Mohon tunggu...
Elia Kristanto
Elia Kristanto Mohon Tunggu... -

seorang yg yakin adanya kesadaran sejarah baru akan membawa pembaruan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Untuk Para Pembela dan Pendakwa Sitok dan Perempuannya

7 Desember 2013   12:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:13 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika ada yang ingin mengacung tangan, mengaku, bahwa dia seorang pendosa, maka, saya yakin, awalnya semua ragu ragu, celingak celinguk, kiri kanan, depan belakang, dan kemudian satu persatu akan mengacungkan tangan. Semua.

Tetapi, jika ada yang bertanya apakah Anda seorang pezinah?, maka, saya yakin, tidak ada seorangpun yang berani, sukarela, mengacungkan tangannya.

Namun, jika ada yang bertanya apakah Anda seorang pezinah?, dan Allah saat ini juga akan mengampuni dosa dosamu!, maka, saya yakin juga, tidak akan ada yang serta merta mengangkat tangannya. Lagi lagi celingak celinguk, kiri kanan, depan belakang, dan akhirnya pun barangkali cuma satu dua yang terpaksa berani mengangkat tangannya sambil tersedan. Sementara yang lain menarik nafas lega dapat menyimpan rahasia itu dan berdalih akan menyelesaikannya secara pribadi dengan Tuhan, nanti.

INI SOAL JANJI

Saya menulis ini sebagai janji saya kepada M. Joenoes Joesoef. Ia mengomentari tulisan saya mengenai pendidikan. Ia bertanya judulnya yang mencantumkan juga nama Sitok, tapi menurutnya isinya tidak ada Sitoksitoknya.

Sejujurnya, saya tidak tertarik mengomentari kasus itu. Tetapi, janji adalah janji. Pilihannya cuma dua, ditepati atau tidak. Seandainya tidak saya tepati, M. Joenoes Joesoef pasti juga tidak akan menagihnya. Mungkin ia sudah lupa. Namun, saya memilih untuk menepatinya, tapi mungkin tulisan ini pun tidak akan memenuhi harapannya.

UNTUK PARA PEMBELA DAN PENDAKWA SITOK dan perempuannya

Harus diakui, apa hak saya menghakimi para pembela dan pendakwa Sitok dan perempuannya. Tidak ada dalam Undang Undang, apalagi dalam Undang Undang Dasar, dicari dalam kitab suci manapun, saya tidak punya hak untuk menganalisis, mengambil posisi atas apa yang mereka tuliskan. Tapi, izinkan saya untuk melihat kasus ini dari kacamata, yang pasti bukan kacamata kuda, kacamata saya yang entah kenapa sudah silindris rupanya.

SAHIBUL KATA

Di antara kerumunan orang, sepasang mata dapat dengan cepat mengambil kesimpulan orang itu ganteng dan gagah ataupun cantik dan molek. Takaran umumnya sudah ada, apatah definisinya. Hanya era, kultur, sosial budaya yang kurang lebih membedabedakannya.

Wajah ukuran pertama untuk menakar kegantengan dan kecantikan seseorang. Mau alasan apapun, ukuran dada bisa dikatakan pilihan bebas kedua bagi pria menakar perempuan. Pinggang, pinggul, dan pantat ya sesuai selera. Dan, bohong, jika seorang lelaki mengatakan tidak pernah membawa seorang perempuan bergumul, siapapun itu, dalam pikirannya dengan mata terbuka. Bahkan dalam rapat penting sekalipun itu bisa saja terjadi. Bahkan, jika di sekitarnya semua perempuan berhijab. Ada yang ingin membantahnya. Silahkan. Bebas saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun