"Nggak apa-apa, ini juga nggak gratis kok, kamu hutang sama aku, gimana?" katanya dengan mimik simpati.
"Baiklah kalau begitu, dari pada malu" jawabku pelan sambil menggaruk kepalaku yang memang gatal karena ketombe.
"Nah gitu dong, sini bukunya" katanya sambil mengambil buku yang ada di genggamanku.
Setelah hari itu, aku bertambah kagum padanya. Selalu memikirkannya dan curi-curi pandang padanya. Akhirnya aku bertekad untuk mengungkapkan perasaanku. Segera kubeli coklat di kantin dan kusimpan coklat itu di dalam tas. Lalu ketika jam pulang tiba, dengan segenap keyakinan, kuhampiri Syifa yang saat itu tengah duduk di taman sekolah kami.
"Syifa, ada yang ingin kusampaikan padamu" kataku mantap
"Iya Raib, katakan saja" jawab Syifa singkat
"Sebenarnya dari dulu aku suka sama kamu dan aku ingin kamu mau jadi pacarku" kataku dengan penuh percaya diri.
"Kalau kamu terima aku, kamu ambil coklat ini. Tapi kalau kamu nolak, kamu nggak ambil coklat ini" sambungku
"Coklatnya mana?" jawab syifa
"Oh iya, tunggu dulu aku ambilkan" kataku sambil merogoh tas yang ada di pundakku.
Dan betapa terkejutnya, ketika tak kutemukan coklat di dalam tas. Di sana hanya ada sebuah tulisan disecarik kertas yang aku tahu tulisan itu dari Doni, teman sebangkuku.