Mohon tunggu...
Asri Abbas
Asri Abbas Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Pascasarjana IAIN Palopo

Menulis dan Traveling

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ada Apa dengan Raib?

6 Desember 2024   08:36 Diperbarui: 6 Desember 2024   08:48 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Akhirnya aku pulang dengan memakai sandal yang kusam itu. Kuikhlaskan hatiku menerima segala yang terjadi dihidupku. Dan aku percaya bahwa segala sesuatu yang baik akan tiba disaat yang tepat.

Keesokan harinya ketika aku berangkat ke sekolah tiba-tiba Adi, tetangga yang tinggal di samping rumah memberikanku sandal berwarna merah tua, ya itu adalah sandalku yang semalam raib di mesjid. Setelah kutanyakan mengapa sendal itu ada padanya, ternyata ia sendiri yang mengmbilnya. Setelah keluar dari mesjid ia tergesa-gesa pulang ke rumahnya sampai tak menyadari ternyata ia salah memakai sandal. Akupun bahagia sandal kesayanganku kembali.

Keberuntunganku pun tak sampai disitu, sampai di sekolah Doni memanggilku. Hari ini ia membawa uang yang banyak, jadi ia ingin mentraktirku bakso di kantin, sebagai permintaan maafnya karena pernah mengambil coklatku tanpa permisi. Dan lebih senangnya karena aku bisa makan bakso sepuasnya.

Aku mulai merasa, apa yang dikatakan pak Khalid memang benar. Kalau kita sabar dan ikhlas sesuatu yang baik itu akan datang. Pada sore yang cerah, aku tiba-tiba dikagetkan oleh panggilan telepon dari orang yang tak kukenal.

"Halo, ini dengan siapa ya?" tanyaku penuh dengan selidik

"Apa ini dengan Raib?" jawab seseorang diseberang telepon.

"Iya, ini dengan Raib sendiri. Ada apa ya?" tanyaku lagi

"Begini, kita pernah bertemu di toko buku, masih ingat dengan lelaki yang berambut panjang dan berkaca mata?" katanya

 "Iya saya masih ingat, ada apa ya?" tanyaku penuh selidik

"Saya menemukan dompet anda tergeletak di lantai toko. Awalnya saya berikan kepada penjaga toko, tapi beliau menolak karena dia juga tidak mengetahui siapa pemilik dompet ini. Akhirnya saya membawanya pulang, sekian lama baru saya periksa baik-baik ternyata di dalamnya terselip sebuah kertas kecil tertera nomor telepon.. Nanti saya kirimkan alamat supaya anda bisa mengambil dompet anda kembali. Lain kali hati-hati ya" katanya mengingatkanku

Kututup telepon, saking senangnya aku sampai lupa mengucapkan terima kasih. Ah, biarlah toh kami nanti akan bertemu lagi. Sepanjang hari hatiku sangat senang. Pada malam hari sebelum tidur, aku ingat tadi siang Fani, teman sekelasku memberikan sebuah buku. Ya, buku yang dibelikan oleh seseorang yang kukagumi, buku yang mengingatkanku pada Syifa. Aku buka lembar demi lembar. Sampai pada halaman terakhir, kudapati surat di lembaran buku itu. Kubuka dengan perlahan, dan kubaca dengan seksama. Deg, hatiku sekali lagi berdegup ternyata surat itu dari Syifa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun