Mohon tunggu...
Moh. Ashari Mardjoeki
Moh. Ashari Mardjoeki Mohon Tunggu... Freelancer - Senang baca dan tulis

Memelajari tentang berketuhanan yang nyata. Berfikir pada ruang hakiki dan realitas kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perang Dagang AS-China, "Perang" antar Timses dan Perang Kesadaran Bernegara

23 September 2018   09:36 Diperbarui: 23 September 2018   09:56 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sekarang. Presiden Jokowi mengajak warga dunia untuk menjalin kerjasama dengan Indonesia. Mengundang para investor luar untuk menanam modal di Indonesia. Siapapun yang berusaha di Indonesia pasti mutlak mendapat manfaat dan keuntungan yang baik dan pasti membawa kesejahteraan bagi rakyat. Sebab NKRI semakin transparan dan bersih dari koruptor.

Sedang Prabowo sejak maju sebagai Cawapres mendampingi Capres Megawati tahun 2009, sudah dengan lantang dan tegas mengajak seluruh bangsa Indonesia bersatu untuk menyelenggarakan negara yang anti asing. Mungkin pihak asing dipersepsi pasti akan bertingkah sebagai penjajah oleh Prabowo.

Dari filosofi kesadaran bernegara sebagai seorang negarawan yang jelas berbeda dan bertentangan inilah yang mungkin menjadikan ada kubu Jokowi dan kubu Prabowo terpaksa hadir pada tahun politik ini.

Ekonomi, kemiskian dan demokrasi

Sejak proklamasi sampai saat ini. Faktor ekonomi, kemiskinan dan demokrasi tidak pernah menjadi persoalan pokok yang harus dijual dalam kampanye oleh para elit politik di negara ini.

Semua elit politik sangat sadar bahwa masalah ekonomi, kemiskinan dan demokrasi di negara ini masih sangat memprihatinkan dan pasti bisa diatasi secara sempurna bila penyelenggaraan negara sesuai dengan  amanah Pancasila dan UUD 1945.

Pasca reformasi '98 masalah ekonomi, kemiskinan dan demokrasi di negara ini  baru mulai terangkat menjadi topik yang terus diperdebatkan sampai berbuih-buih.  Hal ini terjadi karena mungkin semua elit politik di negara ini belum sepaham dalam menyelenggarakan negara yang berdasar Pancasila.

Maksudnya. Menyaksikan hiruk pikuk bernegara dengan tamatnya Orba, yang  seperti tiada akhrnya ini. Maka  perlu dipertanyakan. Apakah Bangsa Indonesia harus bernegara yang anti China---asing, seperti yang diinginkan Prabowo? Atau bernegara ikut arahan Habin Rizieq Shihab yang ada di luar sana yang sangat kental membawa agama sebagai ideologi? Atau harus bernegara dengan mendukung Presiden Jokowi yang mulai mewujudkan kesatuan NKRI yang Disatukan---Diesakan, oleh Tuhan Yang Maha Esa?

Timses  versus Timses

Sudah diketahui dunia bahwa menjelang Pilpres 2019 sudah resmi ada Timses Jokowi-Ma'ruf yang dipimpin Erick Tahir yang bernaluri pengusaha dan Timses Prabowo-Sandi yang dipimpin Joko Santoso yang bernaluri prajurit.

Dari latar belakang hidup masing-masin, bisa dipastikan bahwa gaya masing-masing tidak akan bisa terlepas jauh dari rekam jejaknya yang pasti tidak bisa dihilangkan begitu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun