Persoalan mendasar yang kita hadapi adalah, tingginya jumlah pengangguran berpendidikan tinggi yang jelas-jelas menunjukkan proses pendidikan di perguruan tinggi kurang menyentuh persoalan-persoalan nyata di dalam masyarakat. Perguruan tinggi belum bisa menghasilkan lulusan yang mampu berkreasi di dalam keterbatasan dan berdaya juang di dalam tekanan. Mentalitas alumni PT yang kita produksi lebih banyak yang pasif dan berupa type kuli – hanya mengerjakan apa yang diperintahkan atasan, minim kreatifitas dan mandul inisiatif.
Guna menekan kenaikan jumlah pengangguran terdidik, tidak ada pilihan bagi perguruan tinggi (PT) dan dunia pendidikan untuk mengubah paradigma. Jika semula lebih menekankan pada aspek kecerdasan konseptual (kognitif), kini harus dibarengi penanaman jiwa kewirausahaan (entrepreneurship).
Pasalnya, berbagai penelitian menunjukkan keberhasilan mahasiswa bukan ditentukan kepandaian yang dipunyai, tetapi oleh faktor lainnya yang sangat penting. Singkatnya, tingkat kecerdasan hanya menyumbang sekitar 20%-30%, sementara jiwa kewirausahaan yang didukung kecerdasan sosial justru menyumbang 80% keberhasilan anak di kemudian hari.
Istilah kewirausahaan atau entrepreneurship, merupakan kemampuan untuk menginternalisasikan bakat rekayasa dan peluang yang ada. Seorang entrepreneur akan berani mengambil risiko (risk-taker), inovatif, kreatif, pantang menyerah, dan mampu menyiasati peluang secara tepat.
Lebih dari itu, jiwa dan semangat kewirausahaan juga sangat urgen dalam menentukan kemajuan perekonomian suatu negara. Bukan hanya ketepatan prediksi dan analisis yang tepat, melainkan juga merangsang terjadinya invensi dan inovasi penemuan-penemuan baru yang lebih efektif bagi pertumbuhan ekonomi.
Di Indonesia, jumlah entrepreneur masih sangat minim. Pada 2007 angkanya tercatat baru 0,18% atau 400.000 dari jumlah penduduk Indonesia. Padahal, dibutuhkan sedikitnya 2% enterpreneur untuk bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mensejahterakan bangsa ini. Sebagai perbandingan, Singapura saja pada 2001 memiliki 2,1% entrepreneur dan pada 2005 meningkat menjadi 7,2%. Bandingkan saja perekonomian kita dengan negara kota ini! (Bersambung ke tulisan bahagian kedua)
Makalah ini dibawakan dalam Seminar Nasional Penyelerasan Pendidikan Tinggi dengan Dunia Kerja oleh Kemendiknas di Jakarta, 14-16 Oktober 2010. Makalah ini juga dipublikasikan di sini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H