Mohon tunggu...
Moh. Ashari Mardjoeki
Moh. Ashari Mardjoeki Mohon Tunggu... Freelancer - Senang baca dan tulis

Memelajari tentang berketuhanan yang nyata. Berfikir pada ruang hakiki dan realitas kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perang Dagang AS-China, "Perang" antar Timses dan Perang Kesadaran Bernegara

23 September 2018   09:36 Diperbarui: 23 September 2018   09:56 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Zaman Pak Harto. Pemilu-pemilu zaman Orba mungkin lebih layak kalau disebut sebagai wujud pemilu dalam demokrasi "terpimpin" yang salah kaprah. Demokrasi ala Indonesia yang disalahgunakan. Tetapi semuanya bisa berlangsung dan diterima secara sah dalam kehidupan bernegara. 

Demokrasi terpimpin yang digagas Bung Karno dipandang "aneh" oleh semua parpol pada zaman itu.  Mana ada demokrasi koq pakai "dipimpin?" Menurut logika awam kala itu dan mungkin sampai sekarang, yang disebut demokrasi adalah cara bernegara dimana setiap orang bebas berorganisasi, berserikat dan menyatakan pendapat yang dikatakan dijamin dan dilindungi oleh undang-undang.

Pada zaman Orba, demokrasi dipraktikkan dengan sangat diaturatau dipimpin oleh pemerintah---Pak Harto. Sehingga Presiden bisa mengatur MPR dan DPR RI. Tidak ada kebebasan pers. Semua harus tunduk pada aturan yang memimpin.

Zaman Bu Megawati. Masih segar dalam ingatan siapa pun bahwa pada zaman Megawati pernah diselenggarakan Pemilu yang paling sulit di dunia tetapi berhasil diselenggarakan dengan luar biasa bersih dan demokratis yang mengantar Pak EsBeYe sebagai Presiden RI ke enam. Pemilu 2004 ini hanya ternoda oleh ulah Ketua KPU yang terjerat korupsi.

Zaman Pak EsBeYe. Pemilu 2009 dihiasi kisruh di KPU. Tersebar pula kabar di media ada pula surat palsu dari MK. Dan jauh sebelum coblosan seorang kader Partai Demokrat sudah menyatakan kemenangan bagi EsBeYe untuk memimpin dua periode. Tetapi tidak ada alasan tepat untuk bisa menyatakan bahwa pemilu yang diselenggarakan secara tidak sempurna, kurang demokratis dan hasil Pemilu tidak sah.

Akhir zaman Pak BeYe. Pilpres 2014, sangat luar biasa. Semua parpol dalam berdemokrasi seakan mengikuti tarian Megawati. Abu Rizal Bakri yang tampaknya sangat bernyali melawan Megawati tiba-tiba lunglai ketika Mega ogah jadi Capres lalu memerintahkan Jokowi sebagai petugas partai maju sebagai Capres.

Kemenangan mutlak pada Pilpres 2014 tidak perlu diragukan karena sempat teruji di MK. Dan dunia pun menerima dengan senang kehadiran Presiden Jokowi di pentas dunia yang mungkin juga sedang dilanda perang dingin versi abad 21.

Pilpres 2019 bisa diprediksi yang terburuk di NKRI 

Pengamalan atau praktik demokrasi yang agak terlanjur kebablasan sangat mungkin akan menjadi Pilpres 2019 adalah Pilpres terburuk dalam sejarah kehidupan bernegara Bangsa Indonesia.

Hal tersebut disebabkan oleh beberapa kekuatan nyata yang masih ada dalam masyarakat yang sangat takut menghadapi sikap tegas dan berani Presiden Jokowi menghadapi siapa pun yang mengancam kedaulatan NKRI.

Mereka adalah kelompok #2019GantiPresiden, yang sampai hari ini seperti kian mabok laut dan mabok darat menginginkan Jokowi-JK segera mengundurkan diri, diturunkan atau dilengserkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun