Mohon tunggu...
Asih Perwita Dewi
Asih Perwita Dewi Mohon Tunggu... -

Penulis adalah anak kedua dari 3 bersaudara perempuan dari pasangan Alm. Bp. Syamsudin Selamet dan Ibu Roro Rahayu. Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan Strata 1 (S1) di Universitas Tanjungpura Pontianak, Program studi Pendidikan Biologi. Saat ini penulis sedang menempuh pendidikan Strata 2 (S2) di Institut Pertanian Bogor (IPB) program studi Biologi Tumbuhan. Penulis sangat menyukai hujan, pantai, dan tidur di bawah langit berbintang. Kegemaran penulis lainnya adalah menulis cerita.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bahagia

29 Maret 2016   12:19 Diperbarui: 29 Maret 2016   12:36 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jalan raya didepan kantorku, lampu penyeberangan yang sudah akan berakhir, lalu sebuah mobil yang melintas begitu saja tepat ketika aku baru mulai melangkah.

Oh, aku ditabrak.

Tapi itu masih belum menjawab tentang bunga mawar di mimpiku.

Lalu otakku kembali bekerja. Merunut mundur waktu di masa lalu.

Sampai aku melihat itu, melihat sebuah pintu, pintu rumahku, dan setangkai mawar di depan pintu.

“Dia... “

Hanya satu kata itu yang mampu kulirihkan.
 Sisanya, aku berteriak. Aku berteriak sekuatnya tanpa peduli sekelilingku. Aku berteriak, bahkan dokter pun tak menghentikanku untuk berteriak. Ia mengerti, aku hampir lupa bagaimana rasa sakit saat aku seharusnya merasakannya.

Mungkinkah, sudah sebanyak itu rasa sakit yang kutanggung selama ini? Bertumpuk, menghuni setiap ruang di perasaan. Menutupi dan mengaburkan seluruh inderaku dengan semua kepalsuan yang kupasang sebagai tamengku. Hingga, aku lupa bagaimana caranya untuk bahagia dengan sebenar-benarnya bahagia.

Tapi dia, menemukanku dengan semua bahagia yang dia miliki. Dia tahu aku berbohong, dia tahu semua yang tampak dariku adalah sebuah kebohongan. Dia tahu bahagiaku juga adalah sebuah kebohongan. Dan, aku membencinya karena dia mengetahui kalau aku berbohong.

Tapi dia tak menyerah. Dengan seluruh kebahagiaan yang jujur yang dia miliki, dia ingin aku juga bahagia. Aku bahkan sama sekali tak bergeming, tapi dia terus menerus membuatku bahagia.

Dan, setangkai bunga mawar itulah yang akhirnya membuatku tersenyum. Aku akhirnya merasakan bahagia, kebahagiaan yang jujur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun