Keningku kembali berkerut.Â
"Hmm? Kenapa tidak menyesal?" Alasan dari Kevin tidak masuk akal. Bagaimana mungkin pemikiran nya seperti itu?
"Karena menurutku kau lebih sempurna dari mereka." Senyum terlukis di wajah Kevin, menampakkan giginya yang putih bersih.
Hah? Aku lebih sempurna? Aku mematung dengan jawaban Kevin.
"Sudahlah, jangan terlalu di pikiran. Ayo, sudah waktunya untuk sesi foto bersama tamu."
***
"Lia? Istriku, sedang apa? Kenapa di luar melamun sendirian? Ayo masuk, agar kau tak sakit" Kevin, berjalan dan mengulurkan tangannya memberi isyarat agar aku memeluknya dan masuk. Tapi, tanganku berhenti saat mendengar suara dari semak-semak di halaman tetangga kami.
"Ada sesuatu yang tidak beres sejak tadi dari arah rumah sebelah," aku menunjuk dan melihat ke arah dedaunan yang bergerak-gerak.Â
Kevin, dia melihat ke arah semak yang ku tunjuk. Hanya sebentar, sangat sebentar bahkan tidak sampai satu detik.
"Tidak apa, mungkin hanya angin yang menggerakkan semak itu. Dan suara itu mungkin dari anjing yang baru mereka beli beberapa hari lalu." Kevin nampak tak percaya akan kekhawatiranku, dan hanya menyuruhku masuk bersamanya.
Tapi, perasaan aneh dan firasat buruk yang kurasakan semakin nyata. Tiap detik berlalu, tetap kuamati semak itu hingga saat aku masuk di ambang pintu.Â