Mohon tunggu...
Moh. Ashari Mardjoeki
Moh. Ashari Mardjoeki Mohon Tunggu... Freelancer - Senang baca dan tulis

Memelajari tentang berketuhanan yang nyata. Berfikir pada ruang hakiki dan realitas kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rame dan Marah, Diguncang Partai Setan oleh Amien Rais?

20 April 2018   19:29 Diperbarui: 20 April 2018   19:44 777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut penulis. Sampai hari ini. Mungkin memang sesuai dengan apa yang dikatakan Amien Rais.  

Hampir semua parpol di negeri ini tanpa disadari telah bernyanyi dibarengi suara gendang silat jempalitan;  tabuhan koalisi partai kelompok setan, partai keluarga setan, partai kroni setan, partai komunis siluman, partai koalisi kaum aminakallah dengan kaum am'raisopopo.

Beruntung di negeri ini masih ada kelompok partai lainnya yang rada-rada sadar, belum terlalu parah kerasukan setan.

Yaitu kelompok partai yang berpendirian "masa bodoh" dengan pandangan salah atau benar para pengamat politik. 

Mereka sepakat dengan tekad. " Yang penting kita ikuti saja maunya Jokowi.  Biar suka blusukan,  mega proyeknya aduhai. Bisa bikin seluruh rakyat, pemborong dan pemilik modal mau untung yang hanya pas-pas saja, tetapi pasti tidak akan pernah habis dimakan anak-istri sampai cucu-cicit tujuh turunan."

 

Posolambe, puasa untuk bibir nyinyir

Sudahilah reaksi memusuhi Amien Rais. Dimaklumi sajalah kalau Amien Rais jelas cetho welowelo bisa omong salah karena memang selalu menyalahkan dan merendahkan orang lain. Terutama  ditujukan kepada Pak Jokowi.

Jangan terlalu menanggapi omongan Amien Rais yang sedang bingung kehilangan "kebenaran" yang sempat digenggamannya.  Pada hal kebenaran itu tidak pernah jauh dan hilang dari dirinya, tetapi agaknya sudah tidak bisa disentuh. Apa lagi untuk bisa dipegangnya lagi.

Barangkali Amien Rais perlu disarankan untuk tirakat  "posolambe (bisu)"---puasanya wong jowo, selama empat puluh hari.  Dengan diitikabkan di rumah saja kalau memungkinkan.

Kata orang-orang Jawa zaman dulu, posolambe (bisu) itu berpantang banyak omong "salah" yang menyalahkan orang yang tidak salah. Jadi puasa khusus untuk menyucikan diri atas dosa-dosa karena ucapannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun