Tak bisa dihindari lagi kalau sudah banjir bully, wah, merambat terus kemana-mana. Tak terbendung lagi, deh.
Kira-kira, kalau kita korban bully, apakah bisa bisa menegakkan muka di hadapan orang banyak?
Kira-kira, kalau kita korban bully, apa masih bisa menahan tangisan air mata?
Kira-kira, kalau kita korban bully, apa masih bisa memaafkan kata-kata pedas dan kotor yang sudah terlanjur masuk ke hati?
Ayo, mikir! Kembalikan ke kita dulu.
Kalau nggak sanggup, ya, jangan suka bully orang lain dong!
Memang benar Zaskia Gotik dan Sonya Depari salah, salah telak lagi. Tapi, kita yang merasa benar ini juga nggak harus berlebihan menyikapinya. Apalagi mem-bully mereka habis-habisan.
Kedua, yang saya herankan lagi adalah kenapa pula media juga secara tak langsung membuat judul besar-besar BULLYING. Apakah media sengaja, biar hot gitu beritanya?
Media-media Indonesia ini juga harus cerdas dong, untuk bisa mendinginkan gejola sosial kasu-kasus seperti itu, bukan malah sebaliknya, ikut mengompori! Dipanas-panasin biar semakin meledak sekaligus.
Pembaca mem-bully, penulis mem-bully, media mem-bully, komplet deh jadinya Indonesia dikenal dengan netizen pem-bully. Nggak malukah? Harusnya malu donk! Katanya bangsa yang berbudaya, kok suka bully orang. Piye iki, jal?
Kita harus sadar dan paham, sekali komentar negatif kita tulis, maka orang lain pun ikut-ikutan berkomentar negatif.