Aku kembali menatap matanya dan mencari apa yang ditatapnya, bukan ..bukankah ini tempat Rani kecelakaan  beberapa bulan yang lalu.Â
Kembali ingatan mengingatkan bagaimana Rani merenggang nyawa di tempat ini. Sejak kepergian suaminya Rani sering murung di kantor, bersyukurnya anak anaknya sudah pada dewasa jadi tidak terlalu butuh Rani karena mereka sudah bisa mengurus diri mereka sendiri.
Sore itu sekitar satu jam sebelum waktu pulang dari kantor, aku melihat Rani menerima telpon wajahnya selama ini murung tiba tiba memerah, matanya berbinar, senyumnya, ah lama aku tak melihat senyum itu.
Rani bergegas membereskan meja dan tasnya, setelah itu pergi dengan buru buru
" Rani... Rani, mau kemana, " teriak aku memecah kesunyian kantor.
"Nanti aku ceritakan," kata Rani.
Tidak lama kemudian aku mendapat khabar Rani mendapatkan kecelakaan. Aku tak mampu berkata, air mataku terus mengalir. Tak menyangka akan  cepat kehilangan sahabat sebaik Rani.
"Loh, kenapa kamu yang menangis, kamu kan mau mendengar ceritaku aku," kata laki laki itu mengagetkan aku.
Aku usap air mataku dengan ujung baju.
"Apa hubungan kamu dengan wanita di foto ini," kataku sembari menatap wajahnya
Dia balik bertanya, " Kamu kenal wanita ini, "