat baru untuk kedepan,sedikitnya sampai kesempatan refleksi serupa berikutnya.
Dari sana sayamenyadari bahwa Niat adalah dasar dari kehidupan yang manusiawi. "Niat" sebagai awal dari perbuatanmanusia selalu perlu ditegaskan, diteguhkan dan diperbarui dalam doa untukbarjalan kedepan. Niat adalah modal dasar dari perjalanan hidup.
SeorangTung Desem Waringin, motivator jiwa usaha yang terkenal menyebut KeyakinanKemampuan Mencapai Tujuan sebagai modal dasar dari setiap usaha (bisnis) yangsukses. Sementara saya disini sebagaimana disebut di alinea pertama diatasmenemukan lebih dekat lagi pada tindakan yaitu Niat. Niat yang sudahdipertimbangkan dalam refleksi dan doa.
Setelahterjadi adanya Relasi dan Komunikasi dalam hidup bersama baru akan terjadiPanggilan, Cinta dan Berbagi untuk hidup lebih berkwalitas dan dalamkebersamaan..
Sebab Panggilan, Cinta dan Berbagi adalah bentuk-bentuk spesifikdari relasi antar subyek dan sapaan antar mereka yang berrelasi.
Lagi-lagipada waktu saya masih kecil pastor dan atau guru agama menjelaskan danmemotivasi kami anak-anak agar nanti bersedia menjalani hidup lebih baik danmenjadi, pastor, atau biarawan-biarawati.
Barang siapa merasa dan spontanberhasrat untuk mengikuti anjuran itu dikatakan mau mengikuti "Panggilan dari Tuhan".Itu berarti sedikit banyak anak itu menangkap bahwa hasrat dan keinginan itutimbul dari hatinya, itulah Panggilan, yaitu mendengarkan ajakan atau panggilandari Tuhan.
Dari proses pendidikan saya itu seakan tersirat bahwa panggilan ituadalah pertama sapaan dan ajakan dari Tuhan. Kedua, panggilan itu untuk menjadisempurna atau hidup berkwalitas dengan menjadiorang rohaniwan.
Akantetapi setelah berlanjut dalam usia dan jenjang pendidikan cakrawala hiduplebih luas semakin disadarkan bahwa hidup berkwalitas adalah ajakan danpanggilan dari Tuhan juga bagi orang dengan hidup berkeluarga.
Maka Panggilanbukan status rohaniwan saja tetapi semua status yang dilakukan dengan kesadaranbahwa itu pilihan status hidup, yang diberikan disetujui oleh Ridlo Tuhan.
Maka, selanjutnya bahkan semua profesibila disadari itu dipilih sebagai kwalitas dan status yang dilakukan dengankesungguhan, dan ditandai oleh keberhasilan, kita sebut Panggilan. Panggilanadalah profesi yang mantab, baik karena visi misinya, maupun dukungankompetensinya .
Berangkatdari kesadaran yang terbangun dalam doa, berrelasi dengan Tuhan, suatu profesidengan rasa keterpanggilan, akan dilakukan penuh rasa tanggungjawabpertama-tama kepada Tuhan.
Rasa tanggung jawab yang permanen konsisten pada profesionalitasseseorang dalam karyanya itu saya katakan adanya rasa keterpanggilan dalamkehidupan.
Rasaketerpanggilan itu merupakan daya dan tenaga dalam. Tenaga dalam ini menghantarkehidupan kita semakin baik semakin berkwalitas.
Rasa keterpanggilan itu dasarrasa social paling awal yaitu yang ditadai dengan rasa hidup "dalam doa".Setelah mengenal diri sendiri selanjutnya dalam doa "teman" yg harus disebutadalah Tuhan.
Tuhan yang meridloi profesi pilihan kita. Inilah dasar fondasidari rasa tanggung jawab dalam setiap aktivitas dan kerja pada profesi pilihanitu.
Tanggung jawab pada Rasa keterpanggilan lebih dari sekedar rasa tanggungjawab atas dasar profesionalitas dan kompetensi teknis,
Rasaketerpanggilan juga harus di lihat dari perspektif kedepannya yang ditemukan dalam alurprofesionalitas kerja pilihannya. Inilah jaminan dan sumber ketenangan ataupegangan hidup orang yang sebenarnya membuat rasa"mapan".
Tetapi kemapanannyabukan suatu sifat kukuh tidak mau move-on, namun kemapanan yang terbuka karenamerasa ada di jalan Tuhan.
Kompasdan control keseimbangan terhadap rasa-mapan, konsistensi, dan dinamikainovatip, sebenarnya adalah kemauan Belajar.
Belajar pada dasarnya itupekerjaan "murid". Ada teman yang kukuh berpendirian tidak mau lagi disebutmurid yg harus belajar.
Memang "Belajar" di hari dewasa membutuhkanpertama-tama sikap kerendahan hati dihadapan Tuhan dan kesadaran-setaradiantara sesama.
Rendah hati bukan rendah diri atau minder, rasa tidak mamputidak pantas tidak berharga, bukan. Rendah hati itu sikap Tahu Diri, keyakinanatas dasar kebenaran dan paham kelebihan dan kelemahan sendiri. Tuntutanberikut adalah disiplin.
Harap maklum dalam bahasa Itali kuno dan Yunani :Murid itu "Discipulus", atau "discipolos", kata yang berkembang sekarangkitapun menggunakan "Disiplin" = taat aturan, atau disiplin ilmu = bidang ilmu.
Kerendahan hati dan disiplin, sebagaipersyaratan Semangat Belajar, membuatorang terbuka, dapat menerima masukan secara kritis.
Meminjam istilah PidatoKenegaraan 16 Agustus 2019 yl. Presiden menggunakan istilah: "butuh innovasi-innovasiyang disruptif, yang membalik ketidakmungkinanmenjadi peluang. Yang membuat kelemahan menjadi kekuatan dan keunggulan. Yangmembuat keterbatasan menjadi keberlimpahan. Yang mengubah kesulitan menjadikemampuan. Yang mengubah tidak berharga menjadi bernilai."
Ada banyak Motivator, Coach, Pelatih, PembinaRohani yang semuanya menelusuri psikologi maupun didaktik methodic kemanusiaanmau menunjukkan dan mengajak manusia menjadi lebih berkwalitas.Â
Banyak darimereka mengambil satu aspek dan berfokus disana, seperti tentang Keberanian,Rasa Syukur, Mengatasi Hambatan hidup, Kesuksesan Bisnis, atau lebih luasKebahagiaan Hidup. Setelah saya merenung menemukan unsur strategis dalam hidupsaya, Niat, Rasa Keterpanggilan,Â
Semangat Belajar, maka harus dipaparkantindakan dan buah refleksi itu didalam tindakan. Tindakan secara umum bisadisebut: Profesi, Cinta kasih, dan Berbagi berbagai nilai. Disanalah Indikatorkeberhasilan, bukan pada refleksi dan doanya, dan itu seumur saya sekarangsudah periodik di refleksi dan dipertanggung jawabkan. (paparannya lain kali).
Demikian renungkan Panggilan Hidup LebihBerkwalitas saya temukan dengan temuan-temuan sebagai berikut :
1. Refleksi adalah Self-Talk, Doa, Kajian masukan,sebaiknya berkala diadakan
2. Butir-butir isi refleksi (obyek) adalah KehidupanSendiri meliputi: Niat, Rasa Keterpanggilan, Semangat Belajar.Â
3. Indikator kwalitas keberhasilan pencapaian target adalah: Profesi Terpanggil, Pelaksanaan Cinta kasih dan Berbagi nilai.Â
Inilahpada tahap ini yang bisa saya sampaikan sebagai salah satu model berbagi nilaidari saya. Semoga bermanfaat, sebaliknya ada salah kata membuat tidak nyamanpembaca, mohon dimaafkan. Terima kasih, Salam hormat saya,
Ganjuran8/21/2019. Emmanuel Astokodatu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H