Mohon tunggu...
Elia Kristanto
Elia Kristanto Mohon Tunggu... -

seorang yg yakin adanya kesadaran sejarah baru akan membawa pembaruan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hidup Baru Di Tahun 2014 Harus Tanpa Golkar

21 Desember 2013   18:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:39 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Rencana strategis ketahanan informasi Indonesia harus diakui centang perenang. Tidak terkoordinasi. Era informasi, cuma ditandai dengan rata rata semua yang mengaku diri pejabat negara punya akun twitter, dan sibuk bercucucuwit ria setiap hari mengomentari semua kejadian yang mustinya jadi tanggung jawab mereka.

Memalukan mengikuti twitter para pejabat dari RI1, RI2 hingga ke camat, lurah dan ketua RT. Semua mengomentari yang sebetulnya adalah tugas mereka untuk meangani dan menyelesaikannnya. Mereka hanya gaya gayaan mempergunakan line, path dan instagram. Tapi tak satupun yang menyadari dan memperhatikan bahwa negara ini belum atau malah punya sama sekali rencana strategis yang komprehensif mengenai ketahanan informasi.

Kementeraian yang seharusnya mengatur hal itu, cuma sibuk buat kebijakan yang mengurus "swasta" dan berusaha hanya mendapatkan keuntungan nominal. Menyebalkan yang bebal. Tidak sadar sebuah negara bisa diobok obok hanya melalui gadget pintar dikelola oleh seorang anak SMP yang keisengan menjajal jadi hacker amatir. Atau seorang remaja membuat dan menyebarkan issue atau video porno entah siapa.

- POLRI. Tidak ada komentar lebih jauh tentang POLRI ini. Seolah semua SDM Polri ber IP 2,5 atau ber IQ di bawah rata rata. Tidak ada terobosan yang memperlihatkan bahwa mereka berubah. POLRI cuma senang dipisah dari TNI. Punya anggaran lebih besar, tapi tidak mampu mengelolanya tanpa harus keteteran korupsi. POLRI masih takut dengan para "penguasa". Hanya Sibuk mengurus video porno, pengaduan para artis yang manja manja tidak keruan.

TNI, hanya bereformasi di nama saja dari ABRI kembali menjadi TNI. Kelakuan para jendral belum berubah. Cengeng dan bermimpi sekuat era ORBA.

- Pemilu. Siapa yang berani mengatakan penyelenggaraan pemilu di era reformasi tidak "curang". Pemilu 2014, mulai dari KPU, Bawaslu dan semua pernak perniknya harus bekerja ekstra, jangan kotori rumah republik ini kembali dibangun dengan politik yang curang.

Dan kehancuran republik ini semakin jelas terlihat karena Golkar masih dihiduphidupkan.

- Golkar. Ya Golkar. Tuntutan rakyat, amanat reformasi, Golkar harus bubar.

Rakyat marah, geram terhadap Golkar Orde Baru yang di dukung penuh oleh ABRI, Golkar dan Birokrasi. Golkar Orba membuat negara ini militeristik. ABRI berhasil mencekam alam bawah sadar bahwa presiden Indonesia harus datang dari militer. ABRI dengan 4 angkatannya seolah sang ratu adil bagi rakyat.

Rakyat dibuat lupa bahwa republik ini diproklamasikan oleh dua (2) warga negara biasa, yang tidak memiliki latar belakang militer tetapi dapat menggetarkan negara negara (maju) yang ingin "menguasai" Indonesia kembali.

Birokrasi. Birokrasi yang gemuk, kolutif, nepotis ala ORBA. Coba ingat MPR dan DPR ala ORBA, istri, anak anak, saudara dimasukkan semua tanpa melihat kompetensi. Birokrasi yang korup menggurita menguangkan semua jabatan. Birokrasi yang memanipulasi rakyat demi segala pinjaman. Birokrasi yang menjadikan rakyat seolah mainannya setiap penyusunan anggaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun