Tentang hujan pertama di kota daeng,
tentang senja terindah di kota daeng,
dan tentang apa saja yang bisa kupungut dari celah-celah ingatan.
Satu per satu debar tak terbayar berlabuh bersama rasa yang yang terdalam.
Sial, aku merindukan perjalanan dua belas bulan.
Ketika tanah basah dicumbu hujan.
Lalu perlahan kusaksikan malam mengulum senja tanpa ampunan,
dan sang rembulan menyanyikan elegi kerinduan.
Senja III
Entah sejak kapan senja menjelma menjadi
elegi yang paling durjana dalam hidupku.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!