"Yang ngejalanin hubungan ini, gue sama loe. Gue yakin kalo mereka tahu kelakuan loe. Mereka bakal setuju pertunangan kita dibatalin." Melepas kasar tangan Ghio yang bertengger di bahuku.
Sebulan lalu,Â
Flashback OnÂ
"Sayang, kamu dimana? Bisa anter aku ke dokter? Perut aku sakit banget" aku merintih kesakitan.
"Bentar Ay, ini temen temen aku lagi pada ngumpul. Emang Sifanggi kemana?" Tanya Ghio singkat.
"Kamu malah nanya Sifanggi? Yang seharusnya jagain aku kan kamu." Mengernyitkan dahi
"Haish, ngga usah kekanakan deh. Bisa kan sama Sifanggi dulu."Â
"Kekanakan katamu? Okey. Jangan cari aku lagi setelah ini." Suara Isak tangisku dihiraukan oleh Ghio.Â
"Udah dulu Ay, bye. Aku chat lagi nanti." Ghio mematikan telpon nya.Â
Puluhan chat dan telpon masuk tidak dia pedulikan sama sekali. Hpnya dia silent.Â
Bahkan di saat genting seperti ini, dia bisa mengabaikanku. Bukan pertama kali, dia selalu menginginkan hubungan berjalan sesuai perintah nya. Tapi, dia tidak bisa mendengarkan apa yang aku pintakan.Â