Mohon tunggu...
Yulianto
Yulianto Mohon Tunggu... Penerjemah - Menulis saja

Menulis saja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan Gaya Bank

2 Mei 2018   19:45 Diperbarui: 2 Mei 2018   20:17 1773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: steemit.com

Pasar disini adalah perusahaan-perusahaan yang memiliki modal besar yang dengan modalnya tersebut berupaya untuk mempengaruhi pendidikan agar berpihak padanya demi melanggengkan keinginan mereka yaitu keinginan untuk memajukan perusahaannya. 

Jadi perusahaan memesan kepada industri (lembaga pendidikan) sebuah produk (murid dengan spesifikasi ilmu tertentu) untuk dimanfaatkan demi kemajuan perusahaannya.

Hal ini telah lama telah terjadi di Indonesia. Contohnya : suatu lembaga pendidikan seperti univesitas, dengan bantuan modal dari perusahaan besar maka pihak universitas kemudian mendidik mahasiswanya dengan spesifikasi ilmu tertentu yang pada akhirnya mahasiswa tersebut akan dipekerjakan pada perusahaan yang memberikan bantuan.

Para mahasiswa ini akan dipekerjakan demi memajukan perusahaan tersebut. Kejadian ini akan menjadi miris ketika perusahaan pemodal tersebut merupakan perusahaan-perusahaan asing yang justru mengeksploitasi sumber daya alam Indonesia dan menjadi penyebab banyak warga negara Indonesia menjadi miskin. 

Pada kejadian ini justru anak bangsa sendiri yang melanggengkan perusahaan-perusahaan kapitalis seperti ini untuk tetap subur dan berkembang di negara Indonesia. 

Oleh sebab itu, permasalahan ini akan tetap ada tanpa ada jalan untuk menyelesaikannya. Dan akhirnya, akibat dari model pendidikan "Gaya Bank" ini pendidikan di Indonesia akan dipolitisasi oleh orang-orang atau kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan tertentu seperti ingin mendapatkan keuntungan dari pendidikan.

Konsep Pendidikan yang didambakan

Kesalahan yang terjadi pada sistem pendidikan yang menerapkan model pendidikan "Gaya Bank" adalah sistem in hanya menempatkan murid sebagai objek pasif dan guru sebagai subjek aktif. 

Padahal kenyataannya, kita tidak dapat menafikan bahwa murid dengan lingkungan dimana ia hidup merupakan subjek yang setiap harinya menjadi saksi dan merasakan langsung permasalahan yang ada dan yang terjadi di sekitar lingkungannya. Hal tersebut sepatutnya dijadikan pedoman dasar yang seharusnya diterapkan dalam sistem pendidikan di Indonesia.

Dengan kesadaran akan pengetahuan yang telah sejak awal dimiliki oleh seorang murid maka kemudian langkah pertama yang harus segera ditempuh oleh para pengajar dan penentu kebijakan yang terkait dengan pendidikan adalah membangun sistem pendidikan yang lebih merepresentasikan pedoman dasar tersebut. 

Sistem pendidikan dimana tidak terjadi oposisi biner antara pengajar dan murid yaitu hanya berperan sebagai subjek dan objek. Namun, sistem pendidikan yang seharusnya dibangun adalah sistem pendidikan dimana terjadi penyetaraan peran antara pengajar dan murid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun