Pembuktian ini, sering kali, menjadi pusat kelemahan yang telah diketahui oleh para lelaki yang seakan telah mewarisi kamus sejak awalnya.
Sekali lagi, bukan hanya perempuan, di kamar kamar tertutup para lelaki muda yang mulai sadar akan bentuk tubuh dan hormon kelelakiannya terbentuk akan mencari tahu seberapa mereka punya daya tarik terhadap wanita.
Menyedihkan bukan, ketika kisah kisah dari milenia ke milenia, terulang tragis, karena berbagai sebab yang bisa dikarang.
dan perempuan itu
Mungkin ia hanya sekedar panitia. Bukan seorang aktifis. Menjadi panitia untuk kegiatan kampus yang menghadirkan sang penyair. Melihatnya menggebu gebu di panggung. Membaca bolak balik seakan tak percaya sang penyair itu mengirimkan sms (koq bukan melalui whatsapp, bbm, mungkin penyair itu agak gatek menggunakan gadgetnya hanya untuk menelepon dan mengsms).
Dengan perasaan berbunga bunga, penuh ingin tahu sang perempuan muda itu............. Saya tidak ingin membahasnya karena saya sama sekali tidak tahu apa yang terjadi. Tapi dapat dipastikan, Sitok menggunakan sihir puisinya untuk membuat perempuan muda itu merasa begitu cantik dan diingini. Suatu peran otoritas yang tidak seimbang.
Dan, ya, saya mengambil kesimpulan mudah Sitok menggunakan otoritas yang jomplang membawa perempuan muda itu menuruti nafsu kekuasaannya.
Tapi bukan itu substansi yang ingin saya kemukakan
Kita semua, tanpa tahu apa permasalahannya, akan dengan mudah menghakimi.
Sialnya, akan dengan amat sangat mudah kita melimpahkan kesalahan pada sang perempuan. Banyak alasan untuk mencerca sang perempuan.
Mohon izin, lagi lagi bersumber pada kitab suci, kita semua yang mengaku beragama akan tidak ragu ragu merajam sang perempuan. Sumber dakwaan itu dari mana, ya dari kitab suci kita diajarkan bahwa perempuan yang tidur dengan lelaki yang sudah beristri adalah pezinah. Kita tidak ragu ragu mengutip kitab suci mengatakan perempuan itulah yang gampangan, tidak bermoral, pelacur, dan ya pezinah.