" Hei, jangan dekat dekat laki laki itu, dia gila!" Orang berteriak mengingatkan aku untuk tidak mendekat.
Bukannya menjauh, aku semakin dekat dan mencoba duduk di sebelahnya walau jantungku serasa dipompa dengan cepat, tetap memberanikan diri duduk di sampingnya..Â
Sembari memberikan kopi dan roti,Â
" Makanlah dan minumlah kopi ini, untuk menghangatkan tubuhmu sejenak," kataku sedikit terbata
Laki laki itu menoleh dan memandang aku dengan seksama
" Ambillah," kataku lagi
Dia mengambilnya sembari bilang
"Terima kasih,"
Suaranya berat, wajahnya terlihat sangar tapi di ujung bibirnya ada senyum manis. Sepertinya laki laki ini bersahabat, lebih baik aku bertanya kenapa dia selalu berada di sini.
"Setiap saya ke kantor, selalu melihat anda duduk di tempat yang sama dan selalu di persimpangan ini, apa yang anda cari," sedikit memberanikan diri untuk menanyakan prihal dia.
Hening tiada jawaban, dia masih asik dengan kopi panas dan se lembar roti coklat yang aku bawa dari rumah. Aku mencoba melihat di ujung mata, kopi dan roti itu habis tak tersisa. Dia masih tetap diam sembari matanya tak lepas memandang ke depan, aku pun jadi ikut ikutan.