Mohon tunggu...
Asih Rangkat
Asih Rangkat Mohon Tunggu... lainnya -

Mewujudkan lamunan dalam tulisan...\r\n

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Ketika Dede Jingga Sakit

24 Desember 2015   20:41 Diperbarui: 24 Desember 2015   21:18 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah mengikuti acara kompasianival dan kopdar bareng di rumah ayah Windu Hernowo, saya dan teman-teman kemudian berpisah. Dede Jingga Rangkat dan Teh Lia kembali ke home stay,  sementara saya, Ranti dan Imas mengungsi ke rumah kost Acik.

Perjalanan menuju rumah Acik sungguh mengenaskan. Saat di Gancit saya menanyakan lokasi rumah Acik,

“Deket kok, deket lampu merah.” Jawab Acik  sambil menunjuk ke arah kanan.

Terbersit dalam pikiranku lokasinya dekat Gancit, baguslah. Jarak Nimun Raya dan Gancit kan tidak terlalu jauh. Proses mengungsi bukan lagi beban yang harus kami pikirkan. Kami kemudian mengikuti kopdar di rumah ayah Windu dengan suka cita sambil menikmati sajian yang dihidangkan tuan rumah.

Masalah baru hadir saat kami meninggalkan homestay dan menuju rumah Acik. Petunjuk yang Acik berikan meleset dari yang kami perkirakan. Lampu merah, nama Mini Market bahkan SPBU yang jadi petunjuk tetap membuat kami kesasar dan membuat sopir Grabtaxi memutar balik kendaraan karena salah petunjuk.

Akhirnya setelah sekian lama berpusing ria mencari alamat, tibalah kami di jalan palmerah utara 3. Pak sopir sempat mengeluh karena kami tidak memberikan alamat yang lengkap. Bapak itu jelas lebih tahu jalan daripada sekedar petunjuk-petunjuk yang kami berikan.

Singkat cerita setelah ngobrol hahahihihi, curhat panjang kali lebar, dan segenap aktivitas menjelang tidur, tepat jam 12, kamipun terlelap. Ruangan yang adem karena AC membuat tidur kami makin lelap.

. . . . . . . . . . .

Sejauh apapun aku melangkah, kaukan selalu dihatiku.....

Reff syair lagu Rini Idol mengalun berulang-ulang  dari hapeku. Saat kuangkat dan melihat nama yang menelpon, dede Jingga Rangkat. What happened?! Ada apa? Jam 3 dini hari, tumben dede Jingga menelpon? Di dera penasaran, saya kemudian menekan tombol terima. Namun yang terdengar kemudian bukan suara dede Jingga melainkan suara Teh Lia yang panik disertai suara dede Jingga yang kesakitan. Teh Lia mengabarkan dede Jingga sedang sakit parah dan minta tolong dicarikan mobil atau taksi.

Telpon ditutup. Segera kubangunkan teman-teman dan menyalakan lampu. Kuraih andro kemudian mulai mengklik aplikasi Grabtaxi.  Aplikasi yang selama beberapa hari ini selalu menemani aktivitas transportasi kami. Butuh perjuangan untuk mendapatkan kendaraan. Apalagi kami juga harus mencantumkan nama rumah sakit tujuan. Hal yang luput dari perhatian kami.

Karena salah klik rumah sakit, sopir yang lokasinya jauh dari Nimun Raya terpaksa membatalkan pesanan kami. Kembali saya mengklik mbah Google mencari rumah sakit terdekat dari Nimun Raya. Pilihan terdekat yang muncul adalah Rumah Sakit Ibu dan Anak Yadika. Mestinya rumah sakit umum, namun dalam kondisi gawat seperti ini, rumah sakit apapun itu akan kami tuju asal dekat dengan Nimun Raya.

Berulangkali mencoba tetap hasilnya nihil. Mungkin karena dini hari, para sopir masih lelap dibuai mimpi. Kami lalu mencoba menghubungi operator taksi. Tersambung, saya lalu memesan taksi dan menyebutkan alamat dimana dede Jingga dan Teh Lia berada. Pihak operator menanyakan nama kelurahan. Saya bingung lalu memutuskan sambungan telpon. Menurutku, pihak operator terlalu berbelit-belit ataukah memang seperti itu aturan memesan taksi? Maklum saya baru dua hari di Jakarta. Kebiasaan di Makassar hanya menyebutkan alamat maka taksi pesanan kita akan segera datang.

Saya kemudian menelpon Teh Lia meminta beliau menanyakan nama kelurahan pada pengurus home stay. Tapi si mbak juga tidak tahu. Bagaimana ini? kami kok jadi sibuk mencari nama kelurahan? Walau kesal, saya browsing mencari nama kelurahan.  Belum tuntas, saya hentikan pencarian karena menurutku sia-sia.

Didera rasa panik, saya lalu kembali menghubungi grabtaxi. Disela-sela usaha kami mendapatkan kendaraaan, telpon dari Teh Lia tak berhenti berdering menanyakan taksi yang tak kunjung datang. Kami berpacu dengan waktu karena dede Jingga makin kritis. Setelah untuk kesekian kalinya gagal mendapatkan kendaraan via grabtaxi, saya kembali menghubungi operator taksi.

Kali ini saya memakai hape Ranti karena pulsaku habis. Suara laki-laki terdengar dari seberang. Suaranya berwibawa. Penuh harap saya menyebutkan pesanan taksi dan alamat yang dituju. Kembali saya mendapatkan pertanyaan yang sama.

“Nama kelurahannya, mbak?”

“Bintaro mas, eh Tanah Kusir.”

“Nama kelurahannya, mbak.”

“Waduh, gimana saya tahu, mas? Saya baru dua hari disini. Mana tahu nama kelurahan.” Keluhku disertai rasa kesal.

“Harus ada nama kelurahan, mbak. Coba mbak tanya orang-orang disitu..”

“Gak ada yang tahu, mas. Kami semua pendatang.”

“Gak bisa, mbak. Harus jelas kelurahannya.’

Telpon terputus sementara kami kian panik. Jam makin mendekati angka setengah lima sementara mobil yang kami butuhkan belum juga ada. Harapanku bertumpu pada grabtaxi. Tanganku mulai gemetaran memencet andro, mencoba keberuntungan. Saya mengetik alamat penjemputan lalu rumah sakit yang akan dituju yaitu RSIA Yadika. Kali ini ada yang merespon pesanan kami. Jaraknya hanya 10 menit dari lokasi Nimun Raya. Hapeku kemudian berdering. Dari sopir Grabtaxi menanyakan lokasi.

Saya menerima dan meminta tolong agar sopir secepatnya ke Nimun Raya karena ada pasien gawat yang butuh pertolongan. Sopir menyanggupi. Perasaan kami langsung lega dan segera mengirim sms pemberitahuan ke Teh Lia. Saya memberitahukan nomor plat mobil yang akan menjemput mereka. Kami terus menatap layar android. Memantau via aplikasi posisi kendaraan hingga mendekati jalan Nimun Raya kemudian bergerak menuju rumah sakit RSIA Yadika. Rasanya lega melihat kendaraan tepat berhenti di rumah sakit.

Setelah urusan dede Jingga kelar, kami lalu berkemas dan siap-siap meluncur ke rumah sakit. Namun sebelumnya kami tak lupa memesan grabtaxi. Kami tidak mengalami kesulitan saat memesan karena hari telah pagi.  Dini hari yang mencekam bagi kami. Meski situasi belum kondusif karena dede Jingga masih kritis di rumah sakit namun setidaknya dia telah berada di rumah sakit dan mendapatkan pelayanan medis.

Satu hal yang akan saya ingat jika ke Jakarta. Sebelum memesan taksi via operator harus ingat nama kelurahan dimana taksi akan menjemput. Apalagi jika lokasi berada di pemukiman penduduk, butuh alamat yang lengkap. Berbeda jika kita berada di kantor, bandara, rumah sakit, atau Mall tentu  mudah ditemukan oleh sopir taksi.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun