Mohon tunggu...
Asmara Dewo
Asmara Dewo Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Pendiri www.asmarainjogja.id

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Apakah Sudah Menjadi Budaya Kita Membully di Dunia Maya?

8 April 2016   11:18 Diperbarui: 8 April 2016   11:46 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi Foto Flickr"][/caption]Belakangan ini ramai sekali berita-berita heboh yang menggemparkan netizen. Yang sebenarnya, sedikit heboh, tapi terus diheboh-hebohkan. Jadilah heboh betulan.

2 kasus sorotan publik belakangan ini adalah Zaskia Gotik dan Sonya Depari. 2 perempuan cakep ini habis-habisan di-bully oleh netizen. Sunguh miris memang.

Ada asap, tentu ada api bukan?

Kalau Zaskia di-bully karena pelecehan lambang negara. Sedangkan Sonya di-bully karena sifatnya yang arogan saat akan ditilang karena melanggar lalu lintas. Yang jadi perhatian publik adalah  Sonya mengaku anak Deputi Bidang Pemberantasan BNN Irjend Arman Depari. 

Dikutip dari Waspada.co.id, Sonya memang anak dari abang kandung jendral polisi tersebut.

Keluarga besar mana yang tidak habis pikir, jika salah satu anggota keluarganya menjadi bahan celaan di media sosial?

Orangtua mana yang tidak kaget, jika anaknya berulang-ulang ditayangkan di televisi karena sifatnya yang tidak terpuji?

Seorang ayah yang mana tidak terkejut jika didatangi oleh pihak kepolisian ke rumah, karena sang anak sudah berbuat salah?

Kabar duka pun tersiar, Innalillahi Wainna Illahi Rojiun, ayah kandung Sonya meninggal dunia karena penyakit jantung.

Yang saya herankan adalah kenapa kita suka sekali mem-bully orang lain di internet? Mudah sekali meberi komentar negatif kepada orang lain, padahal kita juga sama sekali tidak kenal.

Kalau alasannya karena orang yang di-bully itu salah, dan sanksi moralnya adalah bully masal, apakah itu bijak perlakuan kita? Kan tidak, sih!

Tak bisa dihindari lagi kalau sudah banjir bully, wah, merambat terus kemana-mana. Tak terbendung lagi, deh.

Kira-kira, kalau kita korban bully, apakah bisa bisa menegakkan muka di hadapan orang banyak?

Kira-kira, kalau kita korban bully, apa masih bisa menahan tangisan air mata?

Kira-kira, kalau kita korban bully, apa masih bisa memaafkan kata-kata pedas dan kotor yang sudah terlanjur masuk ke hati?

Ayo, mikir! Kembalikan ke kita dulu.

Kalau nggak sanggup, ya, jangan suka bully orang lain dong!

Memang benar Zaskia Gotik dan Sonya Depari salah, salah telak lagi. Tapi, kita yang merasa benar ini juga nggak harus berlebihan menyikapinya. Apalagi mem-bully mereka habis-habisan.

Kedua, yang saya herankan lagi adalah kenapa pula media juga secara tak langsung membuat judul besar-besar BULLYING. Apakah media sengaja, biar hot gitu beritanya?

Media-media Indonesia ini juga harus cerdas dong, untuk bisa mendinginkan gejola sosial kasu-kasus seperti itu, bukan malah sebaliknya, ikut mengompori! Dipanas-panasin biar semakin meledak sekaligus.

Pembaca mem-bully, penulis mem-bully, media mem-bully, komplet deh jadinya Indonesia dikenal dengan netizen pem-bully. Nggak malukah? Harusnya malu donk! Katanya bangsa yang berbudaya, kok suka bully orang. Piye iki, jal?

Kita harus sadar dan paham, sekali komentar negatif kita tulis, maka orang lain pun ikut-ikutan berkomentar negatif.

Begitu juga sebaliknya, saat kita menulis komentar positif, maka orang lain pun bisa ikutan berkomentar positif.

Namun yang sangat disayangkan oleh kita semua adalah kita lebih suka yang negatif-negatif begitu. Seperti gimana gitu, ya, kan?

Di media sosial ini kita memang bebas menulis apa saja, termasuk juga mem-bully, tapi bagi orang yang mengedapankan norma-norma yang berlaku, sudah pasti ia tak akan mau berbicara yang buruk.

Apakah kita golongan manusia yang tidak bernorma? Atau jangan-jangan setiap harinya kalau tidak mem-bully di media sosial,ada yang kurang gimana gitu?  

Mem-bully adalah budaya KATROK  pengguna internet, dan sedikit agak bodoh. Yang seharusnya internet bisa mencerdaskan kita, tapi kita malah menjadikan dunia internet sarang kebodohan kita. Aihhh… aihhhh… rugi betul kita ini.

Jangan tersinggung ya?! Atau malah saya yang di-bully gara-gara nulis beginian.

Oh ya, hampir ketinggalan, di balik musibah tentu ada keberkahan di baliknya. Sonya yang terkena musibah keluarga hari ini, mudah-mudahan esok lusa bisa menjadi orang yang sukses, juga  berguna bagi bangsa dan agama di kemudian hari.

Dan dengar-dengar juga, nih, Sonya itu model dan jago akting lho. Kan udah cukup tenar tuh, manfaatin saja untuk mendongkrak prestasi di dunia keartisan. Tentu saja, buang dulu perangai buruknya!

Turut simpati dan berduka atas meninggalnya ayah Sonya.[]

Sumber: asmarainjogja

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun