Mohon tunggu...
Moh. Ashari Mardjoeki
Moh. Ashari Mardjoeki Mohon Tunggu... Freelancer - Senang baca dan tulis

Memelajari tentang berketuhanan yang nyata. Berfikir pada ruang hakiki dan realitas kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perang Dagang AS-China, "Perang" antar Timses dan Perang Kesadaran Bernegara

23 September 2018   09:36 Diperbarui: 23 September 2018   09:56 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Strategi berdagang dan berperang sepertinya tidak jauh berbeda yaitu "merebut" kemenangan di medan pertarungan.

Seorang pedagang---pengusaha, dalam memenangkan pertarungan di gelanggang pertarungan harus punya informasi berupa data yang lengkap tentang siapa-siapa saja  yang bermain di pasar dan juga tentang kekuatannya.

Seorang pedagang, dalam memenangkan pertarungan di gelanggang pertarungan yang disebut "pasar" akan memberi informasi tentang keunggulan produk yang dijual bagi pemakai produknya.

Seorang pedagang, dalam memenangkan pertarungan  tidak boleh memberi informasi yang tidak benar, bohong atau pun menyesatkan sehingga berakibat pasar menjauhi semua produk sejenis yang ada di pasaran. Misalnya karena dipastikan suatu produk menggunakan isu berbahaya atau beracun, atau pun isu yang tidak halal.

Seorang pengusaha harus punya etika sangat tidak boleh menyatakan keburukan produk saingannya.

Seorang pengusaha harus punya naluri tetap menjaga kelangsungan hidup pasar yang memerlukan suatu produk. Dan ada keyakinan bahwa suatu produk yang terjaga kualitasnya tidak akan pernah kehilangan pasar.

Hal  mungkin akan sangat berbeda jika timses berlatar belakang seorang prajurit. Mungkin seorang prajurit yang berperang mempunyai target kemenangan hanya dengan melumpuhkan atau menghancurkan lawannya dengan berbagai bentuk atau cara. Sehingga memudahkan pertempuran dan ber langsung dalam waktu singkat yang tidak menghamburkan logistik.

Tetapi dengan keberadaan Sandiaga Uno bisa jadi sangat meringankan beban Joko Santoso dalam memimpin Timses.  Sandiaga Uno cukup berpengalaman dalam dunia usaha dan mantan Wagub yang kadang kala terkesan tidak perlu harus terlalu ketat dalam masalah aturan sepanjang semua bisa diatur dan menyenangkan semua pihak yang berkepentingan.

Dan bisa jadi Erick Tahir tidak akan sehebat Cawapres Sandiaga seorang pengusaha sekaligus ulama yang didampingi Djoko Santoso sebagai Ketua Timses pemenangan koalisi adil makmur yang mungkin dimaksud untuk menyamarkan  #2019PresidenPrabowo. Atau untuk menyempurnakan gagalnya deklarasi #2019GantiPresiden.

Pemilu dan demokrasi antar zaman 

Zaman Bug Karno. Masih tercatat dalam sejarah Bangsa Indonesia bahwa Pemilu 1955 adalah pemilu yang paling demokratis walau  yang pertama kali diselengggarakan di negeri ini. Dan parpol peserta pemilu pun tidak sedikit. Mungkin ada lebih dari 20 tanda gambar parpol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun