Mohon tunggu...
Asri Abbas
Asri Abbas Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Pascasarjana IAIN Palopo

Menulis dan Traveling

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ada Apa dengan Raib?

6 Desember 2024   08:36 Diperbarui: 6 Desember 2024   08:48 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lagi-lagi aku terdiam, aku pasrah dengan candaan temanku. Yang ku rasakan hanya gelisah karena belum mengerjakan PR yang diberikan guruku. Dan terasa lebih resah tatkala ingin menyalin PR temanku, tiba-tiba polpenku raib di dalam tas. Dua jam kemudian aku hanya bisa pasrah berdiri di bawah terik matahari sambil memberi hormat pada bendera yang berkibar sebagai bentuk hukuman karena tidak mengerjakan PR.

Dan kini usiaku 17 tahun, rasa ingin tahuku sangat tinggi. Orang-orang juga mengatakan bahwa masa ini merupakan masa pencarian jati diri. Tidak seperti kebanyakan remaja lelaki pada umumnya, yang memilih olahraga sebagai hobinya, aku justru lebih menyukai mambaca buku. Bagiku buku adalah jendela dunia, dengan segala informasi ada padanya yang tak pernah dilekang oleh waktu. Tapi tunggu dulu, jangan membayangkanku seperti kutu buku lainnya, berpakaian rapi, berwajah culun, berkacamata tebal. Oh no! Itu bukan gayaku. Aku hanya siswa biasa, berpakaian ala kadarnya, dan berwajah apa adanya. Dan dimasa ini pula aku baru tahu bahwa ketika melihat seseorang, lalu jantung berdegup kencang, hati berbunga-bunga dan tatapan tak bisa berpaling darinya itu namanya jatuh cinta.

Suatu ketika, aku berada di toko buku dan berjalan diantara deretan buku yang tertata rapi di rak-rak lemari, aku melihat buku yang selama ini aku cari. Seperti anak kecil yang kegirangan mendapatkan eskrim, aku berlari untuk mengambilnya. Namun betapa kecewanya, ketika buku dan tanganku tinggal sejengkal, tiba-tiba buku itu raib diambil orang.

Deg. Hatiku tak karuan. Ternyata yang mengambil buku itu adalah teman sekelasku. Namanya syifa, rambutnya panjang, badannya mungil, dan berwajah imut. Sudah tiga tahun aku sekelas dengannya. Dan selama itu pula aku memendam rasa padanya. Dan seperti remaja kebanyakan, aku setiap harinya sangat bersemangat ke sekolah dengan keyakinan mengejar cita-cita dan cinta dari Syifa.

Setelah beberapa lama di toko buku, akhirnya aku menemukan beberapa buku yang menarik. Ketika berjalan ke arah kasir, tiba-tiba aku kembali melihat Syifa yang sedang berada diantrian. Sore itu memang banyak pengunjung di toko buku jadi mau tidak mau kami harus mengantri di tempat kasir. Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku, akupun berbalik melihanya. Seorang pria berkaca mata, berambut gondrong, dan berwajah sangar. Hampir saja aku berpikiran negatif tentangnya tapi segera kutepis pikiran itu tatkala kulihat ia memegang buku berjudul " Tata Cara Sholat".

"Ada apa pak?" tanyaku.

"Itu dik, buku adik terjatuh" katanya sambil menunjuk buku yang tergeletak dilantai

"Oh iya, terima kasih pak" balasku sambil mengambil buku yang tergeletak di lantai.

Ketika tiba giliran untuk membayar dikasir, aku mengambil dompet yang sedari tadi di kantong belakang celanaku. Dan betapa terkejutnya, ketika tak kutemukan dompetku di sana. Dompetku raib entah kemana, aku panik sejadi-jadinya. Lalu tiba-tiba muncul kecurigaanku terhadap bapak tadi. Dan naas tenyata bapak yang sedari tadi di belakangku juga ikutan raib. Aku merasa malu karena tak dapat membayar buku yang ingin kubeli. Hampir saja aku mengembalikan buku itu, sebelum akhirnya terdengar suara lembut di sampingku.

"Biar aku saja yang bayar" kata Syifa

"Tidak usah syifa" jawabku tegas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun