“Gak bisa, mbak. Harus jelas kelurahannya.’
Telpon terputus sementara kami kian panik. Jam makin mendekati angka setengah lima sementara mobil yang kami butuhkan belum juga ada. Harapanku bertumpu pada grabtaxi. Tanganku mulai gemetaran memencet andro, mencoba keberuntungan. Saya mengetik alamat penjemputan lalu rumah sakit yang akan dituju yaitu RSIA Yadika. Kali ini ada yang merespon pesanan kami. Jaraknya hanya 10 menit dari lokasi Nimun Raya. Hapeku kemudian berdering. Dari sopir Grabtaxi menanyakan lokasi.
Saya menerima dan meminta tolong agar sopir secepatnya ke Nimun Raya karena ada pasien gawat yang butuh pertolongan. Sopir menyanggupi. Perasaan kami langsung lega dan segera mengirim sms pemberitahuan ke Teh Lia. Saya memberitahukan nomor plat mobil yang akan menjemput mereka. Kami terus menatap layar android. Memantau via aplikasi posisi kendaraan hingga mendekati jalan Nimun Raya kemudian bergerak menuju rumah sakit RSIA Yadika. Rasanya lega melihat kendaraan tepat berhenti di rumah sakit.
Setelah urusan dede Jingga kelar, kami lalu berkemas dan siap-siap meluncur ke rumah sakit. Namun sebelumnya kami tak lupa memesan grabtaxi. Kami tidak mengalami kesulitan saat memesan karena hari telah pagi. Â Dini hari yang mencekam bagi kami. Meski situasi belum kondusif karena dede Jingga masih kritis di rumah sakit namun setidaknya dia telah berada di rumah sakit dan mendapatkan pelayanan medis.
Satu hal yang akan saya ingat jika ke Jakarta. Sebelum memesan taksi via operator harus ingat nama kelurahan dimana taksi akan menjemput. Apalagi jika lokasi berada di pemukiman penduduk, butuh alamat yang lengkap. Berbeda jika kita berada di kantor, bandara, rumah sakit, atau Mall tentu  mudah ditemukan oleh sopir taksi.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H