Kevin masih merapikan sendal kami di rak sepatu dengan pintu yang terbuka bersama aku yang menunggu nya.
Perasaan ku semakin tidak tenang.
"Kevin, cepat masuk! Kurasa akan ada hal buruk jika terlalu lama di luar seperti ini!" Aku mendesak Kevin agar segera masuk, namun kehendak semesta tidak bisa di lawan.
BRUKK..
"KEVIN!" Mata ku membelalak saat melihat seekor anjing jenis herder dewasa menabrak Kevin, menggigit tangan kanan Kevin dengan ganas.
Kevin berusaha menyuruhku untuk menyelamatkan diri, sementara ia menahan anjing itu. Tak tega, itu perasaan yang pertama kali saat melihat Kevin.
"Pergilah Sayang! Jangan tunggu aku. Selamatkan dirimu!" sedikit senyum dengan mata berair menahan rasa sakit yang ia rasakan.Â
Terpaksa aku mendengarkan perintah suamiku. Segera berlari ke kamar, mengunci pintu, dan menelepon polisi.
Isak tangis mengawali pembicaraan ku dengan seorang petugas. "Pak, tolong datang secepatnya ke rumah kami. Anjing herder milik tetangga kami menyerang suami saya.."
***
Ah, rupanya aku kembali teringat kejadian tiga tahun lalu, sampai aku berlinangan air mata. Masa perjodohan dan pernikahanku yang begitu singkat, walau awalnya aku menolak sampai akhirnya menerima Kevin dan mencintainya.